Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 29
P. 62
62 BERITAINDONESIA, 18 Januari 2007BERITA EKONOMIMengasah Kembali HarapKini, jelaslah sudah, kinerja perekonomian nasionalsepanjang tahun 2006 telah benar-benar menunjukkanhasil yang sangat mengecewakan. Pertumbuhan ekonomiyang diasumsikan sebesar 5,8% pada Produk DomestikBruto (PDB), ternyata tidak dapat direalisasikan. Alhasil,tahun 2006 yang diharapkan sebagai momentum awalpencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi, telah benarbenar gagal diwujudkan.engan tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan sebesar 5,8% padatahun 2006, masa depan perekonomian Indonesia masih akan terusdibayang-bayangi keterpurukan. Kinerjamakro ekonomi yang membaik selamatahun 2006, ternyata tidak mampumembantu Indonesia untuk bangkit dariketerpurukan.Sebelumnya, pemerintah yang membaca arah perbaikan kinerja ekonomimakro yang terjadi sejak awal tahun 2006,seperti telah melihat jalan keluar daricarut marut perekonomian selama ini,khususnya sepanjang tahun 2005. Tingkat inflasi yang menurun, suku bungaacuan (BI Rate) yang menurun, dan kursyang stabil, diyakini sebagai seberkassinar di ujung lorong dan petunjuk jalanmenuju pertumbuhan ekonomi yang lebihtinggi.Maka tidaklah mengherankan jika pemerintah menjadi optimis jika tahun2006 sebagai momentum awal pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi. Sekaligus dengan harapan itu, pemerintah jugaberharap akan kembali mengulang kisahsukses pertumbuhan ekonomi Orde Barusebesar 7% atau lebih. Namun dalam kenyataannya, optimisme segera berubahmenjadi pesimisme setelah melihat realisasi pertumbuhan ekonomi hingga kuartalketiga 2006 yang justru turun. HarianKompas, Jumat (17/11) melaporkan release Badan Pusat Statistik (BPS) itu, bahwa pertumbuhan ekonomi hanya 5,14%.Optimisme pemerintah di awal tahun2006, tentu bukanlah sesuatu yang berlebihan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2% sebagaimana yang ditetapkan pada APBN 2006. Namun setelah melihat realisasi pertumbuhan ekonomi kwartal I dan indikasi pertumbuhanekonomi kwartal II yang jauh lebih rendahdari 6,2%, optimisme itu mulai pupus dandikoreksi pemerintah bersama DPRdalam APBN Perubahan 2006, yangmenetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% pada PDB.Kegagalan mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 2006 sebesar 6,2%, benar-benar sebagai kenyataan pahit danmenjadi titik balik dari optimisme pemerintah. Namun yang paling memilukansesungguhnya adalah ketidakmampuanpemerintah memanfaatkan momentumperbaikan ekonomi makro untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.Kemiskinan dan PengangguranDengan tingkat pertumbuhan ekonomi2006 yang di bawah estimasi, hampirdapat dipastikan akan melahirkan persoalan-persoalan baru dan sudah barangtentu membutuhkan penanganan yangbaru pula pada tahun 2007 mendatang.Di satu sisi, tingkat kemiskinan masihakan tinggi, jumlah pengangguran masihakan bertambah banyak, serta stabilitassosial akan semakin banyak diwarnaitingkat kriminalitas.Pertambahan jumlah penduduk miskin,menjadi persoalan utama yang saat ini sudah berada di pelupuk mata. Menurut laporan Bank Dunia yang dilansir di Jakartapada Kamis (7/12) menyebutkan separuhpenduduk Indonesia masih rentan menjadi miskin. Jumlah ini berbeda jauh dariyang diumumkan BPS yang mengklaimangka kemiskinan di Indonesia hanya17,75%, dengan garis kemiskinan yangditetapkan berdasarkan tingkat penghasilan 1,55 dolar AS per hari.Seperti dilaporkan Harian Kompas,Jumat (8/12), Bank Dunia memperhitungkan 108,78 juta orang atau 49% dari total penduduk Indonesia dalam kondisimiskin dan rentan menjadi miskin. Dasarperhitungan yang digunakan Bank Duniauntuk mendapatkan jumlah pendudukmiskin ini adalah tingkat pendapatanpenduduk yang kurang dari 2 dolar ASatau sekitar Rp 19.000 per hari.Lebih memprihatinkan lagi, Kepala Perwakilan Bank Dunia Andew Steer, mengungkapkan perbedaan antara penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dengan penduduk yang beradadi atas garis kemiskinan, sangat tipis. Iamencontohkan, lebih dari 38% rumahtangga miskin pada tahun 2004, tidaktergolong miskin pada tahun sebelumnya.Ini berarti, jumlah penduduk miskin diIndonesia menjadi cenderung meningkatsetiap kali terjadi eskalasi perburukankinerja perekonomian. Kemacetan perekonomian yang terjadi pada tahun 2006ini pun, diyakini akan menambah jumlahpenduduk miskin di Indonesia. Ini punmasih akan cenderung terus meningkatjika kinerja perekonomian tidakmengalami peningkatan yang signifikan.Ditambahkan Andew Steer, jumlahpenduduk miskin di Indonesia diyakinimasih akan lebih serius dan lebih banyaklagi jika diukur berdasarkan TujuanPembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs). Sebab jumlahpenduduk miskin sebesar 108,78 juta orang tersebut, hanya diukur Bank Duniaberdasarkan satu kategori, yakni tingkatpendapatan.Di samping jumlah penduduk miskin,Bank Dunia juga melansir bahwa sekitar25% anak-anak balita menderita giziDSingle Digit: Tingkat suku bunga perbankan yang sukredit ke dunia usaha.