Page 60 - Majalah Berita Indonesia Edisi 37
P. 60


                                    60 BERITAINDONESIA, 10 Mei 2007BERITA HUMANIORALP bagi Penderita HIV/AIDS di IndonesiaMenjemput Maut atau “Pulang TinPenyebab utama kematian narapidana diIndonesia adalah virus HIV/AIDS. Ironisnya,penyakit itu diderita setelah merekamenjadi penghuni LP.emuda bertubuh kurus dan berwajah cekung itu duduk termenung dengan tatapan kosong. Dedi, penghuniLembaga Pemasyarakatan(Lapas) Kelas II Pemuda Tangerang sudah lama jadi langganan RS Umum Daerah Tangerang. Bukan sembaranganpenyakit, tapi yang diidapnyaadalah HIV/AIDS. Penyakit initertular ke tubuh Dedi lewatjarum suntik. Maklum, sebelum jadi penghuni LP, pemudaberumur 22 tahun ini termasuk pecandu berat narkoba,khususnya putaw.“Tak ada lagi yang bisa diharapkan dari saya. Saya kinihanya bisa pasrah,” ujarnyadatar seperti dikutip oleh Warta Kota, Jumat, (13/4).LP di Indonesia sejak maraknya penyalahgunaan narkotikmulai tahun 90-an, tambahmenyeramkan. Bukan hanyapenjahat, koruptor, pembunuh,dan sebagainya, tapi LP alias“hotel prodeo” itu juga dihunioleh para penderita penyakitAIDS, pesakitan yang nota benehanya tinggal menunggu “waktu”. Tak mengherankan jikadalam urusan kematian, LP kinitermasuk deretan atas setelahrumah sakit.Biang keladinya adalah akibat praktik penyimpangandalam pemenuhan kebutuhanbiologis napi. Hukum di Indonesia sama sekali belum mentolerir—paling tidak sampaisaat ini—seorang napi yangsudah berkeluarga, misalnya,mendapat kesempatan untuksewaktu-waktu “tidur” bersama isterinya sekalipun.Boleh tidaknya para napimenyalurkan hasrat seksualselama di penjara, pernah jadibahan perdebatan di tahun 70-an. Tapi akhirnya perdebatanini meredup dan tampaknyamengerucut pada kesimpulan“yang samar-samar” bahwapengekakangan pemenuhanhasrat biogis merupakan bagian dari sanksi/hukumanbadan yang harus diterimaseorang sebagai narapidana.Tapi, sudah barang tentu,efek negatifnya tidaklah sulitdiprediksi. Homoseksual dananeka perilaku penyimpanganseksual lainnya otomatis menjamur di lingkungan LP. Baikatas dasar “mau sama mau”atau pun karena terpaksa memenuhi keinginan “sipenguasa” di lingkungan penjara. Sudah menjadi rahasiaumum bahwa seorang napiyang baru masuk ke balik jerujibesi terpaksa menjadi “lelakipiaraan” seorang jagoan agaria terhindar dari “keroyokan”penghuni sel lainnya. Penjahatsekelas Kusni Kasdut, dulupernah membeberkan kehidupan seksualnya di penjara,dan dimuat secara bersambung di sebuah media cetakibukota. Para pembaca pundisuguhi memoar menyeramkan bahwa sebagai “pembunuh yang amat ditakuti” KusniKasdut ternyata memiliki banyak “lelaki piaraan” di dalampenjara.Karena itu, jauh sebelummerebaknya kasus penyakitHIV dan AIDS yang banyakmerenggut nyawa para napi,praktik homoseks, oralseksdan sodomi sudah tak asinglagi bagi para penghuni penjara di Indonesia. Akibatnya,kasus kematian akibat penyakit kotor seperti GO, sebenarnya tidak terbilang jumlahnya. Namun, berbagai informasi miring di seputar kehidupan napi itu relatif sulit diendus oleh pers mengingatmasih tebalnya tembok penyekat informasi di era rezim Orbawaktu itu. Tapi di era reformasi sekarang, apa yang selama ini tersimpan rapat dibalik tembok penjara telahmenyeruak dengan bebasnyake tengah-tengah masyarakat.Termasuk dengan kasus kematian para napi tersebut.Bukan cerita baru lagi bahwa lembaga pemasyarakatandi Indonesia sekaligus jugaberfungsi sebagai sarang penyakit. Ketika LP masih bernama “penjara”, kasus napiyang terserang penyakit hingga meninggal di penjara, sudahmenjadi rahasia umum. Karena itu, ketika Ditjen Pemasyarakatan melansir beritameninggalnya ratusan napi diIndonesia sepanjang 2006,berita itu tidak lagi menghentakkan perhatian masyarakat. Soalnya, rakyat sudahbanyak tahu kondisi dan suasana LP di negara kita. Sangatberbeda jika dibanding dengandi negara maju misalnya. Disana, hak azasi napi sekalipun,sangat dihargai dan LP jugadidukung oleh dana pemeliharaan yang memadai. Tapi,LP di Indonesia tak ubahnyaseperti “ ladang pembantaian”.Masuk bui sangat identik dengan kematian. Paling tidak,nasibnya akan seperti tertuangdalam lirik lagu yang cukuppopuler di tahun 70-an, “Apalagi penjara Tangerang/masukgemuk pulang tinggal tulang….”Ditjen Pemasyarakatan belum lama ini mengakui bahwasepanjang 2006 tak kurangdari 813 orang napi di Indonesia yang meninggal akibatterkena penyakit. Kasus initerutama merebak di LP-LP diDKI Jakarta, Banten dan Jabardengan konsentrasi palingtinggi di LP Cipinang, RumahTahanan (Rutan) Salemba,dan LP Pemuda Tangerang.Penyakit HIV dituding sebagai penyebab utamanya.Lalu disusul oleh penyakitkulit, diare, TBC, dsb.Pengidap HIVNapi pengidap penyakit HIVmerupakan kelompok palingrentan terhadap risiko keP
                                
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64