Page 61 - Majalah Berita Indonesia Edisi 37
P. 61


                                    BERITAINDONESIA, 10 Mei 2007 61BERITA HUMANIORAnggal Tulang”matian di LP. Terlepas darikondisi LP kita yang rata-ratatidak manusiawi : sesak, kotordan kumuh, kalaupun seorangnapi akhirnya bisa menghirupudara bebas, umumnya hatinurani mereka sebagai insanyang berbudi boleh dikatasudah “mati”. Pelaku kejahatan seperti rampok, curanmor, penodong, penjambretatau pembunuh bayaran, jarang bisa kembali ke jalan yangbenar. Mereka justru lebihbanyak kembali lagi ke selpenjara sebagai penjahat kambuhan. Dengan demikian,makna “pemasyarakatan”yang diharapkan akan merehabilitasi mental dan karakter para napi, justru melencengdari tujuan dasarnya.Di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Tangerang misalnya, kesesakan itu amat terasa.Ruangan seluas 1,5 meter x 2,5meter itu diisi 6-8 orang. Adapula yang diisi 10 napi. Lembaga Pemasyarakatan (LP)yang seharusnya menampung800 napi kini dijejali 3.618 orang.Bukan hanya di LP PemudaTangerang, kondisi seperti inijamak terjadi di hampirseluruh LP di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, Bantendan Jawa Barat. Karena kelebihan penghuni itu, seorangpejabat di Direktorat JenderalPemasyarakatan DepartemenHukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) mengatakan soalLP, ”Bagaimana mau mencariudara bersih, menghirup udara saja berebutan.”Tingginya angka kematiannapi diakui, tapi Dirjen Pemasyarakatan Mardjamanmenyatakan, angka itu sudahmenurun jika dibandingkantahun sebelumnya. Angka kematian napi tahun 2006 sebesar 1,7 persen dari keseluruhan napi di negeri ini. Kematian napi pada 2005 mencapai 2,4 persen. Angka inidiperoleh dari persentase kematian napi di Jakarta.Mardjaman mengatakan kebanyakan napi memiliki penyakit bawaan saat masuk LP.Separuh napi yang meninggaldi LP adalah napi yang barumenghuni penjara kurang darienam bulan. Selebihnya adalah napi yang menghuni 6-12bulan. Kebanyakan napi yangmeninggal terindikasi mengidap HIV. Persatuan Napi Seluruh Indonesia yang diketuai RahardiRamelan prihatin melihat banyaknya napi yang sakit tapitak tertangani dengan baik.Bersama Paul Sutopo (terpidana kasus penyimpangandana Bantuan Likuiditas BankIndonesia), ia mulai berinisiatif mengadvokasi pengobatan bagi napi yang sakit.Menurut Rahardi, ribuannapi menderita penyakit kulit.Sekitar 1000 orang di antaranya menderita penyakit kulitakut. Air yang kurang bersih,napi yang tidak pernah berganti pakaian dan napi yangpecandu narkotika yang takutair menjadi faktor penyebabtimbulnya penayakit kulit.Ditambah minimnya persediaan air dan hidup berimpitan di sel, penularan penyakit kian cepat. Apalagi napisakit tak dipisahkan denganyang sehat. Kondisi ini diperburuk dengan keterbatasanpersediaan obat-obatan di LP.Obat yang tersedia hanya obatobatan dasar seperti antalgin,obat flu dan penyakit ringanlainnya.Obat-obatan untuk penyakitkulit (scabies),TBC, diare,hepatitis, atau sariawan, yangbanyak diderita napi justrutidak tersedia. Untuk kebutuhan itu, napi harus menebussendiri resep yang dibuat dokter LP.Persediaan Obat SangatMinimRahardi bercerita, saat iamasih di LP Cipinang, ada seorang napi yang mengeluhpenyakit gatal akibat penyakitkulit yang dideritanya. “Jawaban petugas apa, ya digaruksaja,” katanya.Mengenai ketersediaan obatseorang napi LP NarkotikaCipinang mengakui tak bisaberbuat apa-apa. Ia kerapkalimeminta obat ke PuskesmasJatinegara, tapi ia justru dipimpong ke Dinas KesehatanJakarta Timur. Setelah berusaha menanyakan ke DinasKesehatan Jakarta Timur, iajustru dilempar ke Puskesmaslagi dengan alasan obat-obatanuntuk LP dialokasikan kePuskesmas.Kurang cepatnya menanganisi sakit dapat juga berakibatfatal. Suatu kali kata Rahardi,ada napi yang hendak dibawake RS. Dia sudah dibawa keambulan. Tapi mobil pengangkut pasien itu belum bisaberangkat karena harus menunggu surat izin berobat keluar. Sayangnya, saat izin itukeluar, napi itu keburu meninggal.Mardjaman menolak jikakematian ratusan napi ituhanya dikaitkan dengan buruknya kondisi penjara yangmuncul seiring dengan kelebihan kapasitas penghuni LPdan rutan di negeri ini. Di LPBatam dan Rutan Bandungmisalnya, yang juga kelebihanpenghuni, angka kematiannapinya kecil.Baby Jim Aditya, seorangaktivis penanggulangan HIV/AIDS menilai peningkatanpenghuni penjara berjalanseiring dengan peningkatankasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obatobatan berbahaya (narkoba).Tahun 2003, jumlah penghunipenjara 71.587 orang (kapasitas 64 ribu orang). Pada2004, penghuni naik menjadisekitar 86 ribu orang (kapasits66 ribu orang). Pada 2005,penghuni penjara menjadi 97ribu orang (kapasitas 70 ribuorang). Pada Januari 2007,penghuni sudah naik menjadi118.453 orang.Dari jumlah itu, sekitar 30persen atau sekitar 32 ribunapi terlibat kasus narkoba.Dan sekitar 72,5 persen dariangka itu atau 23.200 napimerupakan pecandu/pemakainarkoba.Tujuan penjara pada dasarnya adalah pemasyarakatannarapidana. Artinya, para napimasih diharapkan menjadiwarganegara yang baik selepasmenjalani hukuman di penjara. Namun, dalam praktiknya, di penjara mereka bukandimasyarakatkan, tak dimanusiakan. Tapi yang diterimahanyalah siksa dan hina. Penjara bagi mereka cenderungsebagai tempat untuk menunggu kematian. Entah berupa kematian jasmani ataukematian hati nurani. „ SBRfoto: kompasfoto: tempo
                                
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65