Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 41
P. 30
30 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS30 BERITAINDONESIA, 05 Juli 2007Anomali Ujian NasiSetiap tahun, kecurangan pelaksanaan UN selalu terjadi.Namun tahun ini menjadi istimewa karena keberanianKomunitas Air Mata Guru membongkar kecurangantersebut.ari berbagai infomasi, terungkap bahwa kondisi dan mutupendidikan Indonesia sekarangini sangat terpuruk dibandingkan dengan pendidikan di negara lain didunia, bahkan dari negara sesamaASEAN. Mengutip tulisan Ratna Megawangi dalam bukunya berjudul Pendidikan Holistik 2005, menyebut HumanDevelopment Index (HDI) atau kualitasSDM Indonesia telah berada di bawahHDI Vietnam. Dan bila dibandingkandengan Singapura dan Malaysia, jarak itupasti lebih jauh lagi. Padahal, sekitartahun 1970-an, Malaysia masih mendatangkan guru dari Indonesia atau merekayang datang belajar ke Indonesia.Rendahnya HDI itu bisa disebabkan beberapa hal seperti kondisi lembaga pendidikan yang rendah termasuk rendahnyamutu pendidik, kurang termotivasinyasiswa sendiri untuk belajar, dan tidakkalah pentingnya adalah sistem pendidikan yang dibangun pemerintah.Khusus mengenai sistem pendidikan,berbagai peristiwa tidak baik yang terjadidi dunia pendidikan belakangan iniseperti peristiwa kekerasan di IPDN dankecurangan ujian nasional, menunjukkanadanya anomali (penyimpangan, tidaknormal) dalam sistem pendidikan nasional.Menanggapi pendidikan di Indonesia,beberapa pemerhati pendidikan memberikan pendapat. Maria FK Namang,alumnus Universitas Facolta di Scienzedell’Educazione dell’universita PontificiaSalesiana,Roma dalam tulisannya di harian Kompas 8 Juni 2007, sengaja mengutip pendapat Jack D’lors (1997), yangmengatakan bahwa pendidikan adalahsarana paling ampuh untuk mengungkapkan cinta terhadap peserta didik. Karena itu, kematangan pribadi menjadisarana yang hendak dicapai. Jasuit pendidik Chrisopher Gleeson SJ dalam Striking a Balance: Teaching Values and Freedom (1993) menandaskan, kematangandapat dilihat melalui perpaduan yangtepat dan kompak antara kepala (otak)yang diasah, hati yang ditempa, dantangan yang dilatih untuk terampil. Tapimenurut Maria, Konsepsi itu seakan kandas saat berhadapan dengan model pendidikan sebagaimana dilaksanakan di negeri ini. Pendidikan tidak lagi sebuah proses yang mencakup berbagai aspek yangcoba dipadukan untuk menerpa karakterpeserta didik maupun pembentuk karakter bangsa secara keseluruhan. Pendidikan (lebih tepat pengajaran) di (salah)mengerti sebagai proses memberi pengetahuan teoritis, definisi, teori, dan pendapat ahli sebanyak mungkin kepada peserta didik. Pemahaman seperti itu menurutnya secara tidak langsung membawa anakdalam proses pembunuhan karakter paling sadis.Khususnya mengenai pelaksanaan UNdi SMA sederajat dan SMP sederajatmemang sudah menjadi perdebatan sejakdiadakan. Hal mana semakin meningkatlagi dua bulan terakhir. Beberapa pengamat pendidikan tidak setuju denganpenyelenggaraan UN ini, bahkan sebagianmenganggapnya sebagai “logika bengkok.” Seperti dikatakan Direktur SMAKanisius Jakarta Baskoro PoedjinoegrohoE dalam tulisannya di harian Kompas (2/5-2007). “Ada kesan mendalam, lembagapendidikan tidak memberi perhatian padapengembangan kepekaan nurani pesertadidik. Tujuan pendidikan direduksi hanyademi pengembangan akal budi. Padahal,seharusnya pendidikan juga demi perkembangan ketajaman nurani. Pendidikan yang benar adalah pendidikan yangDPelajar SMAN 3 Jakarta dengan serius mengerjakan soal-soal UAN foto: kompas cybermedia