Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 18


                                    18 BERITAINDONESIA, 2 November 2006BERITA UTAMAIndonesia KehilanganTujuh Arah PenjuruEksistensi manusia pada galibnya terdiri tiga dimensi yaitusebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan makhlukindividu. Bila wujud tri-dimensional ini selaras seimbangdan serasi, Indonesia tak perlu kehilangan orientasi dankepemimpinan di bidang ideologi, politik, hukum,ekonomi, budaya, sosial, dan kepemimpinan bangsa.i Indonesia pun menjadi takperlu ada peta kelompok masyarakat yang terdiri kelompok nasionalis, federalis, separatis, fundamentalis komunis, fundamentalis agama, dan globalisme. Setiapinsan Indonesia harus bisa menjadi “batupenjuru” di semua medan pertarungan.Dalam konteks kenegaraan, kata Suhardiman, Ketua Dewan Penasihat SentralOrganisasi Karyawan Swadiri Indonesia(SOKSI), jati diri setiap warga Indonesiaharuslah bertindak senantiasa selakuanak bangsa yang berjuang demi kejayaanNegara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) yang berdasarkan Pancasila danberjiwakan semangat UUD 1945.Tantangan di depan masih serba ketidakpastian. Berbagai upaya untukkeluar dari krisis yang sudah berlangsunglebih dari delapan tahun terlihat belummenggembirakan. Berbagai upaya penanganan krisis selalu kalah cepat denganakumulasi pertambahan krisis baru.Di bidang ketenagakerjaan, misalnya,penanganan pemerintah kalah cepatdengan pertambahan jumlah angkatankerja baru. Jumlah pengangguran menjadi senantiasa semakin meningkat.Ibarat Indonesia sedang mengalamikanker ganas, upaya pengobatan untukmenyelesaikan berbagai krisis yangterlanjur merasuki sendi-sendi kehidupanmasyarakat bangsa, kalah cepat denganpercepatan pertumbuhan sel-sel kanker didalam tubuh. Malah, krisis diperparaholeh berbagai bencana alam yang seolahtiada henti.Kehilangan Tujuh ArahSuhardiman mengidentifikasi Indonesia telah kehilangan tujuh arah batu penjuru kehidupan, yakni penjuru di bidangideologi, politik, hukum, ekonomi, budaya, sosial, dan kepemimpinan bangsa.Krisis kepemimpinan ideologi ditandai melemahnya keyakinan terhadapPancasila sebagai ideologi negara. Dipihak lain muncul berbagai ideologi lainseiring era multipartai. Indonesia diperhadapkan pada langkanya pemimpinideologi Pancasila yang mampu memberikeyakinan kepada masyarakat untukmembumikan Pancasila, atau menjadikanPancasila sebagai ideologi in-congcreto.Di tingkat global konflik ideologi mulaimengerucut kepada pertarungan antaraIslam dan Zionisme. Perlawanan kepadanegara maju yang kapitalis berwujud padabentuknya yang fatalistik, seperti serangan ke gedung WTC dan Pentagon pada11 Septmeber 2001, yang 1 tahun 1 bulan1 jam dan 1 menit kemudian berlanjutterjadi ledakan bom di Legian, Bali pada12 Oktober 2002.Konflik ideologi global yang merambahdan berimbas ke Indonesia turut memperparah ideologi di Indonesia.Era multi partai seharusnya memberipeluang menyaring tokoh-tokoh darisemua lapisan masyarakat. Namun parapemimpin yang muncul lebih mencerminkan diri sebagai pemimpin partai,kelompok, dan golongan. Karena itukonflik antara kepentingan partai, golongan, dan kelompok dengan kepentingannegara, yang hingga kini masih mewarnaikehidupan berbangsa Indonesia, berakumulasi pada krisis kepemimpinanpolitik.Belum tegaknya supremasi hukummelahirkan krisis kepemimpinan hukum. Kondisi di berbagai daerah seolahtanpa hukum (law-less). Yang berlakuadalah “P for M”, dan “M for P”, mengikutiadaigium klasik mengenai kekuasaan,yakni power tends to corrupt, and absolutly power, corrupt absolutly. Upayapenegakan hukum, pembentukan berbagai peraturan perundangan, sertainstitusi pelaksana kerap justru menimbulkan konflik dan dinamika baru.Keterpurukan di bidang ekonomi jelasmerupakan pertanda krisis kepemimpinan ekonomi. Desain global yangmenghadirkan krisis ekonomi sejak 1997telah merusak potensi besar Indonesiamenjadi negara kuat. Sistem perekonomian nasional Indonesia senantiasa didesainagar tetap tergantung dan tidak memilikikemandirian.Krisis kepemimpinan budaya terlihatjelas pada semakin merosotnya nilai-nilaiakhlak moral. Sulit menemukan pemimpin yang mampu mentransformasikanwarisan budaya leluhur yang masihrelevan untuk diaplikasikan. Tetapi kitatak kuasa menghadapi terjangan budayaasing, yang melanda sampai ke ruangruang kehidupan pribadi keluarga melaluitelevisi, internet dan berbagai media.Hasilnya, sering kita menemukan munculperbuatan sadis di luar nilai-nilai kemanusiaan, muncul generasi penghujat,dekadensi moral meningkat ditandaimaraknya narkoba dan pornografi.Berbagai konflik horizontal dan vertikaltelah memerosotkan secara drastis nilainilai sosial masyarakat Indonesia, yangsebelumnya senantiasa mengedepankangotong royong. Muncul krisis kepemimpinan sosial. Di tingkatan atasterjadi konflik kepentingan antar elitpolitik. Pertarungan berbagai aliran tidakhanya terjadi antara partai politik yangberbeda, tetapi juga di dalam partai politikitu sendiri.Pertarungan yang mengakibatkan polarisasi massa pendukung sewaktu-waktudikhawatirkan dapat menimbulkan benDManusia Indonesia yang kuat akan mampu memberi
                                
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22