Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 34


                                    34 BERITAINDONESIA, 2 November 2006 L ENTERAMutiara Pemikiran Syaykh Al-ZaytunSyaykh melihatperlu adanyakonseppendidikan yangbisamenumbuhkanpara pelajar atauanak didik cintaterhadappertanian.Sehingga kedepan parapemuda itu akanmampu dan maubertani denganketerampilanyang mumpuni.34ditumbuhkan keyakinan bahwa bertanibukan suatu simbol kehinaan. Tapibertani adalah simbol kedigdayaan,”kata Syaykh. Untuk itu harus adapenataan kembali sisi pertanian dengansebaik-baiknya. Dengan sistem danprogram pertanian yang ditata dandifasilitasi oleh negara. Sehinggapemuda ke depan mencintai pertaniandan mampu menjadi petani yanghakiki.Menurutnya, pemerintah harusmampu menjadi fasilitator yangmampu memberikan rangsanganrangsangan bahwa bertani itu mulia,bahwa petani kaya akanmenghantarkan kepada negara kuat.Difasilitasi agar petani itu kaya.Sehingga dari kekayaan petanimenimbulkan kekuatan negara. Barunanti akan tumbuh rasa cintapertanian. Jika kaum petani yangsekitar 70 persen tinggal di pedesaandiangkat kesejahteraannya menjadikaum yang berdaya, niscaya Indonesiaakan semakin jaya.Di Al-Zaytun sendiri, Syaykh PanjiGumilang mencanangkan semboyan:“Petani Kaya Negara Kuat - Nong FuGuo Qiang (Mandarin). Tapi diamenyebut Al-Zaytun bukanlahfasilitator, pemerintahlah seharusnyamenjadi fasilitator. Pihaknya (AlZaytun) hanya berupayamenumbuhkan semangat pemuda(dalam hal ini pelajar dan mahasiswa)dalam hal pertanian.Syaykh melihat perlu adanya konseppendidikan yang bisa menumbuhkanpara pelajar atau anak didik cintaterhadap pertanian. Sehingga ke depanpara pemuda itu akan mampu dan maubertani dengan keterampilan yangmumpuni. “Bagi yang spesifikasipendidikannya di pertanian tentunyakita arahkan agar menjadi sarjanasarjana pertanian cinta pertanian, ituinti. Sehingga nanti tumbuh dalam dirimereka satu keyakinan bahwa bertanibukan suatu simbol kehinaan. Tapibertani adalah simbol kedigdayaan,”jelas Syaykh, sang pelopor pendidikanterpadu itu.Menurut Syaykh Al-Zaytun dalamqobliah Jumat (2/12/ 05), bahwanegara berbasis pertanian wajarnyaadalah mengekspor hasil pertanian.Negara berbasis pertanian wajarnyaadalah seluruh bangsanya concernterhadap pertanian. Bila zaman sudahmodern bangsa ini harus mampumasuk pada dunia pertanian yangmodern. Segingga tidak ada lagipolemik ekspor-impor.Sebab menurut Syaykh PanjiGumilang, ekspor-impor pangan adalahhal yang biasa. Mengekspor lumrahmengimpor pun lumrah. Yang menjaditidak lumrah adalah di mana suatunegara basisnya pertanian lantasmengimpor produk pertanian yang bisadikerjakan oleh bangsanya sendiri.Inilah sesuatu yang dikatakan tidaklumrah.Jika impor itu untuk kepentingankehidupan bangsa karena terpaksaharus dilakukan, kehidupan yangterpaksa, itulah kehidupan yang tidakberbasis ilmu. Jadi hidup terpaksaadalah hidup yang paling tidak baik,dan hidup memaksa juga hidup yangpaling tidak baik. Hidup berbangsa danbernegara yang baik adalah hidup yangwajar.Sama tidak wajarnya dengan kondisipetani Indonesia hanya mengelolalahan 0,5 hektar, itu pun belum tentumilik petani sendiri, padahal sangatbanyak lahan tidur di berbagai tempat.Petani bukan pemilik tapi hanyapenggarap dan buruh tani. Padahalsewajarnya bertani itu bukanmenggarap lahan, karena menggaraplahan itu maknanya buruh tani.“Bertani adalah sebuah sistem, dimana lahan-lahan itu diperuntukkanuntuk pertanian, digarap untukpertanian, dimenej untuk pertanian,dan difasilitasi untuk pertanian.Sekarang hakekat di negara kita belummasuk ke situ. Pertanian belumdifasilitasi sebagaimana hal-hal di luarpertanian. Antara pendidikan danpertanian hampir sama belumdifasilitasi dengan semestinya,” kata
                                
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38