Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 28
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, 04 Januari 2007BERITA HUMANIORAHiburanyang MematikanSmackdown! Tayangan yang seharusnyaditujukan bagi orang dewasa ini ternyatajuga ditonton anak-anak dan seringkalitanpa disertai bimbingan orang tua.edua pria itu salingmenatap tajam.Tatapan merekasepertinya penuhdengan amarah dan kebencian. King Booker, seorangbintang Smackdown, kali iniakan bertarung di atas ringmelawan Batista, sang juarakelas berat. Ketika bel dibunyikan tanda pertarungan dimulai, keduanya langsung saling hantam. Tubuh merekayang besar dan berotot itu saling berbenturan. Penontonberteriak dan bertepuk tangan.Tiba-tiba, tangan Batista mencekik leher King Booker daribelakang. Dan dengan tersenyum kejam, Batista mengangkat King Booker dan kemudian membantingnya keatas kanvas ring. Penontonberteriak lebih keras dan bertepuk tangan lebih riuh. KingBooker segera bangkit. Seakan-akan bantingan itu samasekali tidak menyakiti dirinya.Bahkan ketika pertarunganusai, keduanya tidak terlukaataupun berdarah. Padahalmereka sudah saling adu jotos,ditendang, dibanting, sudahdipukul dengan kursi besi dandilempar ke luar ring, tetapitetap saja tidak ada satupun diantara mereka yang harusdibawa lari ke rumah sakit.Kekerasan memang saratdalam setiap adegan tayangangulat luar negeri yang biasadisebut Smackdown. Layaknyafilm atau telenovela, Smackdown ini dilakukan sesuaiskrip. Semua omongan dan gerakan berdasarkan skrip yangmesti dihafalkan. Sedangkangerakan-gerakan ‘kasar’ yangdiperlihatkan dilaksanakanterlebih dahulu oleh para profesional terlatih. Sebagai tindakan preventif agar adegan diSmackdown tidak diikuti maka host selalu menyampaikanagar jangan menirukan semuaadegan di rumah. Begitu jugasaat acara berlangsung akanditampilkan running text sertalogo ‘Bimbingan Orang tua(BO)’ agar orang tua selalumendampingi anak-anaknyasaat menonton tayangan ini.Walaupun demikian, tetap sajabanyak penonton tidak menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan televisi untuk meraih rating tinggi.Hal itu juga tidak disadarioleh beberapa anak yang meniru gerakan Smackdown ketika bermain bersama temannya sehingga mengakibatkantemannya meninggal dunia.Telah dua orang anak meninggal dunia masing-masing RI(7) dari Bandung dan KK (5)dari Ciputat, serta tujuh lainnya mengalami luka berat seperti kebocoran kening, patahtulang kaki, patah tulang tangan, patah tulang punggung,hingga gegar otak. Di negaraasalnya, Amerika, tayangantelevisi Smackdown jugamengakibatkan kematian. Beberapa tahun yang lalu, di Dallas, seorang anak laki-laki berumur 3 tahun tanpa sengajaterbunuh ketika kakaknyayang berumur 7 tahun menirugerakan gulat Smackdown kepadanya. Anak laki-laki ituberlari ke arah adiknya, menghantamkan lengannya ke leheradiknya. Adiknya meninggalbeberapa hari kemudian setelah mengalami luka di kepalanya. Smackdown yang seharusnya menjadi tayangan yangmenghibur ternyata telahmenjadi ‘hiburan’ kekerasan.Para orang tua mulai merasacemas dengan tayanganSmackdown. Mereka takutkalau anaknya akan meniruniru gerakan gulat tanpa menyadari kalau gerakan itu berbahaya. Mereka kemudianmendesak agar stasiun televisiLativi menghapuskan tayangan Smackdown, menyusuladanya beberapa kasus tewasnya sejumlah anak akibat meniru adegan yang ada di acaratersebut. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA)melalui Sekretaris JenderalKomnas PA, Arist MerdekaSirait di Jakarta mengatakan“Tayangan Smackdown telahmenjadi candu bagi anak-anakuntuk melakukan kekerasan,untuk itu harus dihentikan.Penayangan Smackdown yangpenuh dengan kekerasan danbrutal akan sangat berbahayabagi perkembangan anak.”Menguatnya keresahan masyarakat akibat acara Smackdown itu membuat pihak Lativi, mulai 3 Desember 2006berjanji tidak lagi menayangkan sajian kontroversial yangsudah memakan korban itu.Tayangan televisi sepertiSmackdown memang sangatberbahaya kalau ditonton olehanak-anak karena mereka suka meniru apa yang merekalihat. Dr. Howard Spivack, seorang anggota dari AkademiKesehatan Anak di Amerika,mengatakan “Sudah menjadisesuatu yang umum kalauanak-anak meniru apa yangmereka lihat di televisi, khususnya, meniru perilaku yangterlihat menyenangkan dimana konsekuensi dari perilaku itu sepertinya tidak ada,”ujarnya. Jadi anak-anak yangmelihat para pegulat salingpukul dan minggu depannyamereka melihat para pegulatitu dalam keadaan tanpa lukaakan berpikir ada kekerasantapi tidak ada yang terluka. Dr.Spivack menyarankan agar orang tua mengawasi apa yangditonton oleh anak-anak mereka, dan waspada terhadapapa yang dipelajari oleh anakanak mereka dari yang merekalihat di televisi.“Mengetahui mengenai perkembangan anak akan sangatmembantu,” ujar Peggy Fitch,seorang profesor psikologi diCentral College di Iowa, AS.Sekitar usia 4 atau 5 tahun, ketika menonton televisi, anakanak hanya melihat gambargambar dan mereka mengikutike mana gambar itu bergerak.Pada usia 8 atau 9 tahun, anakanak untuk pertama kalinyamenyadari bahwa orang-orangdalam televisi adalah aktoryang berakting sesuai naskah.Dan ketika mereka berusia 10atau 12 tahun, mereka belajarmemahami apakah yang mereka lihat di televisi itu benarbenar nyata atau sekadar fantasi. Masalahnya saat ini, batasan mana yang nyata danfantasi di televisi sudah menjadi kabur. Contohnya tayangan gulat di televisi, para penonton menyaksikan bagaimana para pegulat sepertinyabenar-benar saling memukul,membanting, dan mengeluarkan darah. Sebab itu orang tuadiharapkan dapat membantuanak-anak untuk memberitahukan kepada anaknya mana tayangan televisi yang nyatadan tidak nyata. „ DAP, MLPKSalah satu adegan Smackdown di televisi.
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48