Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006BERITA EKONOMIsemakin parah.Gagalnya Putaran DohaPencapaian kesepakatan perdaganganbebas dunia yang diupayakan selama lebihdari 40 tahun, hanya Perjanjian Umummengenai Tarif dan Perdagangan (GeneralAgreement on Tariff and Trade-GATT)yang tergolong sukses menurunkan tarifmasuk barang-barang manufaktur. Pencapaian GATT dicapai lebih dari 25 tahun,sejak Kennedy Round tahun 1962-1967hingga Tokyo Round tahun 1973-1979 yangtelah berhasil menurunkan tarif bea masukhingga lebih dari 35% untuk perdagangankomoditi-komoditi manufaktur.Akan tetapi, sejak Putaran Uruguay(Uruguay Round) hingga Putaran Doha(Doha Round) yang difokuskan pada penurunan tarif dari produk pertanian sertaliberalisasi perdagangan di bidang jasa,selalu mengalami jalan buntu. Perjalananakhir dari Putaran Doha yang telahberlangsung selama lima tahun terakhir,harus berakhir dengan sangat mengecewakan. Pada 24 Juli 2006, Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia(WTO), Pascal Lamy, seperti dilaporkanHarian Bisnis Indonesia, Selasa (25/8)menyatakan akan menunda negosiasiPutaran Doha hingga waktu yang tidakditentukan jika tidak ada terobosan barudalam perundingan tersebut.Dalam kenyataannya, tidak ada terobosan baru dari pihak-pihak yang berunding,hingga Putaran Doha berakhir kemudian.Dengan demikian, Putaran Doha, sebagaimana yang dikemukakan Pascal Lamy,dengan resmi ditutup untuk sementara dantidak ada keputusan kapan akan digulirkankembali. Bahkan yang lebih membingungkan lagi, tidak ada keputusan ataupunkesepakatan untuk melanjutkan kembaliPutaran Doha dalam waktu dekat, sehubungan dengan akan berakhirnya mandatkhusus dari Kongres Amerika Serikat (AS)yang dimiliki George W. Bush dalam menegosiasikan pakta perdagangan.Hambatan Politis dan Isu ProteksiPada kesempatan pertemuan KomiteKeuangan dan Moneter Internaional(IMFC), di Singapura baru-baru ini, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia,Rabu (20/10), Pacal Lami semakin menegaskan pesimismenya untuk mencapaikesepekatan dalam Putaran Doha dalamtahun ini dan itu sangat membebanikarena sudah dalam jangkauan.“Hambatan terbesar masih di sektorperanian. Kita harus sepakat mengenaibesaran pengurangan subsidi secara substansial, termasuk penerapan tariff yangadil termasuk penerapan tarif yang adil atasproduk-produk perindustrian,” paparnyasembari menegaskan bahwa tantanganutama negosiasi Putaran Doha bukan bersifat teknis, tetapi lebih bersifat politis.Pada kesempatan yang sama, KonselorEkonomi sekaligus Direktur Departemen RiPutaran Doha WTOTerhambatnya PerundinganMengenai HambatanWalau sudah diduga sebelumnya, gagalnya negara-negaraWTO menyepakati paket perundingan perdagangan bebasdi Doha Round, tetap menimbulkan berbagai spekulasi.Salah satu persoalan genting yang dikhawatiran adalahlangkah masing-masing negara memproteksiperdagangannya.acana perdagangan bebasdunia (free trade), sebenarnya sudah mulai bergulir sejak dekade 60-an, tepatnyasaat kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) John F. Kennedy. Perdaganganbebas dipandang menjadi solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi semua negara, berkaitan dengan transaksi perdagangan internasional.Pewacanaan perdagangan bebas dunia, pada awalnya dirintis Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Sebagai negarayang menguasai 80% Global Netto Produc(GNP), AS dan negara-negara Eropa Barat,merupakan pihak yang paling menyadaribanyaknya faktor-faktor yang menghambatperdagangan internasional. Asumsinya,semakin banyak hambatan dalam perdagangan antarnegara, maka kinerja perdagangandunia akan semakin lamban dan secara langsung akan mempengaruhi tingkat kesejahteran masyarakat di masing-masing negara.Hambatan yang terjadi dalam sistem perdagangan dunia, merupakan akibat langsungdari kebijakan yang berbeda di masingmasing negara. Secara umum, masingmasing negara menggunakan kebijakan danprosedur perizinan yang ketat untuk barangbarang impor, khususnya menyangkut kepabeanan dan syarat-syarat administratif.Dengan kesepakatan menghilangkankebijakan dan peraturan yang berbeda dimasing-masing negara, hingga dapat mendorong laju perdagangan internasional,secara maksimal. Dengan meningkatnya lajuperdagangan dunia, dengan sendirinya akanmenyumbang peningkatan kesejahteraanmasyarakat di masing-masing negara.Dari Kennedy Round hingga DohaRoundDengan menyeragamkan peraturanantarnegara, perdagangan dunia akan jauhlebih efisien. Maka pada tahun 1962, ASdan negara-negara Eropa Barat mulai merundingkan bentuk-bentuk dasar Organisasi Pedagangan Dunia dengan nama Putaran Kennedy (Kennedy Round). Di ataskertas, pada saat awal dirintis, perdaganganbebas didesain agar menguntungkan bagisemua pihak, termasuk negara berkembang yang kemudian diikutkan dalamorganisasi perdagangan dunia tersebut.Dengan pengurangan hambatan tarif(tariff barrier) perdagangan antarnegara,dipandang sebagai mekanisme perdagangan yang paling ideal. Masing-masingnegara yang selama ini merasa kesulitanmengakses pasar global, terutama karenahambatan tarif di negara tujuan ekspor,akan semakin mendapatkan kemudahan.Khusus bagi negara-negara dunia ketigamisalnya, perdagangan bebas akan memberikemudahan untuk memasuki pasar global.Dengan kemudahan akses ini, negaranegara dunia ketiga semakin berpeluangmeningkatkan perekonomian dalam negerinya dan menyejahterakan rakyatnya.Tidak mengherankan, jika pada awal dirintis, hampir semua negara melihat perdagagangan bebas dunia (freetrade) sebagaimasa depan. Namun, dalam kenyataannyajustru mengintrodusir begitu banyak permasalahan, terutama bagi negara-negaradunia ketiga itu sendiri, yakni kemiskinan,keterbelakangan, dan ketimpangan yangMari E. PangestuWfoto: berindo wilson
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66