Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 33
P. 40
40 BERITAINDONESIA, 15 Maret 2007BERITA EKONOMIPertumbuhan EkonomiHanyut Terbawa BanjirDampak ekonomi yang ditimbulka2007 di berbagi daerah di selupeningkatan laju inflasi, penurunaproduki nasional akan berakibatekonomi. Para pengamat ekonomekonomi 2007 hanyilai kerugian materil akibatbanjir yang menenggelamkanJakarta bersama beberapadaerah di Indonesia selamaminggu pertama Februari 2007, diperkirakan mencapai Rp 4,5 triliun hingga Rp5 triliun. Sebuah jumlah yang sangatbesar, namun sumber lain menyebut Rp8,8 triliun. Nilai kerugian ini setaradengan jumlah produksi yang dihasilkanseluruh penduduk usia produktif di Indonesia selama setengah hari kerja atau 4(empat) jam kerja.Jika dianalogikan, untuk membayarkerugian akibat banjir, seluruh masyarakat Indonesia harus bekerja selama 4(empat) jam tanpa mengkonsumsi apapun (termasuk makan dan minun), barudapat menutupi kerugian yang ditimbulkan banjir.Lebih memprihatinkan lagi, dampakbencana tidak hanya merugikan wargaJakarta, tetapi juga seluruh perekonomiannasional. Implikasi seperti ini merupakankonsekuensi logis dari posisi Jakartasebagai pusat perekonomian nasional.Posisi ini tampak dari proporsi peredaranuang nasional yang didominasi Jakartahingga lebih dari 60%. Selaras dengan itu,Jakarta juga memberi sumbangan yangjuga besar terhadap turbulensi (gangguan) ekonomi yang terjadi.Salah satu potensi turbulensi adalahdaya sumbang Jakarta terhadap lajuinflasi. “Jakarta memang barometer danpaling besar bobot inflasinya, sekitar 25persen,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik(BPS) Rusman Heriawan, seperti dikutipHarian Suara Pembaruan, Jumat (9/2).Tidak mengherankan, jika Jakartadihantam banjir bandang seperti awalFebruari lalu, diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional. Target-target perekonomian, sebagaimana ekspektasi pemerintah dalam APBN2007, akan cenderung optimistis karenamelemahnya kinerja perekonomian akibat bencana banjir.Kerugian EkonomiSecara ekonomi, bencana banjir mengakibatkan kemunduran pada kinerjaperekonomian, karena sumber-sumberdaya yang seharusnya digunakan untukmenggerakkan perekonomian tenggelamatau hanyut bersama banjir. Di antaranya,infrastruktur, barang-barang modalberupa pabrik dan alat-alat perkantoran,bahan baku, barang hasil produksi yangbelum sempat didistribusikan, peralatanrumah tangga, serta makanan dan minuman yang secara langsung maupuntidak langsung berkaitan dengan aktivitasperekonomian.Bencana tidak hanya menimbulkankerugian materil semata, yakni barang,jasa dan tidak berjalannya proses produksi selama banjir. Nilai kerugian yangpaling besar justru terletak pada efekdomino yang ditimbulkan bencana banjirtersebut. Kerugian lanjutan ini, dapatdisebut dengan kerugian ekonomi, karenamuncul dari aktivitas ekonomi yangmengalami perlemahan pascabanjir.Pada satu sisi, banjir bandang telahmengakibatkan berbagai kerusakan infrastruktur, dan pada sisi lain juga mengakibatkan terjadinya inefisiensi padaaktivitas ekonomi.Salah satu bentuk inefisiensi yanglangsung menghadang aktivitas ekonomipascabanjir adalah terganggunya distribusi barang dan jasa. Setelah benar-benarlumpuh selama sepekan, aktivitas distribusi sepekan berikutnya masih bergeraklamban akibat menyempitnya jalan-jalankarena tumpukan sampah di seanteroJakarta dan menyita badan jalan. Lebihdari itu, banyak jalan yang mengalamikerusakan karena tergerus banjir.Sepintas, masalah ini terlihat sepele,namun dampak ekonomi yang ditimbulkannya sangat luar biasa. Dua komponen makroekonomi akan langsungterpengaruh dengan keterlambatan distribusi ini. Pertama, akan memicu laju inflasidan kedua menghambat arus eksporsekaligus meningkatkan impor.Laju inflasiPengamat ekonomi Tony Prasetyantonomisalnya, memastikan angka inflasi 2007sedikit banyak akan dipengaruhi olehbanjir yang melanda Jakarta. “Inflasibulan Februari saya perkirakan akan lebihtinggi dibandingkan Januari yang mencapai 1,4 persen. Apabila dalam dua bulanNKendala perekonomian yang muncul pascabanjir adalah kemandegan distribusi akibat sampah banjir.