Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, 12 April 2007BERITA EKONOMIMenyelamatkanPertumbuhanEkonomiPenguasaan aset yang timpang, sebagaimanayang terjadi menjelang kejatuhan orde baru, yaknikue terbesar perekonomian hanya dinikmati segelintir orang, sepertinya kembali lagi terjadi saat ini.Selain pertumbuhan ekonomi yang hanya ditopang sektor konsumsi, penguasaan sumberdaya ekonomi pun masih tertimpang. Hal ini terbukti dari data Lembaga Penjamin Simpanan(LPS). Data LPS per 31 Januari 2007 menunjukkan, 80% dari Rp 1.026 triliun dana pihak ketiga(DPK) ternyata hanya dimiliki 1,42 juta rekeningatau 1,75% dari total 81,5 juta rekening simpanan.Itu berarti, 97,25% deposan lainnya, hanyamenguasai 20% dana pihak ketiga, atau sebesarRp 263,6 triliun.Menyoroti ketimpangan dana pihak ketiga ini,harian Investor Daily, menyetarakan sebagaiketimpang distribusi pendapatan di masyarakat.Struktur yang timpang seperti ini berpotensimemicu gejolak sosial.Refleksi Hukum ParetoSenada dengan itu, Kepala Eksekutif LPSKrisna Wijaya, dan pengamat perbankan DjokoRetnadi menyatakan, penguasaan segelintir orang terhadap DPK perbankan nasional menunjukkan ketimpangan pendapatan masyarakatIndonesia. Jumlah orang kaya tidak seberapa,namun mereka memiliki kekayaan besar.Kata Krisna, kondisi demikian merefleksikanhukum Pareto. Yakni, kelompok besar menguasaikekayaan kecil, sebaliknya sekelompok kecil menguasai porsi besar.“Contohnya, jumlah perbankan kita kan ada 130bank. Tapi sepuluh bank besar menguasai aset70%,” kata Krisna.Sementara Djoko Retnadi menyoroti ketimpangan antardaerah, di mana 60% dana pihakketiga menumpuk di Jakarta. Struktur deposanbesar bank, umumnya dikuasai korporasi sepertiasuransi dan dana pensiun, grup-grup usahabesar swasta, dan pribadi-pribadi kelas atas.Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar6,3% dibutuhkan dana investasi paling tidak Rp 989triliun. Pemerintah merencanakan sumber investasinyaberasal dari pemerintah, BUMN, perbankan, dan pasarmodal.ejak tahun 1998 hingga sekarangpertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ditopang sektor konsumsi. Secara teoritis, sektorkonsumsi hanya mampu menopang perekonomian maksimal tiga tahun. Setelahitu perekonomian dipastikan jatuh kedalam krisis.Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomidan Masyarakat Universitas Indonesia(LPEM-UI), M Chatib Basri, mengatakan,pertumbuhan ekonomi Indonesia yangdemikian tidak sehat dan tidak masukakal. “Tidak mungkin ditopang olehkonsumsi karena rasio tabungan masyarakat terhadap produk domestik brutotidak naik,” kata Chatib.Menjawab wacana Chatib ini, sebelumnya berbagai kalangan menilai kemampuan bertahan sektor konsumsi hingga satudasawarsa sejak terjadinya krisis ekonomi1997, ditengarai besarnya volume hiddeneconomy, yaitu ekonomi yang tidakteregristrasi dan tidak terpantau olehpemerintah, khususnya aparatur pajak.Target Pertumbuhan 6,3Úlam upaya memperbaiki strukturpertumbuhan ekonomi, dari konsumsi keinvestasi, Sri Mulyani pada saat berbicaradalam sebuah semiloka “Sektor Riil di Indonesia: Di Manakah Peran Sektor Keuangan”, mengatakan Indonesia membutuhkan suntikan dana investasi Rp 989triliun. Jumlah investasi ini akan bisamengerek pertumbuhan ekonomi sebesar6,3% di tahun 2007. Kebutuhan itu lebihbesar 12,3% dibanding nilai investasitahun 2006.Dana sebesar itu, salah satunya dimaksudkan untuk mengembalikan pamorindustri manufaktur agar dapat tumbuh7,2%, melejit dibanding dua tahun terakhir yang hanya tumbuh 4,6%-4,7%.Perbaikan industri manufaktur, kata Aniakan memberikan efek keuntungan ganda, yakni menambah investasi dan menyediakan lapangan kerja baru.Walau demikian, target laju pertumbuhan industri manufaktur ini, masihtetap di bawah pencapaian sebelum krisismoneter. Di mana, sektor andalan pertumbuhan di era Orde Baru itu, mamputumbuh rata-rata 8% per tahun.Berbagi BebanSri Mulyani mengatakan kebutuhandana investasi tahun ini dipikul secaramerata oleh pemerintah, BUMN, perbankan dan pasar modal.SHukum Pareto Antarpendap Hukum Pareto Antarpendap
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48