Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 33
P. 38


                                    38 BERITAINDONESIA, 15 Maret 2007BERITA EKONOMISertifikat Bank Indonesia (SBI)Stabilisator atau AgrAda dua isu ekonomi yang paling hangat dalam duaminggu terakhir. Pertama, gagasan berbagai kalanganuntuk mengamandemen UU No 3 tahun 2004 tentangBank Indonesia. Kedua, gagasan penghapusan SertifikatBank Indonesia (SBI).agasan pertama dimaksudkanuntuk mengubah aturan BI,khususnya peranan bank sentral dalam mendorong kinerjaperekonomian nasional. BI yang sejaktahun 1999 tidak lagi menyalurkan kreditlikuiditas atau biasa disebut denganKredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI),diusulkan untuk dihidupkan kembali,sebagaimana yang menjadi salah satubagian fungsi BI dalam UU No. 13 Tahun1968 tantang Bank SentralGagasan kedua dimaksudkan untukmenghilangkan fasilitas SBI sebagaitempat penyimpanan dana-dana perbankan. Sebab keberadaan SBI dinilaimenjadi faktor yang mendorong melemahnya penyaluran kredit oleh perbankan. Di samping itu, keberadaan SBI jugamenjadi beban bagi keuangan negara,karena APBN harus membayar bungaSBI, yang secara umum berada di atassuku bunga deposito.Ambiguitas PerekonomianKedua gagasan ini, walau pun hilirnyadatang dari dua arah yang berbeda,namun alirannya bersimpul dalam satumuara, yakni gagasan-gagasan untukmeningkatkan kinerja sektor riil. Keduagagasan yang terkesan nyeleneh -dilihatdari kacamata teori ekonomi- namuntetap dapat dihargai karena pesan (massage) yang disampaikan sangat jelas,yakni upaya menggerakkan sektor rill.Ada beberapa pesan (massages) penting yang dapat ditarik dari kedua gagasanini. Pertama, adanya kekhawatiran terjadinya pembusukan ekonomi akibat tidakbergeraknya sektor riil. Jika sektor riil tetap tidak bergerak, konsekuensi yangharus dihadapi adalah penurunan kesejahteraan masyarakat. Pengangguranakan meningkat dan daya beli akan terusmelorot.Kedua, kebingungan para penggagasmemahami ambiguitas perekonomian.Memang sangat tidak mudah memahamikinerja perekonomian Indonesia yangmendua (ambigu), di mana sisi makro terus mengalami perbaikan namun di sisimikro tetap terpuruk. Secara teori, perbaikan makroekonomi akan dengansendirinya merangsang perbaikan mikroekonomi, khususnya sektor riil. Namunsejak beberapa tahun sejak tercapainyaperbaikan ekonomi makro, kinerja ekonomi mikro tetap tidak membaik.Ketiga, dibutuhkan langkah-langkahyang revolusioner untuk menggerakkansektor riil, termasuk di dalamnya langkahlangkah yang ekstralegalitas. Maka mencuatlah kedua gagasan itu, walaupunpenggagasnya sendiri menyadari hal itubertentangan dengan undang-undang.Penghapusan SBIJika gagasan pertama datang daribeberapa anggota DPR, maka gagasankedua justru datang dari seorang menteridan Ketua Kamar Dagang dan Industri(KADIN). Tidak kurang dari MenteriPerindustrian Fahmi Idris bersuara kerasmeminta agar SBI ditiadakan. Demikianjuga dengan Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) MS Hidayat menyerukanhal yang sama.Permintaan kedua pemangku sektor rielitu, memang sangat beralasan. Keberadaan SBI justru dimanfaatkan perbankansebagai lahan bisnis baru untuk mendapatkan keuntungan. Logikanya, denganhilangnya SBI, perbankan tidak memilikipilihan lain, kecuali menyalurkan dananyake dunia usaha.Namun pertanyaannya, apakah kemandegan kinerja sektor riil menjadi alasanpenghapusan SBI? Nampaknya, langkahitu merupakan sesuatu hal yang tidakmungkin diwujudkan, paling tidak dalamwaktu dekat. “Kalau saat ini SBI langsungdihapuskan, dengan cara apa kita mengatur kelebihan likuiditas?” ujar DeputiGubernur BI Aslim Tadjuddin, sepertidikutip Harian Kompas, Senin (19/2).Dibutuhkan waktu yang cukup panjanguntuk mempersiapkan instrumen barupengganti SBI. Rencananya, BI tengahmenyiapkan beberapa alternatif, sepertiTreasury Bill di Amerika Serikat atauSurat Perbendaharaan Negara (SPN) diIndonesia ataupun SBI overnight. “Jadi,saya harap semua pihak bisa bersabar. SBIakan dihapuskan secara bertahap seiringdengan penerbitan SPN yang saya dengarakan dilakukan pada kuartal ini,” ujarnya.Berita Indonesia pun yakin, permintaan Menteri Perindustrian Fahmi Idrisitu, tidak benar-benar dimaksudkan untuk menghapus SBI, terlebih dalam waktudekat. Jika Fahmi Idris benar-benar inginmenghapuskan SBI dalam waktu dekat,maka ia pasti memberi alternatif pengganti SBI untuk mengelola stabilitas moneter.Di samping itu, sebagai mantan pelakuusaha dan mantan anggota DPR yang sejak menapaki karirnya di Senayan, selalumenggeluti komisi-komisi yang berkaitandengan ekonomi, Fahmi Idris pastilahmenyadari ketidakmungkinan mencabutSBI, terlebih-lebih tanpa adanya pengganti instrumen stabilisator moneter.Penggunaan SBI akan semakin berkurang jika Depkeu G
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42