Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 29
BERITAINDONESIA, 2 November 2006 29BERITA HANKAMDjoko di Cilangkap, usai upacara tersebut.Djoko sadar bahwa dia harus menghadapirealitas dan tantangan yang tidak ringan.Mantan Kasum TNI Letjen (Pur) Djamari Chaniago mengakui bahwa kemampuan militer Indonesia lemah sejakdulu. Menurut Djamari tugas Panglimauntuk membangun kekuatan TNI sangatberat. Penyebabnya, selain faktor global,faktor internal lebih dominan. Di era OrdeBaru, TNI menjadi alat kekuasaan dankekuatan politik. Juga terbatasnya kemampuan negara untuk membangunkekuatan militer yang kuat.Pengamat militer Andi Widjajanto dariUI, melihat minimnya anggaran TNIsebagai penghambat utama reformasipertahanan TNI. “Lebih baik perbaikidulu kesejahteraan prajurit, kemudianperkuat persenjataan,” kata Andi.Ditilik dari anggaran yang tersedia,memang tidak cukup untuk memenuhisemua kebutuhan TNI. Alokasi anggaranTNI saat ini sekitar 62% dari dana yangdibutuhkan—Rp 45 triliun—atau hanyaRp 28,2 triliun. Anggaran sejumlah ituterbagi—Rp 11,9 triliun untuk TNI-AD, Rp4,3 triliun untuk Mabes TNI, Rp 4,7 triliununtuk TNI-AL dan Rp 3,6 triliun untukTNI-AU. Sedangkan Departemen Pertahanan memperoleh alokasi anggaran Rp6,5 triliun. Tahun anggaran 2007, diusulkan dana sebesar Rp 31,3 triliun, ataunaik sekitar Rp 3,1 triliun.Menurut Andi, pemerintah menghadapidilema, di satu pihak menginginkan TNIyang profesional. Di lain pihak anggaranyang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, dan TNI tidak lagi diperkenankanmelakukan kegiatan bisnis.Tiga PrioritasMarsekal Djoko Suyanto di tengahkendala anggaran, menetapkan tiga program utama; (1) Mencukupi kebutuhanalat utama sistem persenjataan (Alutsista). (2) Meningkatkan kesejahteraanprajurit. (3) Melanjutkan reformasi internal TNI.Alutsista yang dimiliki TNI sekarang,baik di Angkatan Darat, Laut maupunUdara sudah jauh ketinggalan zaman.Sejak meletupnya krisis ekonomi akhirtahun 1997, hampir tidak ada pembaruanAlutsista. Sedangkan kesejahteraan prajurit baru bisa diwujudkan secara normatif; seperti menepati pembayaran gajibeserta tunjangan-tunjangan.Dalam hal reformasi dalam tubuh TNI,menurut Djoko Suyanto, merupakansebuah proses yang terus berjalan. Diamempertanyakan pernyataan yang menyebutkan reformasi TNI gagal. “Merekamelihatnya dari mana?” kata Djoko Suyanto dalam nada tanya. Marsekal DjokoSuyanto mengatakan, reformasi pada halyang paling sensitif, bisnis TNI, berjalanmulus. Semua bisnis TNI sudah diserahkanke Dephan dan Kantor Menteri BUMN.Dan sekarang dikelola oleh DepartemenPertahanan dan Meneg BUMN.“Kalau prosesnya belum selesai itubukan lagi tanggung jawab TNI,” kataMarsekal Djoko Suyanto. SB, SHMarsekal TNI Djoko Suyanto: Refomasi TNI terus berjalan.foto-foto: berindo wilson