Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 25
P. 58


                                    58 BERITAINDONESIA, 23 November 2006BERITA DAERAHAlam Kabupaten Bulungan yang memilikisumber daya alam yang dominan untukpertanian belum sepenuhnyadimanfaatkan. Selain minimnya SDM yangmemiliki kemampuan untukmengeksplorasinya, perhatian pemerintahpun masih setengah-setengah.(Dinas Pertanian Bulungan,Red) saat ini sedang melakukan hal yang sama (sekolah lapangan, Red) di Desa Mara,Kecamatan Tanjung Palas Barat dan Desa Tana Merah, diKecamatan Tanah Lia,” kataMed Vet Indrawanto.Bagaimana komentar penduduk Desa Long Pari? Beberapa petani yang ditemui media ini di lahan persawahan,yang lebih tepat disebut ladangkering, nampak kebingungan.Karena mereka sendiri, barutahun ini menanam padi ditanah datar yang disebut sebagai areal persawahan tanpaair, dan jenis padi yang ditanam pun menggunakan padigunung atau yang bisa dipanenhanya sekali dalam setahun.“Bagaimana bisa dikatakanhasilnya meningkat, rumputnya saja lebih cepat tumbuhdari padi,” kata beberapa penduduk desa di tengah lahan.Menurut seorang wargayang enggan ditulis namanya,beberapa penduduk termasukdirinya, memang pernah mengikuti sekolah lapangan yangdiadakan Dinas Pertanian Bulungan di desa Long Pari. “Jikatidak salah ingat, itu dilaksanakan selama tiga bulan, dariSeptember sampai Desember2005 lalu. Setiap Sabtu siang,petugas dari Dinas PertanianBulungan datang ke sini. Itu,lahan tempat kami praktek,”kata seorang petani sambilmenunjuk lahan 50 x 20 meteryang kelihatan persis sepertilapangan bola.Dikatakan, boleh jadi, panendari lahan percontohan inilahyang kemudian menjadi bahanlaporan Dinas Pertanian Bulungan bahwa hasil panen persawahan para petani di DesaLong Pari berhasil. Padahal,seperti diceritakan pendudukkepada Berita Indonesia, tidakada peningkatan panen yangberarti. Memang benar, DinasPertanian Bulungan memberipenyuluhan. Tapi, seperti disampaikan penduduk, apakahdengan cara itu, bisa dijaminbahwa masyarakat sudahmampu menyerap pelajaranyang diberikan? Begitu puladengan hasil panen, apakahhanya dengan sample lahanseluas 50 x 20 meter bisadiketahui bahwa hasil pertanian masyarakat meningkatmenjadi 7,2 ton gabah keringper Ha. “Setelah padi yangditanam di lahan 50 x 20 meteritu bisa dipanen, padi dipotongdari lahan 4 x 4 meter, hasilnyaitulah yang kemudian dijadikan patokan bahwa hasil pertanian masyarakat meningkatmenjadi 7,2 ton gabah per Ha,”kata penduduk.Menurut masyarakat desayang dihuni suku Dayak Kenyah, sampai sejauh ini masyarakat belum pernah mengajukan protes. Sebab menurutmereka, apapun yang dikatakan oleh pemerintah, sepertimasyarakat sudah bisa berswasembada beras, panen sawah melimpah ruah, tidakmenjadi soal, karena yang dibutuhkan masyarakat sekarang, Pemerintah lancar mendistribusikan “beras miskin”.Sementara untuk lahan persawahan yang hingga saat ini belum terealisasi, begitu pula dengan irigasi yang ada, sudahbanyak yang sudah rusak, masyarakat berharap agar BupatiBulungan, Drs H Budiman Arifin, MSi dan wakilnya, Drs LietIngai, MSi menepati janjinya.Soal Dinas Pertanian Bulungan yang mengatakan, bahwapanen padi petani meningkat,tidak akan dipermasalahkanmasyarakat, sebab yang menilaikinerja mereka, masih adaBupati dan DPRD. “Tidak baikmenyalahkan orang, kami sendiri pun hingga saat ini masihtetap menanam padi secaratradisional, yang oleh orangkota juluki “ladang berpindahpindah,” kata salah seorangwarga. Itulah mengapa HarianSinar Pagi Baru pada Edisi No364/September lalu menulis,“Dimana ada “panen raya”sebagai hasil pembangunanyang dilakukan pemerintahdaerah?” Menurut koran terbitan Jakarta ini, panen rayayang ditunjukkan Dinas Pertanian Kabupaten Bulungankepada Bupati Bulungan dalamkunjungan kerjanya, adalahhasil kerja petani tradisional.Rupanya, proyek-proyekyang berkaitan dengan pertanian di Kabupaten Bulungan tidak hanya membuat masyarakat petani risih, bahkan anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD) di Kabupateninduk yang berada di WilayahUtara, Kaltim ini menyoroti kinerja para pejabat di Kabupaten Bulungan. “Bupati jangancuma dengar laporan dari anakbuah, perlu turun ke lapangan,”kata Drs Henock Merang dan E.Daud Larung, keduanya anggota DPRD Bulungan di Tanjungselor kepada SL Pohan dariBerita Indonesia.Menurut kedua anggotaDPRD dari Komisi III yangmembidangi pembangunanini, Dewan akan melakukanpemanggilan berkaitan dengan pertanian, mulai daripencetakan sawah, pembeliantraktor tangan, dan pembangunan irigasi. “PU ProvinsiKaltim sendiri, sudah sejak tahun 2003 lalu membangun irigasi pengairan di 11 (sebelas)lokasi, lengkap dengan mesinpompa airnya yang mampumengairi 2.000 Ha lahan persawahan. Apa masalahnya sehingga sampai sekarang pencetakan sawah belum dilakukan. Kenapa irigasi belumdapat dimanfaatkan para petani, kita perlu kejelasan. Bilaperlu, kita minta supaya masalah ini dilakukan pengusutan,” tegasnya. „ SLPatahari belumberanjak ke peraduan, saatspeedboat yangmembawa Wartawan BeritaIndonesia tiba di Long Pari.Sebuah desa di KecamatanTanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, KalimantanTimur, yang akhir-akhir ini didengung-dengungkan, mampuberswasembada pangan beras.Keberhasilan masyarakat didesa yang terletak di pinggirSungai Kayan ini, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan,Drs. Med Vet Indrawanto, tidak terlepas dari bimbingandan penyuluhan yang telah dilakukan lewat ‘Sekolah Lapangan’. “Mereka dilatih dan diajari untuk menggunakan semua fasilitas pertanian, mulaidari menggunakan dan merawat traktor tangan, mengolahtanah, pemupukan, sampai penanggulangan hama,” katanya.Hasilnya? Sudah tentu, jawabnya - meningkat. “Sebab,jika sebelumnya, petani hanyamemperoleh gabah 2 (dua) tonper hektar (Ha), sekarang naikmenjadi 4 (empat) ton, atauberhasil seratus persen. KamiPetani Tanpa SawahMIrigasi: Warga desa Long Pari menunggu lahan sawah.foto: berindo sl pohan
                                
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62