Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 48
48 BERITAINDONESIA, 12 April 2007Bermimpi Masuk “The Big Five”Perusahaan Bermasalah Dibelai KembaliAnda memiliki perusahaan yang pernah dicapbermasalah oleh perbankan, saat terjadi krisis moneterdi waktu yang lalu? Tenang, demi menggerakkansektor riil, siap-siaplah untuk “dibelai” kembali untukmendapatkan kucuran kredit baru.Pemerintah tak kehabisan akal untuk mempercepat pergerakan sektor riil. Dalam sebuah rapatkoordinasi terbatas di Gedung BI Kamis (15/3),dipimpin Wapres Jusuf Kalla, berhasil ditelurkansebuah konsensus untuk melonggarkan sejumlah ketentuan perbankan yang selama ini dinilaimenghambat fungsi intermediasi perbankan.Konsensus itu adalah, perusahaan-perusahaanyang pernah bermasalah tetapi bukan karenamismanajemen, atau itikad buruk, melainkan karenakrisis ekonomi, dimungkinkan untuk mendapatkankucuran kredit kembali dari perbankan.Perbankan pun akan melepaskan keterkaitankredit antata satu perusahaan yang terkena kreditmacet, dengan perusahaan lainnya yang sehatdalam satu grup saat mengajukan kredit baru.Konsensus itu sangat didukung oleh parapihak yang terlibat dalam rapat, terlebihdipandang dari sudut masing-masing. WapresJusuf Kalla, misalnya, mengatakan, jika sebuahperusahaan macet kreditnya akibat konflik yangberlangsung di wilayah bisnisnya, atau karenabencana alam, perusahaan itu bisa mendapatkan lagi kredit dari perbankan.MS Hidayat, Ketua Umum Kadin Indonesiamengatakan relaksasi one obligor policy, ataukebijakan penanganan dalam satu kelompokobligor akan dilonggarkan, termasuk jugakolektibilitas kredit. Dengan demikian, kalau satuperusahaan macet, tetapi tak terkoneksi denganperusahaan lainnya, akan turut pula direlaksasi.Hidayat menjanjikan Kadin tidak akan mendorong terulangnya kasus BLBI kembali.Tetapi Sigit Pramono, Dirut Bank BNI memberibatasan. Kata dia, perusahaan yang pernahmenjadi debitor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) tidak bisa mendapatkan lagi kredit.“Kalau dulu kena BLBI dan pernah bermasalah, serta terkait kasus hukum, tentu tidak akandikasih,” ujar Sigit peserta Rakortas. Sigitmengatakan banknyalah yang akan menentukanperusahaan mana saja yang boleh dan tidakboleh menerima kredit, berdasarkan koridor dariBI.Dirut Bank Mandiri, Agus Martowardojo yangjuga Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank MilikNegara (Himbara), menambahkan, perusahaanyang bermasalah akibat memburuknya kondisiperekonomian, dan mulai berangsur-angsur pulih,sebenarnya bisa diberikan kredit oleh perbankan.Gubernur Bank Indonesia BurhanuddinAbdullah akan melihat pemberian kelonggaranini dengan cermat sekali. Kecermatan dikombinasikannya dengan upaya untuk tetap menjagastabilitas. BI tak ingin pertumbuhan kredit terjadibegitu besar, dan jor-joran, apalagi bila mengorbankan stabilitas moneter.“Karena, di atas stabilitas itulah, sebetulnya,ekonomi kita akan tumbuh. Akan tetapi, BItentunya tetap akan memberikan banyak sekalicatatan,” ucap Burhanuddin.Konsensus juga menetapkan 10 sektor yangakan menjadi prioritas bagi penyaluran kredit perbankan tahun ini. Salah satunya infrastruktur. HTMPertumbuhan ekonomi nasional yang sakit,ataupun struktur perekonomian yang masihtimpang, tak menghalangi sejumlah pelakuekonomi terkemuka yang tergabung dalamYayasan Indonesia Forum (YIF) untukbermimpi.impi mereka sangat dahsyat,dituangkan dalam “Visi Indonesia 2030”. Yaitu, pada tahun2030 Indonesia memiliki pendapatan perkapita 18 ribu dollar AS; Indonesia memiliki paling tidak 30 perusahaan yangmasuk dalam daftar “Fortune500 Companies”; Indonesiatercatat sebagai kekuatan ekonomi terbesar kelima dunia setelah China, AS, Uni Eropa,dan India; Indonesia menjadisebagai negara maju yang unggul dalam pengelolaan kekayaan alam; dan Indonesia memiliki kualitas hidup modernyang merata.Kadahsyatan mimpi-mimpinya mendorong Chairul Tandjung, Ketua Umum YIF danrombongan diberikan kesempatan untuk paparan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan WapresJusuf Kalla, Kamis (22/3) diIstana Presiden.Chairul Tandjung memproyeksikan, pada tahun 2030produk domestik bruto Indonesia akan mencapai 5,6 triliundollar AS (bandingkan tahun2005 yang masih 0,3 triliun dollar AS). Sedangkan PDB China,saat itu melejit menjadi 28,2triliun dolar AS (tahun 2005masih 2,2 triliun dollar AS), AS26,1 triliun dollar AS (12,5 triliundollar AS), Uni Eropa 20,7 triliun dollar AS (13,5 triliun dollarAS), dan India 17,0 triliun dollar AS (0,8 triliun dollar AS).“Proses industrialisasi akanmenjadi katalisator akumulasimodal menuju negara majudengan kontribusi terbesardari sektor jasa,” ujar pemilikstasiun televisi TranTV danTrans7 ini.Tandjung mendasarkan mimpinya pada berbagai asumsi.Pertumbuhan ekonomi riil diasumsikan rata-rata 7,62 persenper tahun, laju inflasi 4,95 persen per tahun, pertumbuhanpenduduk rata-rata 1,12 persenper tahun, dan PDB perkapitatahun 2030 18 ribu dollar AS.(Saat ini PDB perkapita Indonesia masih 1.663 dollar AS).“Dengan jumlah penduduk285 juta jiwa, PDB Indonesiamencapai 5,1 triliun dollar AS.Pada saat itu Indonesia masukke dalam lima besar perekonomian dunia sesudah China,Amerika Serikat, Uni Eropa,dan India,” kata Tandjung.Perlu Kontrak SosialKata Tandjung visi 2030dicapai dengan menyinergikantiga modal bangsa. Yaitu modal manusia, modal alam danfisik, serta modal sosial. Jugamenyinergikan tiga kelompokbesar dalam masyarakat yaituwirausahawan, birokrasi, danpekerja.Untuk itu diperlukan kontrak sosial baru sebagai perwujudan komitmen bersama untuk maju. Ketiga kelompokharus memiliki tanggungjawab baru dalam bentuk polahubungan baru sebagaikontrak sosial.“Pada 2030 Indonesia harusmenjadi salah satu negaradengan kepastian hukum dankepastian usaha paling tinggi,”kata Tandjung. HTBERITA EKONOMIfoto: presidensby.info Presiden menunjukkan paparan Visi Indonesia 2030.