Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 38
38 BERITAINDONESIA, 12 April 2007LenteraLENTERA38Don, yang berbicara dalam“Sarasehan Sapi Perah” di Kampus AlZaytun, Indramayu, dengan makalahnyayang diberi judul “Tantangan BermimpiRevolusi Putih di Indonesia”, membuatpendekatan produk untukmenggambarkan harapan di tahun 2010saat sudah dicapai “Indonesia KolamSusu”.Disimulasikannya, pada tahun 2010populasi penduduk Indonesiadiperkirakan sudah mencapai 240 jutaorang, dengan asumsi laju pertumbuhanpenduduk 1,5% per tahun.Dengan laju pertumbuhan sapi perah10% per tahun akan diperoleh produksisusu 750.000-800.000 ton per tahun.Tingkat produksi susu dalam negerisebesar itu masih kalah jauh dengantotal konsumsi susu, yang tahun 2010akan mencapai 2.400.000 ton pertahun.Karena itu, untuk mencapai “Indonesia Kolam Susu” harus diproduksi bibitsapi perah sebanyak 100 ribu ekor,sehingga diperoleh angka ideal populasisusu sapi perah sebanyak 500.000-600.000. Saat itu tingkat konsumsi susuakan mencapai 12,5 kg/tahun, atausetara konsumsi gizi 1,0 gram perkapita/tahun.Dari sumbangan susu sebesar 1,0gram per kapita/tahun terhadapkonsumsi gizi per kapita/tahun tersebut,kata Don berbicara usai pelantikanPengurus Daerah Asosiasi Peternak SapiPerah Indonesia (APSPI) tingkat JawaBarat, yang diketuai oleh Syaykh AlZaytun AS Panji Gumilang, total proteinhewani jadinya akan lebih dari 6,5 gramper kapita/hari.Berdayakan Peternak Sapi PerahPosisi tawar peternak sapi perahrakyat di Tanah Air begitu lemah saatberhadap-hadapan dan bernegosiasidengan industri pengolah susu (IPS).Bahkan, kesejahteraan para peternaksapi perah sesungguhnya sangatmemprihatinkan sekali.Keprihatian hidup itu berakibat pulapada populasi sapi perah yang semakinmenurun. Standar kualitas susu segaryang dihasilkan turut pula menurunsehingga kalah bersaing dengan bahanbaku susu impor.Belum lagi soal produktivitas darisebelumnya bisa diperoleh 10-15 litersusu/hari/ekor, turun menjadi hanyadelapan liter per hari.Banyak pula sapi perah yang terpaksadialihkan menjadi sapi potong.Don P Utoyo saat masih menjabatsebagai birokrat pernahmengampanyekan peningkatan populasisapi perah. Dimulai dari angka populasi300 ribu ekor sapi, setahun kemudianbergerak naik menjadi 320 ribu ekor,lalu 330 ribu ekor, hingga di tahun 2005diperoleh angka sudah mencapai 350ribu ekor sapi.Tetapi setelah Don pensiun tiga tahunlalu, dalam usia 60 tahun, ia melihat ditahun 2007 populasi sapi perah itusudah menurun kembali ke angka 330ribu ekor.Adalah seorang peternak sapi perahasal Blitar, Haji Masngut Imam Santosoyang pada bulan April tahun 2004 lalumengambil prakarsa mengumpulkanpara peternak sapi perah se-Jawa Timurke dalam sebuah organisasi.Saat itu Jawa Timur merupakan salahsatu sentra produsen susu sapi segarterbesar di tanah air, yang memilikipopulasi sapi perah sebanyak 137 ribuekor terdiri dari anak sapi (pedet) dansapi remaja (dara) yang belumproduktif, serta 60 ribu sapi indukanyang sudah produktif.Perputaran roda ekonomi susu sapiperah Jawa Timur saat itu sudahmampu menghidupi 29.800 peternak,belum termasuk para anggota keluargadan para pelaku bisnis penunjangnya.Sejak Masngut mendirikanperkumpulan, rata-rata peternak sapiperah Jawa Timur mulai menyandarkanmasa depannya pada asosiasi. Kecualimereka yang masih terikat kontrakdengan koperasi susu, yang masih harusmenyelesaikan perjanjian kontraknyahingga berakhir.Peternak di sana sempat menghadapikemelut besar tatkala sebuah pabriksusu terbesar di Surabaya memutuskanuntuk tak lagi membeli susu sapi segarlangsung dari peternak, kecuali lewatkoperasi sekunder.Sejak saat itu peternak tak lagi bisabersikap independen berhadapandengan pembeli yang monopolistikSebab koperasi pengumpul nyatanyalebih berperan sebagai penguasa pasar,yang membentuk pasar susu sapi segarAdalah seorangpeternak sapiperah asal Blitar,Haji MasngutImam Santosoyang pada bulanApril tahun 2004lalu mengambilprakarsamengumpulkanpara peternak sapiperah se-JawaTimur ke dalamsebuah organisasi.Don P. Utoyo. foto: berindo wilson