Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 23BERITA KHASBERITAINDONESIA, 2 November 2006 23berikut persepsi masyarakat akankap dan selera penguasa. sudut pandang sehinggananggungjawab peristiwaLarangan Menyebarkan Ajaran Komunisme.Walau pencabutan tak jadi dilakukan,dengan ini saja sudah terbetik semangatbagi sekelompok orang tertentu untukmeyakini kebebasan menghidupkankembali ajaran komunisme. Dan padatataran teknis komunisme sudah mulaimemperoleh angin segar. Terlihat, sepertipada lahirnya keputusan MahkamahKonstitusi yang menyetujui judicial review terhadap UU Pemilu, sehingga padaPemilu 2004 semua warga negara yangsebelumnya mempunyai ciri tulisantertentu dalam KTP-nya, sudah diperbolehkan mempunyai hak pilih.Selanjutnya, apa yang dilakukan olehPresiden Megawati Soekarnoputri dieranya saat memperingati Hari KesaktianPancasila menjadi ditiru pula oleh penggantinya.Presiden Susilo Bambang Yudhoyonomemperingati Hari Kesaktian Pancasila 1Oktober 2006 singkat saja hanya sekitar30 menit. Ia tak berlanjut mengunjungidiorama pembunuhan enam jenderal TNIAngkatan Darat. Presiden pada era sekarang-sekarang ini sudah tak lagi tertarikmemperingati Hari Kesaktian Pancasilasecara mendalam dan mengharu-biru.Demikian pula dengan semua mediamassa tak lagi seramai dahulu mengulasaksi-aksi PKI.Seperti yang ditampilkan oleh harianekonomi Investor Daily, mengutip darisumber Antara menulis singkat sajaperingatan Hari Kesaktian Pancasila dirubrik nasional: “Presiden Pimpin Upacara di Lubang Buaya”.Berbeda dengan Media Indonesia,sesuai ciri dan kebiasaannya koran milikSurya Paloh ini menggambarkan peringatan Hari Kesaktian Pancasila secarasarkastis, ke dalam judul “Hari SakralTinggal Seremonial”.Ditulisnya, karpet merah sudah dibentangkan dari podium upacara menujuMonumen Tujuh Pahlawan Revolusi dandiorama penyiksaan tujuh pahlawanrevolusi untuk dilalui Presiden SusiloBambang Yudhoyono beserta rombongan.“Namun, usai mengikuti upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila diLubang Buaya, Jakarta Timur kemarinpagi, Presiden langsung pulang tanpameninjau monumen bersejarah itu,” tulisharian ini.Media Indonesia menyebut upacaramengenang tragedi penyiksaan paraperwira tinggi TNI-AD pada 41 tahun laluberlangsung tanpa ‘greget’. Tanpa meninjau lubang penyiksaan, berlangsungkurang dari 30 menit, dan tanpa pidatoPresiden pula lalu Lubang Buaya sepilahsebab upacara terkesan seremonial belaka. Presiden juga tak lagi berbicarahangat dengan keluarga Pahlawan Revolusi, kecuali menyalami istri MayjenTNI Donald Isac Panjaitan sekadar basabasi.Peristiwa G-30-S (tanpa PKI)Koran Tempo menyisir kekeliruan“Kurikulum Tutupi Sejarah G-30-S/PKI”(2/10), dilanjutkan esoknya (3/10) “Kejaksaan Kaji 22 Buku Pelajaran Sejarah”.Berita pertama merupakan liputan Koran Tempo atas “Seminar Kajian UlangPeristiwa Gerakan 30 September 1965”,yang berlangsung Jumat (29/9) dihadirioleh peneliti sejarah Asvi Warman Adam,penulis sejarah Lambert Giebel, danHari KesaktianPenuh Surat PembacaDi seputar peringatan Hari KesaktianPancasila setiap harian rata-rata memunculkansebuah surat pembaca. Isi dan nadanya hampirseragam, yakni menunjukkan kesaktianPancasila dan menafikan komunisme. Mungkinsaja pengirimnya berasal dari satu kelompok, atau institusi resmi tertentuuntuk mengingatkan bangsanya akan Pancasila.Sebagai contoh, berikutini kami turunkan utuh suratpembaca yang dikirim olehRendy Kameswara, berjudul“Kesaktian Pancasila KembaliDiuji”, dimuat oleh Sinar Harapan Senin (2/10).Baru saja bangsa kitamemperingati Hari KesaktianPancasila ke-41. Dalam perjalanansejarah, Pancasilan telah mengalamiberbagai macam cobaan. Oleh karena itu,kita menyakini bahwa Pancasila adalah ideologinegara yang paling tepat untuk Bangsa Indonesia yang sangat heterogen.Pancasila terbukti telah mampu membendung komunisme. Namun, selama masaOrde Baru Pancasila sempat tercemar karenadijadikan sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaan. Saat itu kita dipaksauntuk menghapal sila-sila dari Pancasila sedangkan penerapan nilai-nilai Pancasila sangatbergantung selera penguasa. Tidak loyalterhadap pe- nguasa dianggap bukan Pancasilais bahkan dicap komunis.Kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara yangselalu diperingati pada 1Oktober kembali diuji. Saatini, Pancasila ditantanguntuk mampu mengatasikrisis multidimensional yangmelanda bangsa Indonesia karena keberhasilan sebuahideologi tentunya akan diukurdari kemampuannya mengatasikrisis yang dihadapi.Semoga Pancasila kita tetap saktisehingga tidak memberi peluang bagimunculnya ideologi-ideologi lain baik yangberbau komunis maupun yang berbau keagamaan.Rendy KameswaraAlamat Perum Posal Blok I/VIII No. 09,Bogor, Jawa Barata) PKI?
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27