Page 39 - Majalah Berita Indonesia Edisi 33
P. 39


                                    BERITAINDONESIA, 15 Maret 2007 39BERITA EKONOMIresorPermintaan Fahmi Idris yang terkesanketus, mungkin hanyalah bentuk kemarahan terhadap perilaku para bankir yanghanya mengejar keuntungan denganmengabaikan fungsi utamanya sebagaipenyalur kredit kepada dunia usaha. Perilaku para bankir itu, telah dengan tragismengabaikan keterpurukan sektor riil.Namun ironisnya, berbagai kalanganjustru menyetir pernyataan Menteri Perindustrian itu, sebagai sesuatu yang layakdilakukan. Bahkan, mereka sepertinyatidak lagi sempat mempertimbangkanrisiko yang bakal muncul dari penghapusan SBI.Fungsi Pengendalian Gejolak MoneterAda kata-kata bijak yang menyatakan,“Jangan membakar lumbung untuk mengusir tikus” atau “Palu tidak dibutuhkanuntuk membunuh nyamuk”. Pemeo iniseharusnya menjadi acuan dalam menghadapi persoalan mandeknya sektor riil.Memang benar, dengan tidak adanyafasilitas SBI, tidak boleh tidak, perbankanharus mengalokasikan dananya ke sektorriil. Namun risiko moneter yang berpotensi timbul dari penghapusan SBI,juga sangat luar biasa. Volatilitas moneteryang sewaktu-waktu muncul, menjaditidak terkendali tanpa instrumen pengendali, sebagaimana fungsi SBI.Sesungguhnya, filosofi keberadaan SBIdimaksudkan sebagai pengendali ataustabilisator perekonomian. SBI berfungsimenyeimbangkan permintaan (demand)dan penawaran (supply) melalui penyesuaian jumlah uang beredar. Jika uangberedar terlalu banyak hingga mendorongperekonomian pada ancaman inflasi, BIakan memperkecil jumlah uang beredarmelalui operasi pasar pelelangan SBIdengan tingkat suku bunga yang lebihtinggi dari tingkat inflasi saat itu.Bank-bank akan menempatkan dananya di SBI selama marjin keuntungan daribunga SBI dianggap layak oleh perbankan. Sebaliknya, jika perbankan merasa tingkat keuntungan dari penempatandana di SBI lebih rendah dari penyalurankredit, mereka sudah barang tentu tidakmenempatkan dananya di SBI.Seiring dengan menurunnya laju inflasi,keuntungan perbankan dari penempatanSBI menjadi semakin kecil, dan pada saatitu perbankan akan menarik dananya dariSBI untuk kemudian disalurkan menjadikredit. Dengan penyaluran kredit ini, keuntungan perbankan akan jauh lebih besar.Namun permasalahan yang muncul diIndonesia saat ini adalah keenggananbank-bank menarik dananya dari SBI.Alasan satu-satunya adalah faktor risikoyang nihil dari penempatan dana di SBI,walau pun keuntungan yang diperolehsangat kecil. Celakanya, pembiayaansektor riil menjadi mandul. Dalam kondisidemikian, SBI telah menjadi aggressoratau penggangu perekonomian.SPN Tidak MemadaiDi tengah-tengah gagasan penghapusanSBI, berbagai kalangan juga sudah mengusulkan penggunaan beberapa sistempengendali moneter, namun menurutDeputi Gubernur Aslim Tadjuddin, hanyadua instrumen yang layak digunakan,yakni SPN dan SBI Overnight.SPN atau Surat Perbendaharaan Negara adalah semacam surat utang jangkapendek yang diterbitkan DepartemenKeuangan. Dana yang diperoleh atas penerbitan SPN ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah. Namunjumlah penerbitan SPN sangat terbatasjika dibandingkan dengan jumlah SBI.Maksimal jumlah SPN yang akan diterbitkan Departemen Keuangan, tidakakan melebihi jumlah defisit anggaran.Jika bertitik tolak dari APBN 2007,jumlah SPN yang mungkin diterbitkanpemerintah hanya berkisar Rp 35 triliunhingga Rp 40 triliun.Nilai SPN ini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah SBI yang mencapai Rp 237 triliun. Dengan demikian,SPN tidak dapat diharapkan efektif menjadi penghendali moneter karena dayaserapnya yang terbatas.Namun demikian, Deputi Gubernur BIAslim Tadjuddin, sangat positif. “Kalauuang di SBI itu kan sifatnya idle. Tapikalau ditempatkan ke T-Bills atau SPNkan bisa digunakan untuk pembiayaanproyek-proyek pemerintah, infrastruktur,dan lain-lain,” jelas Aslim, seperti dikutipInvestor Daily, Kamis (17/1).SBI Overnight Terhalang BenchmarkSementara itu, alternatif lain penggantiSBI adalah SBI overnight. Perbedaan diantara keduanya terletak pada tingkatsuku bunga. Tingkat suku bunga SBI yangmerupakan realisasi dari BI Rate (sukubunga acuan BI), membuat beban bungaSBI yang ditanggung APBN sangat tinggi.Karena merupakan implementasi BIRate, tingkat suku bunga SBI menjadilebih tinggi dari suku bunga komersial.Ukuran bunga komersial mengacu padatingkat suku bunga deposito. Oleh karenaitulah, SBI menjadi lahan bisnis yangsangat menarik bagi bank, karena memberi keuntungan yang cukup memadai.Oleh karena itulah BI sedang mengkajipenggunaan SBI Overnight untuk mengganti SBI, dengan tingkat suku bunga yangsaat ini berada pada kisaran 4% hingga5%. Deputi Gubernur BI Hartadi A.Sarwono mengakui banyak negara yangsudah meninggalkan instrumen SBI danberalih menggunakan sinyal moneterjangka pendek overnight atau tujuh hari.Bank Sentral AS (Federal Reserve) jugamenggunakan benchmark suku bungaberdasarkan overnight. Dengan peralihansinyal moneter ke SBI Overnight, diharapkan menjadi langkah awal untuk mempercepat perbankan untuk menurunkansuku bunganya ke level yang kondusif bagidunia usaha.Namun menurut Hartadi, implementasiSBI Overnight masih terkendala padabenchmark (patokan) karena segmentasiperbankan yang masih terlalu besar, yakniantara bank-bank kecil dengan bank-bankbesar. Di antara keduanya berbeda dalampenentuan tingkat bunga overnight.“Biasanya bank besar seperti itu jikameminjam di pasar uang antarbank overnight akan lebih murah dibanding bankkecil,” kata Hartadi, sebagaimana dikutipInvestor Daily, Kamis (17/1). „ MHu menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara. foto: berindo wilson
                                
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43