Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 21


                                    BERITAINDONESIA, 12 April 2007 21BERITA UTAMAtalkering sebelum pertengahan bulan. Agardapur terus mengepul dan anak-anakterus bisa sekolah, dia mengaku terpaksaberutang sana-sini. “Gali lobang, tutuplobang,” ujarnya memelas.Buat pegawai rendahan, peluang memperoleh tambahan memang ada. Pendapatan yang masih dalam kualifikasi resmialias halal, antara lain tunjangan pelaksana proyek (TPP) atau melakukan tugaske luar kota. Tapi tidak banyak staf rendahan yang mendapat kesempatan. Sudahmenjadi peraturan tak tertulis bahwa yangpantas melakukan perjalanan dinashanyalah unsur pimpinan. Di situlahenaknya jadi pejabat di republik ini.Tapi jujur saja, bukan hanya kalanganpejabat yang berpotensi melakukan korupsi. Mulai dari pramutus (pembantu),satpam, staf biasa juga melakukannya.Dalam berbagai bentuk dan dalam anekacara. Mulai dari mengkorup biaya fotokopihingga “menjual tandatangan” (SPPDfiktif) untuk mendapatkan 10-15 persendari nilai SPPD. Itu sudah lumrah dikalangan pegawai kecil. Bahkan bingkisandari atasan yang diterima para pegawaipada hari-hari tertentu, pada dasarnyaadalah “hasil korupsi, korupsi berjamaah”Kenapa? Karena itu tidak tercantum dalampos pengeluaran/anggaran.Kwik Kian Gie, yang menjabat MenkoEkonomi di dalam pemerintahan KHAbdurahman Wahid dan Megawati, tahun1980-an pernah membuat geger denganmenuding bahwa sekitar 30 persen dariAPBN habis dikorupsi. Sebelum Kwik,angggota DPR, TAM Simatupang, dengantegas menuding Bappenas sebagai lembaga paling korup di Indonesia. Praktiktak terpuji ini, menurut Simatupang,terjadi saat instansi/departemen mengajukan anggaran untuk disetujui olehBappenas, yang waktu itu masih sangat“berkuasa” untuk memuluskan atau mengebiri anggaran yang diajukan instansipemerintah. Kedua tokoh ini telah berhasil menyibakkan kabut misteri yangmenyelimuti praktik korupsi di Indonesiaselama Orba berkuasa.Sebelumnya, selama puluhan tahun, korupsi di Indonesia antara “ada dan tiada”.Praktik korupsi hanya sebatas pergunjingan dari mulut ke mulut, atau wacanaterbatas atau bisik-bisik di kaki lima.Seperti asap, terlihat jelas di depan mata,namun tidak terasa saat disentuh.Bagaimanapun, korupsi tetaplah aib,bertentangan dengan hukum dan normaagama. Korupsi identik dengan mencuri.Konsekuensinya adalah penjara. Ataubabak belur dihajar massa seperti dialamipara pencopet di bus kota atau di keretaapi.KesempatanKorupsi terjadi terutama karena terbukanya peluang dan kesempatan. Dijajaran pemerintahan misalnya, praktikkorupsi akan lebih marak di lingkunganproyek-proyek. yang merupakan salahsatu pendorong seseorang untuk melakukan korupsi.Artinya, praktik korupsi sebenarnyabisa terjadi kapan saja dan di mana saja.Tidak hanya di jajaran birokrasi pemerintah, di kalangan swasta pun kasus ini tetapada. Cuma entah kenapa, kasus korupsiyang melibatkan pejabat pemerintahanakan lebih cepat gaungnya dibanding dikalangan swasta. Penyebabnya mungkin,karena pegawai negeri yang sudah terlanjur mapan dengan citranya sebagaiabdi negara dan pelayan publik. Artinya,mereka diharuskan jujur, melayani danmengabdi kepada kepentingan negara,bangsa dan masyarakat. Harus menjadipanutan dalam hal kejujuran.Tapi itulah, seperti kata anak mudasekarang, PNS juga manusia. Mengapa?Gaji yang diterima PNS, sejatinya, masihjauh dari kebutuhan riil.Karena itu, praktik korupsi di jajaranpegawai negeri jangan disamaratakan.Bobot dan latar belakangnya, harusdifahami guna menghindari vonnismoral yang terlalu kejam. Yang membuat terenyuh, seorang pegawai rendahan terpaksa menandatangani SPPDfiktif demi seliter-dua liter beras atauuntuk mencicil pembayaran uang sekolah anak-anaknya. Sebaliknya, siapapun pasti geram mendengar seorangpejabat tinggi mengkorup miliaran rupiah hanya untuk memanjakan “binimuda” atau sebagai “cadangan devisa”untuk tujuh turunan. „ SBR, SHfoto: berindo wilson manusiawi.
                                
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25