Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007BERITA HANKAMSaatnya Industri Dalam Negeri MenjawabKetergantungan akan kebutuhan alat utama sistempersenjataan (Alutsista) TNI/Polri terhadap asing harusdikurangi. Kini saatnya beralih ke produk dalam negeri.agum! Perasaan itulah yangmemenuhi benak anak bangsa tatkala melihat kecanggihan teknologi pertahananyang dipertunjukkan satuan pengamananPresiden Amerika dalam mengamankankunjungan George W. Bush ke Indonesia,November tahun lalu.Rasanya semut pun akan sulit untukmenyentuh kepentingan mereka. Yangterlihat itu tentu baru sebagian kecil dariseluruh teknologi yang dimiliki negaraadidaya itu dalam menjaga dan mengamankan berbagai kepentingannya.Ada hal yang begitu kontras bila dibandingkan dengan teknologi pertahananyang dimiliki Indonesia saat ini. Ditambahlagi negeri ini harus bisa memberikan rasaaman kepada 220 juta penduduknya yangtersebar di 17.000–an pulau dari Sabanghingga Merauke.Deputi Meneg Ristek Bidang ProgramRiptek Dr. Bambang Setiadi mengatakan,wilayah Indonesia yang kaya dengan berbagai sumber daya alam perlu dijaga. Danlebih penting lagi diperlukan teknologipertahanan yang kuat dan canggih gunamenjaga kedaulatan NKRI. Menurutnyaketertinggalan itu bukan untuk dibiarkanmelainkan harus dikejar. Salah satucaranya termasuk mendayagunakanindustri pertahanan dalam negeri. Takheran bila bidang pertahanan dan keamanan masuk dalam enam fokus Kebijakan Strategi Nasional.Sementara Prof. Dr. Bambang Sutjiatmo, M.Sc, Staf Ahli Meneg Ristek BidangTeknologi Pertahanan dan Keamananmenilai, beberapa bidang teknologi pertahanan dan keamanan yang harus dikembangkan meliputi, teknologi alatangkut baik darat, laut maupun udara,teknologi persenjataan, kemudian teknologi yang terkait dengan K4I (Komando,Kendali, Komunikasi, Komputer danIntelijen) yang merupakan otak dari suatuoperasi militer. Dan sebagai pendukungadalah teknologi yang terkait dengan perbekalan dan logistik.Menurutnya, bila pemerintah khususnya Depertemen Pertahanan, TNI danPOLRI memiliki komitmen kuat untukmemanfaatkan dan menggunakan produkteknologi pertahanan dalam negeri, selainmengurangi ketergantungan terhadapasing juga lebih efisiensi serta dapatmeningkatkan kemampuan sumber dayamanusia di masa yang akan datang.Bahkan Wakil Presiden Jusuf Kallamengatakan, untuk memajukan industripertahanan dalam negeri pemerintahsepakat mendanai produksi alutsista lokalbagi TNI. Pemerintah tengah menyiapkandana sebesar 3,7 miliar dolar AS darikredit ekspor. “Targetnya semua kebutuhan pertahanan dapat dibuat di dalamnegeri. Kalau tidak sanggup sekarang, kitakaji dan riset lagi,” kata Wapres Rabu (10/1). Untuk itu, Menhan Juwono Sudarsonobersama Mabes TNI akan meneliti peralatan apa saja yang dibutuhkan TNI/Polri. Sementara Menteri Perindustrian,BUMN dan Industri Strategis akan menyusun kemampuan produksinya.Wapres optimistis industri dalam negeribisa bersaing dengan industri pertahanandi luar negeri.Anggota Komisi I DPR RI Happy BoneZulkarnaen mengatakan, Komisi I akanmengupayakan anggaran prioritas untukkebutuhan pertahanan dan keamanan.“Ini karena pertahanan dan keamananmerupakan pilar dalam menjamin stabilitas keamanan maupun politik,” ujarnya.Anggota Fraksi Partai Golkar ini menilai, kebutuhan peralatan untuk pertahanan dan keamanan sebetulnya sudahmampu diproduksi oleh Pindad. “Pindad,saya lihat cukup mampu bersaing dalampembuatan beberapa item persenjataanserta harga yang lebih murah dibandingkan harus membeli dari luar negeri,”katanya.“Kita harus membangun pondasi militer dengan baik. Kalau kita lihat di Rusiaatau China, sejatinya tak kaya-kaya amat.Namun mereka bisa menggalang kekuatan dalam negeri, baik SDM maupunSDA. Mereka juga bisa memacu teknologimiliternya yang bisa setara dengan standar NATO. Bahkan mampu bersaingdengan negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, Inggris serta negara EropaBarat lainnya. Kenapa kita tidak?” ujarnya diplomatis.Hal senada juga dikemukakan anggotaKomisi I lainnya Drs Ridwan Mukti MBA.Dia menilai Pindad sudah mampu menyikapi perkembangan teknologi pertahanan.Dia juga menekankan, tidak ada satunegara pun di dunia yang teknologi danindustri pertahanannya bergantung kepadanegara lain. “Jadi saat ini suka atau tidaksuka dan mau tidak mau, kita harusmembuat satu kemandirian industri pertahanan sendiri, dengan cara meningkatkan peran serta dan partisipasi aktif dariBUMN strategis, seperti Pindad, PAL,Dahana, dan DI yang menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan TNI,” katanya. „SB, SPKPanser produksi Pindad mampu bersaing dengan produk negara asing. foto: berindo wilson
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66