Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 41
BERITAINDONESIA, 12 April 2007 41LENTERAolam Susu”merangsang pihak swasta terjun kebisnis pembibitan sapi perah.Peternak tradisional, secara tidaklangsung sesungguhnya sudahmelakukan pembibitan namun belumterarah dan terprogram secara baik.“Kami dari Asosiasi Peternak SapiPerah Seluruh Indonesia yakin seyakinyakinnya, peternak sekaligus menjadipembibit bila didukung denganpermodalan maka program peningkatanpopulasi akan tercapai,” kata Masngut.Masngut mempunyai skemamenjadikan “Indonesia Kolam Susu”.Yaitu, setiap pemerintah daerah yangwilayahnya potensial untukpengembangan sapi perah (hinggapemerintah pusat), itu berkenanmenyisihkan 1-2 persen dari APBD(APBN)-nya untuk diinvestasikan dipembibitan sapi perah. Apabila sebuahdaerah mempunyai APBD Rp 800miliar, disisihkan 1,5 persen atau Rp 12miliar saja untuk investasi pembibitansapi perah, maka daerah itu akan bisamembeli sebanyak 1.000 ekor sapiinduk senilai Rp 10 miliar (harga ratarata sapi induk Rp 10 juta/ekor), dan Rp2 juta untuk program riring. Apabilarata-rata harga pedet (anak sapi) Rp 1,5juta maka akan dapat digunakan untukmembeli pedet sebanyak 1.333 ekor.Pemerintah daerah bisa memilahinvestasinya separuh atau Rp 5 miliaruntuk pengusaha pembibitan sapiperah, sisanya separuh lagi Rp 5 miliaruntuk peternakan sapi perah rakyat.Karena keuntungan bisnis pembibitansapi perah tergolong sangat rendah,Masngut menyarankan peternak hanyadikenakan bunga rendah, semisal 2-4persen atau ambil maksimalnya 4persen per tahun. Jangka waktupengembalian ditetapkan lima tahundengan grace period dua tahun. Jadi,peternak dapat mulai mengangsur padatahun ketiga, keempat dan pada tahunkelima sudah terlunasi.Peternak dapat menjual anak sapipada tahun pertama untuk digunakansebagai angsuran pada tahun ketiga,menjual anak tahun kedua untukangsuran tahun keempat, dan menjualanak tahun ketiga untuk angsuran padatahun kelima.Masngut mengajukan sejumlahkriteria bagi pengusaha pembibitanyang berhak memperoleh kreditdimaksud. Yaitu, peternak harus sudahberpengalaman di bidang pembibitansapi perah; Mempunyai kandang;memiliki lahan rumput; Memiliki ijin;dan Memiliki jaminan.“Paket yang kami usulkan adalah 50-100 ekor sapi setiap pengusaha,” kataMasngut.Syarat berbeda diusulkannya bagipeternakan sapi rakyat. Yaitu, memilikikemauan dan kemampuan; Memilikikandang; dan Memiliki jaminan tetapi,apabila tidak ada, bisa diwakili olehkelompoknya masing-masing di manasatu kelompok peternak satu jaminanyang sesuai. Di sini paket yangdiusulkan ke setiap peternak adalah 2-4ekor sapi, atau bisa lebih sesuaikemampuan masing-masing peternak.Untuk merangsang petani supayabergairah beternak sapi perah, hargasusu segar di tingkat peternak perludijaga pada tingkat harga ideal, berkisarantara Rp 1.900-2.150 per liter.Dengan rangsangan harga, ini secaraotomatis akan menyemangati peternakmenambah kepemilikan sapinya.Demikian pula pihak-pihak lain bisatergiur untuk turut beternak sapi perah.“Harapan kami program ini dapatberjalan setiap tahun. Jadi setiap tahunpemerintah daerah mengeluarkan 1.000ekor sapi. Bila program ini bisa berjalandengan baik maka selama lima tahunyang akan datang pertambahan populasicukup menggembirakan, dapatmembantu pemerintah swasembadadaging serta mewujudkan Indonesiasebagai kolam susu,” kata Masngut.Populasi Cepat BertambahMasngut Imam Santosomengestimasi, dengan perbaikanmanajemen secara keseluruhanditargetkan pedet yang dilahirkandengan selamat sampai dewasa dapatmencapai sebanyak 60 persen darijumlah induk.Untuk menunjang percepatanpopulasi sapi perah dianjurkanperkawinan dilakukan secara inseminasibuatan (IB), dengan keharusanmenggunakan straw berjenis kelamintertentu.Dengan demikian pedet yang lahirberkelamin betina akan sebanyak 60persen dari total angka kelahiranselamat (60 persen dari induk), danyang berkelamin jantan 40 persen jugadari total angka kelahiran (60 persendari induk).Masngut mengestimasi lajupertambahan populasi sapi perah disetiap daerah sebagai berikut: Padatahun pertama jumlah induk 1.000ekor, jumlah kelahiran pedet 600 ekor,jumlah pedet jantan 240 ekor, danjumlah pedet betina 360 ekor.Pada tahun kedua, jumlah induk1.000 ekor, jumlah pejantan 240 ekor,jumlah dara 360 ekor, kelahiran pedet600 ekor, pedet jantan 240, dan pedetbetina 360 ekor.Pada tahun ketiga, jumlah induk1.360 ekor, pejantan 480 ekor, dara 360ekor, kelahiran pedet 816 ekor, pedetjantan 326 ekor, dan pedet betina 490ekor.Pada tahun keempat, jumlah induk1.720 ekor, jumlah pejantan 806 ekor,dara 490 ekor, kelahiran pedet 1.032ekor, pedet jantan 530 ekor, dan pedetbetina 619 ekor.Pada tahun kelima, total jumlah induksapi sudah mencapai 2.210 ekor, jumlahpejantan 1.219 ekor, jumlah dara 619ekor, jumlah kelahiran pedet 1.326 ekor,jumlah pedet jantan 530 ekor, danjumlah pedet betina 796 ekor.Dari jumlah induk sapi tersebut,Masngut mengatakan bisa diperolehproduksi susu pada tahun pertama 3juta liter, tahun kedua 3 juta liter, tahunketiga menjadi 4,080 juta liter, tahunkeempat 5,160 juta liter, dan tahunkelima 6,630 juta liter.Kata Masngut, usulan AsosiasiPeternak Sapi Perah Indonesia (APSPI)ini dapat menjadi bahan masukan bagiDepartemen Pertanian untukmenentukan program pengembangansapi perah di seluruh Indonesia.“Dukungan dari semua pihak baikpemerintah, IPS, koperasi persusuandan semua peternak sapi perah sangatdibutuhkan untuk mewujudkankeinginan luhur mewujudkanpeternakan sapi perah yang tangguh danberdaya saing,” kata Masngut ImamSantoso. CRS, HT, AMfoto: dok