Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 35
P. 58


                                    58 BERITAINDONESIA, 12 April 2007BERITA HANKAMKRI Mandau Ringkus Kapal Ikan ChinaKRI Mandau-621 yang melakukan patroliberhasil menangkap tiga kapal ikan China yangmelakukan pencurian ikan sebanyak 90 ton diperairan Indonesia. Ketiga kapal itu, Liao DaganYu 8989, LiaoDagan Yu 15126 dan Liao DaganYu 15127, ketika akan ditangkap berusahamelarikan diri ke perbatasan perairan Australia.Namun akhirnya berhasil diringkus setelahdilakukan pengejaran selama dua jam.Komandan KRI Mandau-621 Mayor Laut (P)Yayan Sofyan menyatakan, penangkapan itudilakukan karena ketiga kapal asing itu melanggarUU Perikanan, Pelayaran dan Keimigrasian. Sebagaimana diberitakan Sinar Harapan (22/3), setelahdiperiksa, ketiga kapal itu ternyata tidak memiliki suratijin berlayar (SIB), tidak punya crew list dan suratlaik oprasi (SLO). Ketiganya juga tidak mempunyaisurat kemudahan khusus keimigrasian. „ AM, SPTNI menghadapi dilema denganketerbatasan alutsista yang dimiliki. Karenatak mampu sepenuhnya menjaga wilayahwilayah rawan. Akibatnya, pencurian sumberdaya alam seperti pengerukan pasir darat,penyelundupan timah, pencurian ikan dankayu yang merugikan keuangan negaramasih terus terjadi hingga kini.asalah kerawanan dan dilema yang dihadapi TNI tersebut terungkap dalam seminarbertajuk “Air Power” yang digelar dalam rangka peringatan61 tahun TNI-AU di Jakartabeberapa waktu lalu. AdalahMenhan Juwono Sudarsonoyang mengemukakan persoalan itu terkait dengan keterbatasan anggaran guna memenuhi kebutuhan alutsista TNI.Sebab meskipun sudah berupaya menjaga wilayah-wilayah rawan, tetapi masih banyakcelah yang belum sepenuhnyabisa ditutup. “Ini dilema. Semua coba dijaga meski belumbisa 24 jam penuh,” paparnyadi depan peserta seminar.Terkait dengan keterbatasananggaran TNI, Juwono memperkirakan dalam kurun waktu10 s/d 20 tahun kedepan, pemerintah Indonesia belum bisa mengembangkan armadapesawat untuk kekuatan pemukul (strike force). Anggaranyang ada akan diprioritaskankepada pengadaan pesawatdan kapal angkut.Dia mengilustrasikan anggaran pemerintah yang terbatas dan dimiliki saat ini ibaratbejana dengan tiga saluran.Saluran pertama untuk sektorpolitik, hukum dan keamanan.Saluran kedua, untuk sektorkesejahteraan rakyat sedangkan saluran ketiga untuk sektor perekonomian. “Kalau aliran dana untuk keamanan diperbesar, hal itu akan berdampak sangat besar pada masalah kesejahteraan rakyat,seperti pendidikan dan kesehatan. Untuk itu, kita harusbisa-bisa memanfaatkan alokasi yang ada,” ujar Juwono.Kepala Staf Angkatan UdaraMarsekal Herman Prayitno,menyebutkan, pihaknya mendukung rencana pemerintahyang menetapkan konsep TriMatra Terpadu dalam merencanakan pembelian pesawatmaupun senjata. Menurutnya,hal itu bisa diterapkan untukpengadaan pesawat angkutjenis tertentu seperti CN-235produksi PT Dirgantara Indonesia maupun pesawat sekelasCasa.Menurut Juwono, dalamrencana strategis pertahanan,transportasi diberi jatah 70persen sementara alat pukulseperti jet tempur dan kapalperang hanya 15-20 persen.Alasannya, alat transportasiberguna untuk situasi daruratseperti bencana alam.Kebijakan tersebut mengundang kritik seorang perwiramenengah TNI AU peserta seminar. Katanya, kebutuhanpesawat transportasi dalamkondisi darurat sebenarnyabisa diisi pesawat dari maskapai nasional. “Kalau pesawattempur bisa punya dua fungsi,deterrent (penggentar) danpenindakan. Kalau pesawattransportasi bisa menyewa,lebih murah daripada membeli,” kata sang perwira.Anggaran pertahanan Indonesia saat ini memang hanya 1persen dari produk domestikbruoto (PDB) dan kurang dari5 persen APBN atau sekitar Rp35 triliun. Berbeda jauh bilabandingkan dengan negaratetangga, memiliki anggaranpertahanan sekitar 3-5 persenPDB. Walaupun anggaranyang dialokasikan sedikit naik,namun secara utilitas danefektivitas operasional menurun akibat kenaikan bebanpemeliharaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).Juwono mengakui anggaranyang dimiliki TNI sekarang inipaling terendah di tingkat AsiaTenggara.Hal senada juga diutarakanPanglima TNI, Marsekal DjokoSuyanto. Dia pun menyatakanTNI lamban memperbaharuipersenjataannya yang sudahtua. “Kita terlalu lama terlena.Masak panser buatan tahun60-an masih kita pakai. Seharusnya sudah kita perbaharui,” jelas Djoko seperti dikutipRepublika (22/3).Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, dalam catatannyamenyebutkan, kesiapan ratarata skadron angkut TNI AUmencapai 45 persen, skadronhelikopter hanya 40 persen,dan skadron pesawat tempurnya lebih memprihatinkanlagi, hanya 30 persen. Lalu dari10 buah F-16, hanya 4 buahyang siap. Pesawat Hawk 100/200 yang relatif baru punhanya 9 dari 35 pesawat yangsiap. Hanya sukhoi yang siap100 persen, itu pun hanyaempat buah. “Saat ini, kekuatan nyata TNI AU masih jauhdi bawah kekuatan minimumyang dibutuhkan,” kata Andi.Setidaknya TNI AU membutuhkan 11 skadron tempur, namun hanya ada 7. Juga membutuhkan 10 skuadron angkutdan 30 skuadron radar namunhanya tersedia separuhnya.Memang keadaan seperti inimengandung dilema. „ AM, SPTNI dan Dilema Alutsista TNI dan Dilema AlutsistaMKeterbatasan anggaran memaksa pengadaan armada pesawat diprioritaskan pada kapal angkut.
                                
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62