Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 15


                                    BERITAINDONESIA, 2 November 2006 15BERITA UTAMAAN TANPA ARAHCita-cita masyarakat adil dan makmur tak lagibergaung. Padahal itu menjadi panduan bagiperjalanan panjang bangsa ini ke depan. Tak ada lagivisi negara yang menjadi kompas untuk jangkamenengah dan panjang. Pancasila antara ada dantiada. Kepemimpinan yang ada sulit diharapkanmembawa bangsa ini keluar dari krisis. Lantas negaraini mau dibawa ke mana?antungkan cita-citamu setinggi bintang di langit.” Karena konsisten dengan seruannya, Bung Karno mencanangkan masyarakat adil dan makmursebagai cita-cita bangsa yang harusdikejar dan diwujudkan. Yang jadi pertanyaan, apakah bangsa ini masih memilikicita-cita tersebut? Jangankan cita-citamasyarakat adil dan makmur, panduanvisi semacam GBHN dan Repelita sajasudah dilupakan. Bangsa ini tidak begitulagi percaya dengan keampuhan Pancasilasebagai pemersatu bangsa dan way of lifemenuju keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia. Sekarang cita-cita yangingin diraih Bung Karno semakin jauhdari jangkauan.Tokoh sepuh Prof. Suhardiman (82) didalam disertasi yang ditulisnya tahun1971, membikin estimasi bahwa Indonesia memerlukan masa pemulihan selamaseabad setelah mengalami penjajahan tigasetengah abad. Baru kemudian beranjakmenuju masyarakat adil dan makmur.Amerika Serikat menikmati kemajuanseperti sekarang setelah menebusnyaselama dua abad. Sedangkan Jepangmencapai kemajuan pesat seabad setelahMeiji Restorasi. Lantas bercermin padakeadaan sekarang, Suhardiman membandingkan Indonesia dan Korea Selatan.Sewaktu berkunjung ke Korsel tahun1967, dia memperoleh kesan negeri itubelum apa-apa. Tetapi sekarang, Korselsudah jauh meninggalkan Indonesia.Bicara soal visi negara, Suhardimanmengakui, sekarang yang menonjol visikelompok, golongan, paling tinggi visipartai yang beranekaragam. Di era OrdeBaru, Indonesia memiliki GBHN danRepelita. “GBHN itu hanya untuk kontrol,tahu-tahunya tidak dihidupkan lagi,” kataSuhardiman kepada Tokoh Indonesia danBerita Indonesia. Sekarang masalahnya,kata Suhardiman, bagaimana keluar darimasalah ini. Karena itu, masing-masingpemimpin, dalam agendanya harus menempatkan diri sebagai pemimpin bangsa. Mulai sekarang, katanya, para tokohtokoh diharapkan memiliki visi kebangsaan dan kembali ke UUD 1945. KataSuhardiman, mereka harus meninggalkanvisi masing-masing. Mereka harus menjadi tokoh Indonesia, bukan tokoh golongan, partai atau kelompok.Yang dilihat Suhardiman bahwa negeriini sedang menghadapi tiga belas macamkrisis—ideologi, konstitusi, kebangsaan,moral, kepemimpinan, politik, ekonomi,hukum, sosial, keamanan, lapangan kerja,alam dan budaya. Dalam bidang ideologi,kata Suhardiman, keyakinan bangsamelemah bahwa Pancasila sebagai ideologi negara. Kepemimpinan yang ada,tambahnya, tidak mampu meyakinkanrakyat untuk mengimplementasikanPancasila secara konkret dan konsekuendalam suasana globalisasi.Menurut Suhardiman, apabila krisiskrisis tersebut tidak teratasi bisa menimbulkan krisis yang lebih berbahaya,rapuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia memberi contoh pada keinginan untuk membentuk negara federalatau fundamentalisme agama di banyakdaerah, seperti Aceh. “Ini tidak mencerminkan filosofi Pancasila dan UUD1945,” kata Suhardiman kepada BeritaIndonesia. Sementara setiap partai politikmelaksanakan ideologi mereka masingmasing, cenderung mengabaikan ideologinegara Pancasila.Dia juga memperkirakan terjadinyakrisis konstitusi setelah empat kali amandemen UUD 1945. Karena itu, SOKSI yangdidirikannya mendesak dilaksanakannyaReformasi Jilid II dan Amandemen UUD1945 yang Kelima. Suhardiman mengisyaratkan meletupnya tuntutan masyarakat untuk kembali ke UUD 1945 yangasli. Soalnya, dia menilai bahwa UUDAN TANPA ARAH“Gfoto: berindo wilson
                                
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19