Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 40
P. 62
62 BERITAINDONESIA, 21 Juni 2007BERITA PEREMPUANLigaya Ita Tumbelakanangkaran.Oko menggunakan perangkat lunak bernama SPARK(single population analysis &record keeping record). Program itu hanya bisa didapatjika menjadi anggota International Species InformationSystem. Program ini terhitungunggul karena mampu menganalisis data, misalnya, untukmengetahui inbreeding coefficient atau diagram silsilahharimau.Agar data riwayat hidup harimau itu akurat, identifikasidiperkuat dengan memberinomor studbook berupa tatopada tubuh harimau. Ataudengan memasang transponder (microchip) pada harimauyang bersangkutan.Meski sudah dijaga sedemikian rupa, tetap ada kemungkinan perkawinan sedarah terjadi. Bahkan ada yangkoefiesien inbreeding-nyamendekati angka 1. Makinbesar angka koefiesiennyamakin dekat pertalian darah diantara pasangan. Kalau masih0,1 atau 0,25 tidak apa-apa.Tetapi kalau sudah sampai 0,5,termasuk gawat. Hal itu memang risiko yang harus dihadapi penangkaran harimau diluar habitatnya.Karena itu, tidak mengherankan jika kedatangan harimau baru yang berasal darialam ke penangkaran tersebutmerupakan hal yang patutdisyukuri. Sehingga garis keturunannya (inbreeding) nol.Kesungguhan Oko menangkarsatwa yang nyaris punah ini patutdipuji. Kecintaannya kepadaharimau bahkan menular padakeluarganya dan didukung dengan sepenuh hati. RHMenjodohkanRaja HutanTotalitasnya menangkar harimau patutdiacungi jempol. Satu-satunya perempuanyang menjadi studbook keeper harimauSumatera.agi orang awam, tugasnya kelihatanmudah. Padahal sebetulnya sangat sulit. Bayangkan betapa ruwetnya mengawinkan sepasangharimau Sumatera (Pantheratigris sumatrae) agar bisamenghasilkan anak-anak harimau yang sehat, kuat dan berkualitas unggul.Dr Ligaya Ita Tumbelaka,adalah satu-satunya perempuan Indonesia yang tercatatsebagai studbook keeper regional harimau Sumatera. Tantangannya sebagai ’mak comblang’ antara lain tak semuaharimau unggul mau dikawinkan. Bisa saja pasangan itumalah saling cakar dan mengakibatkan kematian.Oko, demikian dia biasadisapa, menikmati pekerjaannya itu. Berkat usahanya, jumlah populasi harimau Sumatera yang di alam bebas hanyatinggal sekitar 600 ekor bertambah dengan lahirnya anakanak harimau di penangkaran.Pada 1997, lahir tiga ekor anakharimau di Medan dan empatdi Surabaya. Pada 1998, iaberhasil membantu kelahirantujuh ekor anak macan lorengdi Taman Safari Indonesia diCisarua, Bogor.Kecintaannya kepada hewanberawal sejak dia dilahirkan.Oko lahir di hutan, saat keduaorangtuanya bergerilya di tengah hutan, bergabung denganpemberontak PRRI/Permesta.Lulus SMA, dia memutuskankuliah di Institut PertanianBogor (IPB) jurusan kedokteran hewan, kendati orangtuanya menginginkan dia masukfakultas kedokteran umum.Lulus dari IPB pada 1984,Oko melanjutkan studi ke Animal Science Department Oregon State University, AS.Lalu dilanjutkan belajar diClinical Medical Research Center Bowman Grey School ofMedicine, Wake Forest University.Persentuhannya dengan harimau terjadi begitu saja.Awalnya, Oko mengambil spesialisasi penangkaran dan kesehatan satwa primata, khususnya orangutan. Suatu haridosen pembimbingnya bertanya hewan apa yang palingingin dipelajarinya, Oko langsung menjawab harimau.Tahun 1992, Yansen Manansang, pemilik Taman Safari Indonesia yang juga Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Administrasi IPB menawarinyamenjadi studbook keeper harimau Sumatera. Oko menerimanya dengan senang hati.Menjaga Kualitas GenetikTugas Oko sehari-hari adalah menjaga agar tidak terjadiperkawinan sedarah dan hanya mengawinkan betina unggul dengan jantan unggul untuk menjaga kualitas genetiksatwa.Studbook harimau harusmencari informasi sebanyakbanyaknya tentang setiap harimau dalam penangkaran dansejarah hidupnya. Mulai darinama, jenis kelamin, namainduk, tempat lahir, asal danperkiraan usia. Data tersebutberguna bagi pengelolaan peBfoto: repro gatra