Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 29
P. 63


                                    BERITAINDONESIA, 18 Januari 2007 63BERITA EKONOMIpan di 2007buruk, sementara angka kematian ibumelahirkan terjadi 307 per setiap 100.000kelahiran. Keterpurukan kesejahteraanmasyarakat Indonesia semakin lengkapjika dilihat dari sisi akses pendudukterhadap pendidikan, sarana air bersih,dan sanitasi.Di pihak lain, permasalahan pengangguran di Indonesia juga terus meningkat.Berdasarkan survey BPS yang dilansirHarian Kompas, Selasa (12/12) menyebutkan, dari 105 juta angkatan kerjaIndonesia tahun 2005, lebih dari 40 jutadi antaranya menjadi penganggur. Dari 40juta tersebut, 10,8 juta di antaranyatergolong dalam penganggur terbuka.Dilihat dari tingkat pendidikannya, lebih dari 30% atau 3.911.502 orang penganggur adalah lulusan Sekolah Menengah Atas. Sedangkan, jumlah penganggur terbesar kedua adalah lulusan SekolahMenengah Pertama sebesar 2.689.810orang, diikuti lulusan Sekolah Dasar sebanyak 2. 540.977 orang dan angkatankerja yang tidak lulus Sekolah Dasar sebesar 1.012.711 orang. Sementara penganggur lulusan pendidikan tinggi didominasilulusan universitas sebesar 385.418 orang,diikuti lulusan akademi /Diploma IIIsebesar 215.320 orang dan lulusan DiplomaI dan II sebesar 107.516 orang.Pada tahun 2006, jumlah pengangguran ini akan terus bertambah, baik karenaakibat langsung dari pertambahan jumlahpenduduk maupun dampak ikutan darikegagalan meningkatkan kinerja perekonomian nasional. Kegagalan mencapaitingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 ini, tidak saja gagal menyediakan lapangan kerja baru, tetapi sebaliknyasemakin mempersempit lapangan kerjabagi para penganggur.Persoalan BaruAkumulasi dari persoalan-persoalan diatas, tidak hanya memengaruhi rendahnya tingkat kesejahteraan tahun 2006saja, berikut dengan ekses-ekses yangditimbulkannya. Persoalan itu juga akanmenjadi handicap kinerja perekonomianpada tahun 2007 mendatang. Tingginyaangka kemiskinan dan pengangguran,yang sekaligus menjadi refleksi dari lemahnya daya beli masyarakat, akan menjadi beban berat dalam menggerakkanperekonomian nasional di tahun 2007.Daya beli yang rendah, yang sebenarnyasudah dimulai sejak awal kuartal keduatahun 2005, sebagai akibat langsung darikenaikan harga BBM, akan semakinberakumulasi pada tahun 2007 mendatang. Padahal, sejak krisis pertengahan1997, perekonomian Indonesia relatifmengandalkan sektor konsumsi sebagaisektor penghela pertumbuhan ekonomi,dengan menyumbang rata-rata 3,5 persenper tahun. Hal ini akan terlihat daripenurunan persentase sumbangan sektorkonsumsi terhadap pertumbuhan PDBnasional pada tahun 2007 mendatang.Dengan demikian, perlemahan dayabeli akan berdampak buruk pada kinerjasektor konsumsi, yang kemudian akanberpotensi besar memukul sektor perdagangan yang juga akan melambat. Selanjutnya, dengan perlambatan sektorperdagangan, juga akan memukul sektorindustri karena produksinya tidak terserap pasar.Mengasah Kembali Harapan di 2007Simulasi perekonomian 2007 yangmenggambarkan kekhawatiran akanberlanjutnya perlambatan, tidaklah menjadi persepsi umum. Pemerintah, parapengamat, akademisi, pelaku bisnis, danpelaku pasar, justru sebaliknya. Merekasangat optimis dengan perekonomian2007 mendatang yang akan jauh lebihbaik dari perekonomian tahun 2006.Latar belakang pemikiran itu tetap bertitik tolak dari kinerja makroekonomiyang semakin kondusif.Memang tidak bisa diingkari, perekonomian 2007 akan berangkat dariperforma ekonomi makro yang jauh lebihbaik dari periode yang sama tahun 2006.Terlebih tingkat suku bunga perbankanyang sudah single digit sekarang ini,diperkirakan akan mendorong perbankansemakin agresif menyalurkan kredit kedunia usaha, hingga secara umum dapatmendorong pertumbuhan ekonomi.Namun di sisi yang lain, beban ekonomi2007 yang dipikul juga jauh lebih besardari tahun 2006. Kendala utama adalahkemiskinan yang mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat dan memilikipotensi besar memicu perlambatan ekonomi. Pemerintah diharapkan mampumembangun sinergi di antara peningkatan daya beli masyarakat untuk mendorong kinerja sektor konsumsi pada satusisi dan di sisi lain mendorong pertumbuhan sektor produksi, industri dan perdagangan. „ MHsudah single digit sekarang ini, diperkirakan akan mendorong perbankan semakin agresif menyalurkanfoto: berindo wilson
                                
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67