Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 47
BERITAINDONESIA, 12 April 2007 47BERITA EKONOMIPerombakan Tim EkonomiBerpotensi KontaproduktifPresiden diharapkan hati-hati menyikapi desakan berbagaikalangan untuk me-reshuffle tim ekonomi. Walau adaharapan akan memberi perbaikan pasca reshuffle, namunjuga harus diantisipasi potensi pembusukan ekonomisetelah pergantian anggota kabinet.orongan untuk merombak Kabinet Indonesia Bersatu, semakin lama semakin terdengar nyaring, bahkan belakangan keinginan itu justru sudah berubah menjadi semacam pemaksaan kepada presiden agar sesegera mungkinmelakukan perombakan kabinetnya.Di kalangan pengamat dan akademisi,isu perombakan kabinet juga ditanggapidengan suara yang hampir senada, yakniperlunya presiden merombak kabinet.Pengamat pemerintahan dan juga Dosenpascasarjana politik lokal dan otonomidaerah Universitas Gajah Mada, Ari DwiPayana, seperti dilaporkan Harian SinarHarapan, Selasa (13/3) mengungkapkanperombakan kabinet didasarkan padakredibilitas para menteri yang semakintidak memadai.Bahkan sebelumnya, peneliti Centre forStrategic and International Studies(CSIS), Indra J Piliang, langsung menunjuk menteri-menteri yang membidangiekonomi dan sosial yang harus dirombakkarena menunjukkan kinerja yang tidakmaksimal. “Itu artinya, hampir dua pertiga dari menteri yang ada,” katanya kepada Harian Sinar Harapan, Jumat (2/3).Sementara itu di tempat terpisah, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) SyamsuddinHarris, walau di satu sisi menyetujui dilakukannya perombakan Kabinet Indonesia Bersatu, namun di sisi lain justru tidakmelihat reshuffle sebagai hal yang palingmendasar, melainkan pokok persoalannyaterletak pada perubahan sikap PresidenSusilo Bambang Yudhoyono (SBY).“SBY dulu yang berubah, baru kemudian menentukan siapa pembantunyayang yang harus di-reshuffle. Reshuffetanpa perubahan sikap kepemimpinan,tidak akan banyak menyelesaikan masalah,” katanya.Reshuffle Tim EkonomiAkan tetapi, khusus untuk tim ekonomi,desakan melakukan reshuffle harus disikapi presiden dengan hati-hati. Jikatidak karena sangat terpaksa, presidensebaiknya mempertahankan tim ekonomiyang ada saat ini. Ini tidak berarti bahwaanggota kabinet yang ada di tim ekonomisudah baik, tetapi untuk menghindarikekhawatiran terjadinya pembusukanekonomi akibat reshuffle.Ini telah menjadi pelajaran berhargadari reshuffle pertama, yang sebelumnyadiharapkan memeperbaiki kinerja perekonomian, tetapi kenyataannya justrumendorong perlambatan. Hal ini terlihatdari tingkat pertumbuhan ekonomi yangmenurun, dari 5,6% tahun 2005 menjadi5,5% tahun 2006. Angka kemiskinan juganaik sekitar 3,9 juta orang selama tahun2006 menjadi 39 juta orang.Menghindari Pembusukan EkonomiPrediksi banyak kalangan terhadapkinerja perekonomian tahun 2007, sudahjelas ditengarai pesimisme. Pertumbuhanekonomi yang ditargetkan pemerintahsebesa 6,3% pada PDB, diperkirakan tidakakan tercapai. Sekalipun pemerintah telahberupaya mendorong perbaikan ikliminvestasi, termasuk merelaksasi aturanBank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap sulit untuksekadar mencapai 6.0%.Dalam kondisi demikian, isu reshufflekabinet dapat berubah menjadi persoalanbaru yang semakin memperburuk kinerjaperekonomian. Disamping itu, harusdipahami, bahwa penggantian tim ekonomi tidak dapat menjadi jaminan akanmemperbaiki kinerja perekonomiannasional. Sebaliknya, reshuffle berpotensimemperburuk kinerja perekonomian, paling tidak selama masa penyesuaian dirianggota kabinet baru dalam menerjemahkan dan mengaktualisasikan visi pemerintah.Sebab sudah barang pasti, anggota kabinet baru masih harus menyesuaikan diridengan tim ekonomi lainnya, serta menyusun program-program kebijakan kementeriannya berdasarkan visi dan kebijakan yang akan ditempuhnya. Hal inisemua akan membawa konsekuensi memperlambat kinerja perekonomian, walaupun sesudahnya dimungkinkan adanyapercepatan pengelolaan kebijakan. MHDfoto: presidensby.infoPresiden dan Wakil Presiden harus mensinergikan gaya kepemimpinan.