Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 24
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 2 November 2006BERITA UTAMA1945 dirumuskan oleh para negarawan,bukan politisi yang mengutamakan kepentingan golongan atau partai merekasendiri.Kunci untuk memulihkan semua krisistersebut, menurut Suhardiman, adalahkepemimpinan budaya, yaitu perlu adanya perombakan mendasar melalui pembangunan mental masyarakat dengannation and character building. Suhardiman menilai krisis kepemimpinanbudaya semakin parah akibat ketakmampuan memelihara nilai-nilai budayaleluhur. Nilai-nilai akhlak dan moralmerosot, ditandai oleh munculnya generasi penghujat, dan dekadensi moral,seperti merajalelanya kasus Narkoba danpornografi.“Tanpa jati diri dan budaya yang kokohniscaya Indonesia akan larut dalampusaran pertarungan global yang didominasi oleh negara-negara kaya,” kataSuhardiman. Sementara nilai-nilai luhurbudaya bangsa yang menjadi ciri khasIndonesia, seperti budaya malu, budayatahu diri, ramah-tamah, sopan santun,berbudi serta budaya harmonisasi dantoleransi, semakin luntur. Dia inginmelihat manusia Indonesia merefleksikandirinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan,mahluk sosial dan mahluk individu.Suhardiman menilai, Indonesia jugamengalami krisis kepemimpinan politikdi dalam menjaring tokoh-tokoh negarawan, justru yang muncul lebih mencerminkan dirinya sebagai pemimpin partai,pemimpin kelompok atau pemimpingolongan. Krisis tersebut lebih banyakmenelorkan pemimpin yang punya loyalitas ganda, paling tidak menyamakankepentingan partai atau golongan dengankepentingan negara. Sekarang, katanya,bertarung kepemimpinan partisan; nasionalis, federalis, separatis, fundamentalisagama, ekstremis kanan dan kiri, sertakelompok masyarakat yang merefleksikanideologi mereka dalam bentuk organisasi,partai, ormas dan LSM.Cukupi Pangan RakyatSementara itu, Dr. Syaykh AS PanjiGumilang melihat pencapaian cita-citamasyarakat adil dan makmur harus dimulai dengan membangun desa. Sebab itu,kata Syaykh, desa memerlukan pemimpinbangsa yang menjadi lokomotif perubahan. Yakni, pemimpin yang berorientasike masyarakat desa dan pembangunandesa. Alasan Syaykh, bangsa ini lemah karena rakyatnya kurang makan dalam artimakanan yang cukup gizinya. Karenahanya makanan yang bergizi yang mengekarkan tubuh dan mencerdaskan otak.Kata Syaykh, semestinya pemerintahmenata pangan rakyat dulu baru membangun ekonomi. Sebab negara-negarayang sudah makmur membangun ekonomi untuk mempertahankan panganaktual rakyat. Mengapa? Karena merekamemulai pembangunan dengan rakyatyang cukup makan. Bukan sekadar perutnya kenyang, tetapi protein cukup, gizicukup dan vitamin cukup, sehinggabangsanya kokoh dan lebih cepat danefisien membangun ekonomi mereka.Menurut Syaykh kekuatan bangsa iniletaknya di desa. Bukan pada para elityang tinggal di kota. “Mereka tidakdiangkat bisa jalan sendiri,” kata Syaykhdalam wawancara dengan Berita Indonesia. Kata Syaykh, banyak bukti bahwadesa belum terlalu diperhatikan. Orangkota saja sulit masuk ke desa, seperti keDesa Sandrem, Indramayu, yang menjadilokasi Lembaga Pendidikan Al-Zaytun.Padahal di situ, menurut Syaykh, adaunsur yang bisa mendekatkan kota dandesa. Cita-cita Syaykh membangun AlZaytun di desa adalah menjembatani desadan kota, baik secara kualitas maupunfoto: berindo wilson foto: dok