Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 25


                                    BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 25BERITA KHASBERITAINDONESIA, 2 November 2006 25mbangkanyang dilakukan Bung Karno untuk menyingkirkan TNI; dan (5). Kudeta PKIterhadap Bung Karno.Sementara Asvi mengatakan kontroversi tentang dalang peristiwa G30Smungkin masih akan terus bermunculandalam versi-versi lain.“Katanya, seharusnya semua pihak jugamelihat peristiwa sebelum dan sesudahG30S itu, yang berdampak sangat besarterhadap bangsa ini,” tulis Kompastentang pernyataan Asvi.Sedangkan Giebels, mantan anggotaMajelis Rendah parlemen Belanda, sekaligus sejarahwan, dalam bukunyamenguraikan alasan dan rincian kudetaberikut dampaknya bagi bangsa Indonesia, serta peran Soeharto dan Bung Karno.“Soeharto versus Soekarno terus berlanjutlewat upaya pemusnahan komunismemaupun demonstrasi yang ditujukankepada Soekarno secara pribadi hinggaakhir masa jabatannya,” tulis Kompasmengutip Giebels.Koran ini pada hari yang sama jugamemberitakan kalau sehari sebelumnyapara korban peristiwa G30S bersamaKontras mengadakan jumpa pers. Merekameminta pemerintah membangun rekonsiliasi yang adil dan tulus, sebabrekonsiliasi yang dibangun selama initidak mendatangkan keadilan bagi parakorban peristiwa tersebut.Masih di hari yang sama di halamanopini Kompas menurunkan dua artikelkarya Salahuddin Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, JombangBerjudul “Jalan Mendaki Rekonsiliasi”,dan karya Asvi Warman Adam, AhliPeneliti Utama LIPI berjudul “September,antara Sastra dan Sejarah”. Wahid menyebut sejarah kita penuh pemberontakan dan kekerasan oleh negara atauwarga negara. “Jumlah korban terbesaradalah peristiwa G30S”.Berita peristiwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila dituliskan KompasSenin (2/10) singkat saja satu alinea.Berita ini digabungkan dalam “Presiden:Mari Atasi Kemiskinan”, saat Presidenmengikuti buka puasa bersama di rumahkediaman Ketua DPR Agung Laksono.Turut ditampilkan sebuah foto yangmenggambarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Nyonya Ani Yudhoyono memberikan appplaus setelah mendengarkan aubade lagu-lagu pahlawanseusai upacara peringatan Hari KesaktianPancasila.Harian sore Sinar Harapan menyikapiperingatan Hari Kesaktian Pancasiladengan menurunkan tajuk rencana “Merevitalisasi Pancasila Sebagai Alat Pemersatu”, surat pembaca dari RendyKoswara, Bogor, berjudul “KesaktianPancasila Kembali Diuji”, dan beritapendek di kolom “Singkat” berjudul“Presiden Inspektur Upacara KesaktianPancasila”.Dalam tajuknya Sinar Harapan menilai dua faktor yang perlu dilihat setiapkali merayakan Hari Kesaktian Pancasila.Yaitu, kondisi psikologis para keluargapahlawan revolusi, dan Pancasila sebagaiideologi negara yang diombang-ambingkan jaman.Dituliskan, Hari Kesaktian Pancasilaberkaitan erat dengan pembunuhan atasjenderal dan perwira pertama pada 30September 1965, sebuah tragedi berdarahyang amat sangat disesali. Para pelakunya, sebagaimana dibuktikan di pengadilan, adalah unsur-unsur PartaiKomunis Indonesia (PKI), Pemuda Rakyat, dan oknum tentara yang secaralangsung dipengaruhi PKI atau diperintahkan para komandan yang memangberlatar belakang PKI.“Gambaran di atas adalah bukti yangtidak dapat diganggu gugat. Kita berharaptidak ada satu pihak pun yang mengaburkan pembunuhan tersebut, sekalipunkoreksi tentang kudeta G30S/PKI tengahberlangsung,” pesan Sinar Harapan. „HTpembunuh jenderal pada 1965; yangmembuat PKI adalah TNI-AD karenaterlalu banyak jenderal. Bahkan, adaSMS yang menyatakan “Semuanya tidakada yang benar”.Dibanding koran lain, Media Indonesia masih sangat tertarik mengulasG30S/PKI. Di hari yang sama (2/10)masih dimunculkan sejumlah opinibaik dari pembaca (surat pembaca)maupun dari penulis (artikel opini).Seperti dari Benny Susetyo, pendiriSetara Institue, artikelnya berjudul“Jika Panca Tidak Lagi Sila”. Lalutulisan Asvi Warman Adam, berjudul“Fitnah Dake Terhadap Bung Karno”.Antonie CA Dake adalah penulis buku“Soekarno File”.Tulis Asvi, bukan hanya sekadarmengatakan bahwa Bung Karno ‘biangyang sebenarnya’ dari apa yang terjadipada paruh akhir 1965, Dake juga menuding bahwa sang proklamator ‘secaralangsung harus memikul tanggungjawabatas pembunuhan enam jenderal dansecara tidak langsung untuk pembantaian antara komunis dan bukan yangberlangsung kemudian’.Masih di edisi sama tapi pada halamanberbeda Media Indonesia menurunkanupaya “Depdiknas Luruskan Sejarah G30-S”. Tulisnya, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) akan meluruskan bagian yang keliru terkaitGerakan 30 September (G-30-S) dalambuku sejarah SD hingga SMA padakurikulum 2004.Sebab, di buku itu kata Partai KomunisIndonesia (PKI) dihapuskan yang tertulis hanya G-30-S tanpa disertai kataPKI. Padahal, Mendiknas mengatakan,gerakan yang dilakukan PKI pada 30September 1965 merupakan gerakanyang sama dengan pemberontakanlainnya yang pernah terjadi di Indonesia. „ HTDalam bedah editorialnya ini MediaIndonesia memuat pula sejumlah tanggapan pembaca yang disampaikan melalui pesan singkat SMS.Ada SMS yang menyebutkan peristiwa30 Septemer itu merupakan konflik internal Angkatan Darat; sejarah Indonesia banyak dimanipulasi oleh penguasa;semua itu kerja PKI; Soekarno tidaksalah; G30S/PKI adalah proyek kekuasaan; kita semua adalah korbankomunisme; tidak yakin PKI sebagairistiwa G30S.
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29