Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, 12 April 2007 37LENTERACikal Bakal APSPIDari Jawa Timur MengangkatHarkat Peternak Sapi PerahPemerintah Indonesia mencanangkan dua program brilian sekaligus: Program IndonesiaSwasembada Daging dan Program IndonesiaKolam Susu.Yang pertama terkait isupenyediaan sapi potong,ditargetkan Indonesia dapatmemenuhi sendiri kebutuhandaging. Program itu berangkat darikondisi kekinian, di mana setiap tahunIndonesia masih melakukan impor sapipotong 400 ribu ekor per tahun dari luarkhususnya Australia.Program kedua “Indonesia KolamSusu” terkait dengan isu pembibitan sapiperah untuk menyediakan bahan bakususu yang mencukupi dan berkualitasuntuk Industri Pengolah Susu (IPS).Potret kekinian industri sapi perahrakyat rupanya masihlah sebuah ironibesar. Para peternak yang memiliki sapiperah dalam jumlah relatif kecil, ituharus berhadap-hadapan dengan IPSyang memiliki posisi tawar tinggi. Ratarata peternak sapi perah hidup masihdalam kondisi memprihatinkan, hinggatak berdaya berhadapan dengan IPS.Fakta di tahun 2005 lalumenunjukkan, hanya 550 ribu ton sususapi segar atau 30 persen sajakebutuhan bahan baku IPS yang bisadipasok oleh industri sapi perah rakyat,dari total kebutuhan dalam negeri yangmencapai 1,850 juta ton (tahun 2007diperkirakan sudah melebihi dua jutaton).Berarti, sebanyak 1,300 juta tonkebutuhan bahan baku susu segar masihharus diimpor.Kendati pasokan susu segar dalamnegeri itu sedikit saja, harganya ditingkat peternak ternyata merupakanyang termurah di dunia, hanya Rp2.200/liter. Bila dibandingkan denganharga pasaran di luar negeri, susu segarsejenis di Amerika Serikat sudahmencapai 34 sen dollar AS atau setaraRp 3.400/liter, dan yang termurah diSelandia Baru 28 sen dollar AS per liter.Tetapi, giliran susu segar sudahberupa produk jadi, rakyat sebagaikonsumen harus bersedia membelinyadengan harga yang tertinggi di dunia.Terbuktilah, Indonesia merupakansebuah negara dengan tingkat konsumsigizi terendah kedua di Asia, yang hanyamengonsumsi gizi 5,2 gram per kapita/hari.Padahal, kata Don P Utoyo seorangkonsultan peternakan, sesuai StandarGizi Nasional 2002, tingkat konsumsigizi nasional dalam tempo lima tahun kedepannya (dimulai sejak 2002)ditetapkan harus sudah mencapaiminimal 6,5 gram/kapita/hari.Tetapi pada tahun 2006 Donmengatakan realisasi tingkat konsumsigizi, termasuk di dalamnya gizi asalprotein hewani seperti daging, telur dansusu masih 5,2 gram per kapita/hari,atau nomor dua terbawah di Asia.Don yang mantan direktur pembibitanpada Ditjen Peternakan DepartemenPertanian mengatakan, apabila peranansusu dalam memasok konsumsi gizimencapai 0,75 gram per kapita/hari,kontribusi susu sapi asal dalam negeri disitu hanyalah 0,225 gram per kapita/hari.Tidak mengherankan pulalah apabilatingkat kekebalan tubuh warga semakinhari semakin menurun saja, yang laluberdampak pada semakin mudahnyaberbagai jenis penyakit disebarkan olehvirus yang menjangkiti warga.Bahkan yang lebih fatal lagi,kekurangan makanan bergizi berupaprotein hewani asal ternak sepertidaging dan susu, telah membatasi pulakemampuan otak manusia untukberpikir dan bekerja lama.Ketua Umum PP APSPI H. Masngut Imam Santoso.foto: berindo wilson
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41