Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 37
P. 32


                                    32 BERITAINDONESIA, 10 Mei 2007BERITA NASIONALSuara dari YogyaTidak bersedianya Sultan HamengkuBuwono X menjadi gubernur lagi punya duamakna. Yakni perlu adanya UUKeistimewaan Yogyakarta dan tekadnyauntuk berkiprah di kancah nasional.idak ada yang menduga akan ada pernyataan itu. Yaknisoal ketidaksediaanSri Sultan Hamengku BuwonoX menjabat sebagai GubernurDaerah Istimewa Yogyakarta(DIY) setelah berakhir masajabatannya pada Oktober2008 nanti. Apalagi pernyataan itu disampaikan dalamorasi budaya pada peringatanWiyosan Dalem (Hari UlangTahun Sri Sultan HamengkuBuwono X) ke-61.“Setelah saya pertimbangkan secara mendalam denganlaku spiritual, saya menyatakan tidak bersedia lagi menjabat sebagai gubernur. Selanjutnya saya titipkan masyarakat DIY kepada gubernuryang akan datang,” ujarnyapada acara yang diselenggarakan di Pagelaran Keraton Kesultanan Yogyakarta, 7 April2007 lalu seperti diberitakanKompas (8/4).Tak pelak, pernyataanNgarso Dalem (sebutan untukSultan) itu membuat wargamasyarakat Yogya tersentak.Karena sebagai daerah istimewa, masyarakat di bekasKerajaan Mataram itu, mengenal pakem bahwa Sultantetap menjadi gubernur karena di situlah letak keistimewaan DIY. Apalagi pengakuan tentang keistimewaanDIY secara tegas dinyatakandalam pasal 18 UUD 45 beserta amandemennya.Ketua DPRD DIY H.Djuwarto mengaku sangat terkejutdengan pernyataaan Sri Sultanyang mendadak itu. Dia menyatakan DPRD akan melihatreaksi masyarakat dulu untukkemudian menentukan langkah. “Kita harus tetap menghargai keputusan Sultan, apalagi UU Keistimewaan DIYyang menjadi dasar pemilihankepala daerah di DIY memangbelum final,” ujarnya.Mengacu pada UU Pemilu,Sri Sultan yang sudah duaperiode menjadi gubernurmemang tidak mungkin mencalonkan diri lagi. “Tetapi itukan yang terjadi di provinsilain, sedang DIY yang punyakeistimewaan, punya tata caralain. Namun, sayangnya, inibelum dinaungi hukum,” kataDjuwarto.Pernyataan Sultan itu memunculkan persoalan mendasar dalam pilkada di DIY.Hal itu merupakan perkaramendesak yang harus segeradisosialisasikan kepada masyarakat, termasuk sistempemilihan suara jika pemerintah pusat punya aturanmain baru. “Depdagri harusmenyosialisasikan aturan Pilkada Gubernur DIY secepatnya. Jika pemerintah pusatpunya aturan baru dalam pemilihan Gubernur DIY dalamRUU Keistimewaan,” kata Ketua KPU DIY Suparman Marzuki.Belakangan, soal ketidaksediaan itu kembali diungkapkan Sultan pada acara pesowanan ageng (pertemuan akbar) yang digelar di KeratonNgayogyakarta Hadiningrat,Rabu (18/4). Di hadapan puluhan ribu warga masyarakatyang memenuhi bangsal keraton, Sultan yang didampingipermaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan putri-putrinyaberharap mereka ikhlas menerima apa yang telah diputuskannya itu.Ada dua esensi penting daripernyataan sikap yang disuarakan Sultan Yogya. Pertama, terkait dengan persoalankeistimewaan Yogyakarta yangmemerlukan adanya payunghukum berupa UU. Karenabagi masyarakat, keistimewaan itu bukan hanya sekadarstatus tapi juga menyangkutsebuah aturan yang memberipeluang dalam rangka membentuk pemerintahan (daerahistimewa), organisasi dan manajemen yang lebih sesuaidalam menghadapi tantanganke depan. Apalagi RUU Keistimewaan DIY itu telah disampaikan ke pemerintah pusat.“Demi masa depan Yogyakarta, jangan ada yang gelisah.Tapi mari kita kawal RUUKeistimewaan,” ujar Sultanmantap.Kedua, adalah tekadnya untuk terjun di kancah nasional.Sultan menyatakan kegundahannya atas perjalanan reformasi selama ini. Karena diera reformasi seharusnya kehidupan masyarakat lebih makmur. Namun yang terjadi kinijustru kemiskinan meningkatdan lapangan kerja semakinsempit.Dengan tidak menjadi gubernur, Sultan berharap lebihbisa berbuat demi perbaikanbangsa. “Harapan saya, masyarakat Yogya mengikhlaskansaya untuk bisa berbuat demibangsa yang kita cintai. Kalauada yang menyatakan pernyataan saya ini dengan agenda 2009 (pemilihan presidenred) , silakan saja,” tandasnya.Rektor UGM Sofian Effendimenilai keinginan Sultan berkiprah di kancah nasionalwajar dan bahkan sudah saatnya. Apakah itu nanti menjadicalon presiden atau calon wakilpresiden. Ini karena Sultanmemiliki modal sosial yangsangat besar. Namun untukmaju ke kancah politik nasional, akan sangat tergantungpada siapa yang akan menjadipasangannya. Juga kendaraanpolitik apa yang akan digunakan.Meski menjadi PenasihatPartai Golkar, menurut Sofian,Sultan akan sulit untuk maju sebagai calon presiden bersamapartai berlambang pohon beringin itu. Namun bisa saja Sultan mendampingi calon presiden dari Partai Golkar denganmenjadi calon wapres. „ SPTSri Sultan Hamengku Buwono X didampingi isteri Kanjeng Ratu Hemas dan putri-putrinya menerima ribuanwarga Yogya dalam acara Pesowanan Ageng di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.foto: repro media indonesia
                                
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36