Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 41
P. 31
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 31BERITA KHASBERITAINDONESIA, 05 Juli 2007 31ionalmelatih penggunaan akal budi dan nurani.Hampir setiap tahun ditemukan kebiasaan salah, berbentuk ujian nasional.UN dijadikan kegiatan paling penting danharus dihadapi jika anak dan peserta didikingin dianggap bermutu,” katanya.Namun terlepas dari perdebatan itu.Niat pemerintah mengonsep UN gunamemperbaiki mutu pendidikan nasionalsebenarnya pelan-pelan sudah hampirbisa dimaklumi. Namun memaksakanpelaksanaan UN tanpa persiapan penyelenggaraan yang baik terlebih dari segi pengawasan dan penilaian seperti tahun inimembuat sistem itu menjadi bumerang.Setiap tahun, pelaksanaan ujian nasional selalu meninggalkan noda berbagaikelemahan dan kecurangan. Untuk tahunini, kelemahan dan kecurangan itu semakin jelas. Seperti diberitakan Kompas(25/4), pada hari pertama Ujian NasionalSMP atau sederajat (Selasa 2/4), diLampung ditemukan banyak soal BahasaIndoneia untuk SMP tertukar dengan soalBahasa Indonesia untuk SMA. Petugasjuga menemukan bercampurnya soalBahasa Indonesia untuk SMP dengan soaldari tim evaluasi mereka terhadap mutusoal matematika pada paket A dan B,ternyata terdapat perbedaan tingkatkesulitan dan kompleksitas soal yangmencapai 10% untuk SMP dan 40 untukSMA. Ketua Pesidium AGMI, FirmansyahNoor mengatakan, perbedaan itu telahmelampaui tujuan pembedaan soal yangsesungguhnya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya tindakan contek-mencontek antarsiswa. Karena itu, secaraumum AGMI berkesimpulan, UN dianggap kurang layak dijadikan indikatorpeningkatan mutu pendidikan.Kecurangan tahun ini yang paling ironisadalah apa yang terbongkar di MedanSumatera Utara. Kasus ini belakanganmenjadi berita besar karena guru-guruyang tergabung dalam Komunitas AirMata Guru melaporkan kecurangan itudan belakangan mendapat sanksi darisekolah tempat mereka mengajar sepertipengucilan, teror bahkan penonaktifan.Seperti salah seorangan anggota komunitas, Muri Manik, kini ia sudah dirumahkan oleh sekolah tempatnya bekerjadengan alasan, menolak menjadi timsukses sekolahnya yang bertugas membantu para peserta ujian dengan caramembuat kunci jawaban soal ujian.Pengakuan para anggota komunitaskepada berbagai media, tentang berbagaikecurangan telah terjadi di sekolahtempat mereka mengawas membukaborok pelaksanaan UN. Luhot Simamoramisalnya, yang tahun ini mendapat tugasmengawas pelaksanaan UN di SMK BSMedan, mengaku guru sekolah tempatnyamengawas masuk ke ruang ujian tanpamenghiraukan pengawas dan langsungmembacakan kunci jawaban soal padasaat ujian berlangsung. “Saya tertekan,pengawas satunya menyetujui tindakansekolah. Saya sendirian. Saya seperti orang bodoh saat itu,” katanya sebagaimanadikutip Kompas (28/4).Lain lagi dengan Daud Hutabarat. Pria27 tahun ini mengaku di depan matanyasendiri menyaksikan para guru SMPN 19,tempatnya mengawas, membantu pesertaujian dengan menyebarkan potongan kertas jawaban soal ujian. Potongan kertasjawaban itu dibawa langsung wakil kepalasekolah setempat didampingi ketua rayondan diberikan kepada siswa. Sebagaipengawas ia merasa tersinggung. Daudpun akhirnya mengundurkan diri sebagaipengawas saat ujian matematika danBahasa Inggris.Demikian juga pengakuan Rosita Lubis(29 tahun). Tahun lalu Rosita menangkapbasah seorang guru membagikan jawabansoal kepada murid-muridnya di MA SBK,Medan. Karena protes, keesokan harinyadia tidak diperbolehkan mengawas. Bahkan tahun ini pun dia tetap tidak diperbolehkan menjadi pengawas. Meski tidakmengawas lagi, dia tahu kecurangan bakalterjadi. Dan apa yang diungkapkan temanseprofesinya benar masih seperti dulu.Luhot, Daud, dan Rosita adalah tigadari 36 orang guru yang tergabung dalamAir Mata Guru, organisasi yang dibentukuntuk mewadahi para pengawas, guru,dan kepala sekolah, untuk mengungkapkan kecurangan pelaksanaan UN di Medan. Ke 36 orang guru yang rata-rata berusia di bawah 30 tahun itu sepakat menolak kecurangan UN di SMA dan SMPitu. Apalagi kecurangan itu sepertinya justru sudah dirancang oleh kalangan pendidik sendiri. Seperti diungkapkan Daud,bahwa sebelumnya, kepala sekolah beserta sebagian besar guru dan pengawasdi sekolah itu sudah meyakinkannyabahwa upaya membantu para siswa itusudah menjadi keputusan bersama.Ketua Dewan Pendidikan Medan Dr.Mutsyuhito Solin juga mengakui bahwakecurangan seperti itu sudah berlangsung sejak lama. “Dari survei saya,kecurangan selalu terjadi hampir setiaptahun. Mulai ramai pada era otonomidaerah,” katanya. Ia mendukung perjuangan Komunitas Air Mata Guru untukmembongkar kecurangan pelaksanaanujian nasional itu. Ia juga setuju kasusitu diproses secara hukum. “Merekapelaku kecurangan sama artinya berbuatkiminal,” katanya.Komunitas Air Mata Guru beberapa kalisudah berupaya melaporkan kecuranganitu kepada pihak yang berkompeten.Luhot misalnya, sudah berusaha menyampaikan kecurangan itu kepadapemantau independen tetapi tidak mendapat tanggapan serius. Mereka juga sudah melapor ke Dinas Pendidikan KotaMedan. Di depan Dinas Pendidikan KotaMedan, para kepala sekolah yang sengajadipanggil terkait laporan itu membantahdengan mengatakan bahwa tidak adalaporan kecurangan saat ujian di sekolahnya. Bantahan itu hanya didasarkan padaberita acara yang ditandatangani paraanggota komunitas sendiri. Padahalmenurut para anggota komunitas, beritaacara itu memang sudah ditandatanganisebelum kecurangan terjadi.Terakhir, mereka pun datang ke Ibukota Jakarta dengan maksud menyampaikan pengalaman mereka. Berbagaipihak berusaha membantu, termasukKomunitas Pendidikan yakni diantaranya; Winarno Surakhman dan HarTilaar (Tokoh pendidikan dari UNJ), MAbduhzen (Pengamat pendidikan dariUniversitas Paramadina), kelompokEducation Forum, Yayasan LembagaBantuan Hukum Indonesia (YLBHI),Anggota Dewan Perwakilan Daerah,perwakilan kepala sekolah dan mahasiswa, serta Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres). MSBahasa Inggris, padahal sesuai denganjadwal, Bahasa Inggris itu baru diujikanpada hari ketiga.Sementara di Kabupaten Tulang Bawang, tim pemantau menemukan soalBahasa Indonesia untuk SMP bercampurdengan soal Bahasa Indonesia untukSMA.Beberapa kesalahan tersebut hanyalahsebagian kecil kelemahan penyelenggaraan UN ditengarai masih banyak yangbelum terpublikasi. Padahal kelalaian itusangat berpeluang menjadi sumber kecurangan. Pelanggaran-pelanggaranlainnya juga ditemukan di lokasi lain.Masih di Provinsi Lampung, tepatnya diBandar Lampung, anggota tim pemantauyang bertugas di SMP MuhammadiyahBandar Lampung menemukan naskahsoal sisa yang seharusnya tak boleh keluarruangan ujian sampai ujian selesai tapidibawa oleh oknum guru keluar dandibaca. Sedangkan di Sumatera Barat,diberitakan sebanyak 82 murid kelas IIISMK Dhuafa Nusantara Padang, jugamelaporkan dugaan adanya kecurangandalam pelaksanaan UN di SMK Negeri 5.Sementara di Bandung, seperti diberitakan Kompas (28/4), Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) menyimpulkantelah terjadi kecendrungan timbulnyagejala diskriminatif atau infairness dalampenyajian materi soal. Berdasarkan kajian