Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 22


                                    22 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS22 BERITAINDONESIA, 2 November 2006Waktu terus berjalan. Rejim penguasa silih berganti. Semua interpretasi, makna, pemahaman, bsejarah masa lalu lantas berubah. Sebab semuanya telah menjadi sangat tergantung kepada sikTermasuk kepastian peristiwa pada tanggal 30 September 1965, telah mengalami penyebaran smenimbulkan kebingungan di masyarakat. Siapapun mulai ragu, siapakah dalang sekaligus pentersebut. Media massa pun mulai memberitakan peristiwa itu tanpa menyebut nama PKI.ada masa Pak Harto, yang memberikan pemahaman tunggalbahwa peristiwa Gerakan 30September 1965 merupakan sebuah pemberontakan yang didalangi olehPartai Komunis Indonesia (PKI), sehinggadiberi akronim singkat G30S/PKI, nyarissemua suara mengiyakan setuju.Siapa berdiri di depan menghantamPKI termasuk ajaran-ajaran yang berbauMarxisme, Komunisme, Leninisme dansejenisnya diberi penghargaan yangtinggi. Bahkan, guru-guru di semuasekolah setiap menjelang atau pada saat30 September selalu memobilisasi setiapsiswa ke gedung bioskop untuk menyaksikan film “Pengkhianatan G30S/PKI” karya sineas terkemuka Arifin C.Noor (Almarhum). Padahal, pada malamharinya TVRI yang masih satu-satunyastasiun televisi ketika itu, pastilah menyiarkan film itu dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila yangjatuh pada setiap tanggal 1 Oktober.Yang paling gigih “menonjok” PKIadalah TNI. Konon pernah terjadi pembantaian besar-besaran pasca Gerakan 30September, korbannya disebut-sebutmencapai 500 ribu orang. Ada juga yangmenyebut hingga satu juta orang. Disebut-sebut pelakunya adalah TNI, sebabmarah besar atas pembunuhan keenamjenderalnya. Tetapi ada juga yang menyebut dilakukan oleh sebuah kelompoktertentu.Sebaliknya, siapa yang menyentuhnyentuh ajaran komunisme, menjual bukunya sekalipun itu entah untuk dibangkitkan kembali atau hanya mencarikeuntungan materi semata, segera sajadiberi ganjaran setimpal dan dicap apasaja sesuka kehendak penguasa.Karenanya semua orang, terutamapejabat berlomba-lomba untuk menyatakan diri sebagai anti-PKI dan menolakajaran komunisme. Dan hanya sedikit sajaorang yang tetap konsisten dengan sikapnya meyakini ajaran komunisme, sepertidilakukan Pramoedya Ananta Toer (Almarhum) yang hanya dapat berjuangmelalui karya tulis membuat novel ditanah pembuangan. Media massa ketikaitu turut terbenam untuk setuju akanpemahaman tunggal versi penguasa.Begitu Pak Harto turun, reformasibergejolak. Semua tatanan lama seolahdianggap serba buruk. Puncaknya, GusDur yang menggantikan BJ Habibiesebagai Presiden berniat mencabut Ketetapan MPR No. 25 Tahun 1967 tentangPGerakan 30 September (Tanpa
                                
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26