Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 35


                                    BERITAINDONESIA, 2 November 2006 35LENTERASyaykh, mengenai kondisi pertanianIndonesia sebagaimana dirilis MajalahAl-Zaytun Edisi 42-2005.Sekaligus Mengangkat DesaBertani itu, umumnya adanya didesa. Jadi mengelola pertanian dengansebuah sistem juga berarti mengangkatdesa. “Desa harus diangkat setinggitingginya dalam makna difasilitasisecukup-cukupnya. Berikan air,maknanya air jangan sampaimenggenang di waktu hujan sehinggatidak menjadi banjir, dan larisedemikian rupa diwaktu panassehingga menjadi kekeringan. Makafasilitas air sangat diperlukan, berikandesa itu fasilitas air. Sehingga identitasdesa sebagai lahan pertanian itu bisariil,” jelasnya.Setelah itu berikan sarana-saranainfrastruktur dalam bentuk jalan,perbaikan jalan. Sehingga komunikasiantara desa dengan kota menjadiselesa. Produk-produk pertanianmenjadi gampang dipasarkan olehpetani sendiri melalui koperasi.Kemudian berikan fasilitaspenerangan listrik yang cukup.Sehingga produk pertanian itu tidakdijual hanya row material-nya saja,tapi pascapanen petani masih bisamemproduk produksi pertanian yanglain karena ada tenaga listrik dikampung itu.“Selain ketiga unsur itu yang harusdiberikan kepada masyarakat desa,yang menjadi basis semua itu, saranapendidikan yang cukup,” kata Syaykh.Dalam hal ini, menurut Syaykh,pemerintah sebenarnya hanyafasilitator, yang mesti action nyataadalah petani itu sendiri. Masalahnya,petani di Indonesia rata-rata buruh tanibukan petani. Banyak orang masihbelum concern pada pertanian. Yangmasih concern pada pertanianhanya.buruh tani dan petanisupergurem, bukan petani yangterdidik.Mereka kelompok bawahtermarjinalkan, terpinggirkan,kelompok warga yang tak berdaya,hanya menjadi objek. Tidak berdayadalam mekanisme sarana produksi danmekanisme pasar.Menurut Syaykh, hal ini yang harusdiatasi dan ditingkatkan. Dalam masa5-10 tahun ke depan, program negaraharus pro petani, pro rakyat desa.Sehingga nanti terjembatanilahkemakmuran di kota dan kemakmurandi desa dengan kebijakan yang strategismengangkat petani, menjadi petaniyang hakiki, sekaligus mengangkatmasyarakat desa,” ujar Syaykh.Perhatian fasilitator (pemerintah)terhadap pertanian harus lebihditingkatkan. Peningkatan perhatian ituantara lain dibuktikan denganpeningkatan anggaran untuk pertanian.Kurangnya anggaran pertanian adalahbukti kurangnya perhatian pemerintahselaku fasilitator.Salah satu akibat dari kurangnyaperhatian fasilitator juga terlihat darikenyataan banyaknya sarjana lulusanpertanian beralih profesi ke bidangnonpertanian. Produk pendidikanpertanian itu tidak menjamin negara inilangsung menjadi baik bilafasilitatornya tidak meletakkan merekapada posisi-posisi yang sebenarnya.“Mengapa seorang sarjana pertanianmenjadi alih profesi, lari kepada tugastugas keuangan, tugas-tugas politik,tugas-tugas yang lain? Karena memangfasilitas pertanian menurut mere-kadianggap tidak ada.”Selain itu, menurut Syaykh, sistempendidikannya sendiri tidakmenciptakan satu keyakinanenterpreneurship bagi masing-masingmanusia terdidik. “Akhirnya diabergantung kepada kekuatan yang maumenggunakan dirinya. Yang padagilirannya tidak profesional semuanyadan terjadilah kondisi negara sepertiyang hari ini kita rasakan bersama,”tegas Syaykh.Syaykh menambahkan bahwakeberhasilan pertanian itu bisamengangkat kejayaan negara, dan itubukan sekadar keyakinan, namun harusmenjadi darah daging bangsaIndonesia. Karena tanpa itu Indonesiatidak bangkit. “Karena itu untukmembangkitkan Indonesia, pertanianmesti ditata secara wajar tidak sepertihari ini. Hari ini penataan pertanianbelum wajar,” katanya.Padi Sumber KayaIndonesia sebagai salah satu negaraagraris yang berpenduduk mayoritaspetani, tetapi kebanyakan masihmenggunakan cara tradisionalmengikuti tradisi leluhur. Sehinggaproduksinya dari tahun ke tahun tidakmengalami peningkatan yangsignifikan, hanya berkutat di kisaran 4ton per hektar. Sementara negaratetangga, Vietnam dan Malaysia telahmampu meningkatkan produktivitaspadi 10 ton per hektar.Kegagalan dan ketertinggalanIndonesia tersebut, menurut Syaykh,diakibatkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, banyaknya tenaga ahlipertanian yang bekerja tidak sesuaidengan bidangnya. Juga rendahnyabiaya untuk penelitian di sampingadanya anggapan bahwa petani tidakakan pernah menjadi kaya.Kondisi ini harus sesegera mungkindi atasi. Apalagi WTO telahmencanangkan tahun 2015 akan dibukaliberalisasi produk pertanian. Untukmenghadapi hal tersebut, kata Syaykh,persiapan harus maksimal. Karena kitasiap atau tidak hal itu pasti berjalan.Jadi, kata Syaykh, jangan menunggusemua siap. “Kita yang di masyarakatkecil ini harus berjalan. Tak perlu harus
                                
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39