Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 41
P. 44
44 BERITAINDONESIA, 05 Juli 2007LenteraLENTERA44beberapa kekacauan perang antaretnisdan golongan seperti halnya di Ambon,Irian Jaya, Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, dan Aceh. Parakoordinator itu harus berhadapandengan situasi masyarakat yang salingcuriga seperti itu. Salah-salah merekabisa dianggap provokator.Maka keberhasilan merekrut calonsantri pun antara masing-masing daerahsangat berbeda-beda. Ambon misalnya,hanya berhasil merekrut satu calonsantri. Begitu juga Daerah Istimewa (DI)Aceh. Tim Bengkulu patut diberikanpenghargaan karena mereka merupakankoordinator cabang yang berhasilmerekrut santri paling banyak setelahDKI Jakarta dan Jawa Barat. “Tahunkedua jumlah santri dari Bengkulupaling banyak setelah DKI,” ujar UstadzAbdul Halim, Sekretaris YayasanPesantren Indonesia.Padahal, suatu hal yang unik, parakoordinator itu tidak sedikit pundibekali oleh YPI dengan brosur, fotoataupun surat tugas. Mereka hanyadibekali kesepahaman visi dan misi yangmembangkitkan rasa percaya diri yangkuat bahwa mereka bertugasmengemban amanah dan harusmenyampaikan informasi mengenaikeberadaan Al-Zaytun kepadamasyarakat.“Kami anggap semua itu amanah,kalau informasi tidak sampai berartikami zalim,” ujar H Agus Salam,Koordinator Cabang Yayasan PesantrenIndonesia (YPI), Bengkulu. Oleh karenaitu, menurutnya, langkah awal yangdilakukan para pembawa amanah ituadalah membenahi diri supaya dapatditerima di masyarakat. “Kalau Rasulitu, al-Amin dulu,” ujar Agus Salammenjelaskan pengalamannya kepadaMajalah Al-Zaytun (Edisi 12 hlm. 60).Mereka memang harus berhati-hatidan berusaha menata diri sehingga apayang dilakukan dan dibicarakannya didaerah dapat diterima masyarakat.Namun itu tentu tak semudah teori.Para koordinator itu pertama-tamamemonitor dulu seberapa jauh minatmasyarakat terhadap pendidikan yanglebih tinggi dan baik. Mereka menelitipotensi dan kemampuan masyarakat.Tak jarang di antara mereka merintisjalan dengan usaha sambil berniaga atauberjual beli sebagaimana teladan parasahabat Rasulullah.Ada koordinator yang terjun berbisnispakaian jadi, bahkan menjadi tukangjual beli ayam. “Karena mereka tahukami tukang ayam, lalu mereka tidakragu lagi dengan kami,” ujar Agus Salammenjelaskan. Suatu perbuatan nyatayang tidak memisahkan antara ekonomipendidikan dan pendidikan ekonomiyang merupakan jargon Al-Zaytun.Karena kejujuran sikap danpembawaan agen dan dengan usaha dilapangan seperti itu, masyarakat punmenaruh kepercayaan. Kepercayaan inibisa tergambar dari pengakuan seorangwali santri. “Saya tertarik karenakesungguhan pihak koordinatormendatangi anak kami. Walaupun hujandan cuaca tidak baik, tetapdilaksanakan,” ujar Suprianto salahseorang wali santri pada angkatanpertama mengakui kegigihan parakoordinator menyampaikan informasimengenai Al-Zaytun.Apalagi para koordinator itu tidaksekadar mencari murid. Sebab kalauhanya mencari murid, di Jakarta pastibanyak. Tetapi mereka menjelaskanbahwa Al-Zaytun akan mempersiapkankader-kader pemimpin umat baik levellokal, nasional, maupun internasional.Maka santrinya harus mencakup segalalapisan masyarakat dari nelayan hinggapegawai negeri dan dari desa dan kota.Dengan kejuangan para koordinatormenjalankan amanah itu, pada tahunpembelajaran pertama (1999) jumlahyang diterima sesuai denganpersyaratan penerimaan santri dan dayatampung berjumlah 1.460 orang (624santri nisa dan 836 santri rijal). Parasantri itu berasal dari seluruh provinsiIndonesia dan juga dari negeri jiranMalaysia. Sementara tenaga-tenagapendidik dan mustami’ berjumlah 150orang (35 nisa dan 115 rijal). Menurutcatatan Personalia Tanmiyah Al-Zaytun,jumlah karyawan pada saat itu barumencapai sekitar 1.500 orang. Dengan kejuanganpara koordinatormenjalankanamanah, padatahun pembelajaranpertama (1999)jumlah yangditerima sesuaidengan persyaratanpenerimaan santridan daya tampungberjumlah 1.460orang (624 santrinisa dan 836 santririjal). Para santri ituberasal dari seluruhprovinsi Indonesiadan juga dari negerijiran Malaysia.