Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 30
30 BERITAINDONESIA, 2 November 2006Kabut Asap Membalut TetanggaAsap terus merambah ke negara tetangga. Presiden punmeminta maaf. Walau dinilai terlambat, perlu keseriusanmencegahnya secara tepat dan efektif di masamendatang.residen Susilo Bambang Yudhoyono baru saja kembali dari Safari Ramadhan di Jawa Timur.Namun dia lagi-lagi harus dihadapkan dengan masalah yang satu ini.Kabut asap akibat pembakaran lahan danhutan. Terlebih setelah menerima suratdari rekannya, PM Singapura Lee HsienLoong.Surat itu sebenarnya cukup proporsionaldan wajar. Intinya tentang kekecewaannegeri itu atas kiriman asap yang saban tahun diterima Singapura. Mengutip keterangan dari Kementerian Luar Negeri Singapura, PM Lee mengatakan Indonesiaperlu menyelesaikan masalah asap itu dengan cara yang tepat dan efektif. Sehinggainvestor merasa yakin di Indonesia dankredibilitas Indonesia serta ASEAN didunia internasional tidak terpengaruh.Kendati sudah sangat terlambat, PMLee menganggap sangat penting mengambil langkah lanjutan sekarang jugaguna mencegah si jago merah kembalimengamuk di masa yang akan datang (Koran Tempo, 12/10).Tak pelak Presiden pun merasa kembalidiingatkan soal asap yang masih terusterjadi. Apalagi sebelumnya, beberapawaktu yang lalu, PM Malaysia AbdullahBadawi secara halus menyinggung masalah kebakaran hutan di Indonesia yangsudah merupakan “kebiasaan tahunan”yang asapnya berdampak serius terhadappolusi udara di Malaysia.Memang, dalam beberapa pekan belakangan ini kabut asap kembali menyebardan semakin pekat. Tidak saja di kawasansumber kebakaran itu di Sumatera danKalimantan, tapi menyebar jauh ke negara-negara tetangga. Singapura, Malaysia dan bahkan sampai ke ThailandSelatan.Dampaknya selain mengganggu kesehatan karena tingkat polusi udara yangjauh di ambang batas, kabut asap jugamengancam keselamatan lalu lintas darat,laut maupun penerbangan.Pesawat Boeing 737-200 Mandala Airlines yang terbang dari Jakarta melaluiBalikpapan, (3/10) mengalami kecelakaandi Bandara Juwata, Tarakan, Kaltim, saatmelakukan pendaratan di keremangankabut asap. Beberapa bandara sepertiSulthan Thaha di Jambi dan Tjilik Riwutdi Palangkaraya membatalkan seluruhpenerbangan dan pendaratan karenajarak pandang yang sangat riskan.SBY Minta MaafPresiden Yudhoyono segera menggelarrapat khusus dengan sejumlah menteridan gubernur terkait di Kantor Kepresidenan, Rabu (11/10) lalu. Informasi yangdiperoleh Berita Indonesia, Presidenmerasa malu karena masih terus mengekspor asap ke Singapura dan Malaysia.Ia pun sempat masygul dan kecewakepada para pembantunya yang dinilaikurang serius menangani masalah ini.Padahal sudah berulang kali diingatkanuntuk menanggulangi secepat dan seawalmungkin. Menindak tegas sesuai hukumsiapa pun yang terbukti melakukan pembakaran lahan dan hutan. Termasuk parapengusaha perkebunan yang melakukanland clearing (membuka dan membersihkan lahan) dengan cara pembakaran.Mengenai masalah asap yang masihmengganggu negara tetangga, PresidenSBY secara terbuka menyampaikan permintaan maaf. “Atas nama pemerintahIndonesia saya minta maaf kepada negaratetangga atas insiden ini. Perlu dijelaskanbahwa ini bukan kesengajaan,” ujarnyausai memimpin rapat dengan sejumlahmenteri dan gubernur membahas langkah-langkah konkret memadamkan kebakaran hutan, baik akibat ulah manusiamaupun faktor alam (Republika, 12/10).Presiden menjelaskan, Indonesia terusberusaha memadamkan kebakaran hutandan mencegahnya terjadi lagi di masamendatang. “Perusahaan-perusahaanyang membakar hutan untuk membukalahan akan dikenakan tindakan hukum,”tegasnya.Guna mengurangi amukan api, pemerintah membentuk satuan tugas di beberapa daerah, melibatkan aparat pemdasetempat, TNI dan Polri.Presiden bahkan mengungkapkan rencana menyewa pesawat Rusia jenis Illyushin. Pesawat khusus untuk memadamkan api yang mampu memuat hingga 40ton air sekali terbang. Namun kepastiannya masih akan dipelajari karena pesawatdengan fungsi yang sama bisa disewa dariKanada dan Australia.Tekad memadamkan kebakaran hutanmemang sudah dicanangkan pemerintah.Demikian pula berbagai kebijakan sudahdigariskan. Ke depan tinggal keseriusanpejabat dan aparat dalam menerapkandan melaksanakan kebijakan tersebut.Terutama dalam penegakan hukum. Takboleh lagi ada keraguan. Kalau tak ingindikatakan bangsa ini hanya pandai berwacana dan beretorika, tanpa ada tindakan nyata. SPPKuala Lumpur sebelum dan sesudah diselimuti kabut asap. foto: repro kompasBERITA NASIONAL