Page 42 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 42


                                    42 BERITAINDONESIA, 06 September 2007Edisi Khusus HUT Kemerdekaan RISebagian majalahterbitan ibukota edisikhusus HUTKemerdekaan RI ke62.ajalah Tempo (13-18/8),seperti tahun-tahun sebelumnya, menurunkan EdisiKhusus Hari Kemerdekaan, dengan rencana matang membentuksebuah tim khusus untuk penulisan laporan utamanya. Dalam ‘Catatan Pinggir’, redaktur senior Goenawan Mohammad menyebutkan, di Indonesia ada sebuah revolusi di bulan Agustus 1945. Revolusi ditandai dengan Proklamasi Soekarno-Hatta. Revolusi itu jadi sebuah kata sakti yangkemudian membayangi terus politikIndonesia. Ada heroisme dalamRevolusi Agustus itu, sebab itu, adasesuatu yang layak untuk dianggapindah dan dikenang terus.Lebih lanjut, Tempo mengajak mengingat kembali perjalanan demokrasi di Indonesia. Disebutkan,“Kemudian ketikaBung Karno(PresidenSoekarno)membubarkansistem demokrasiparlementer padatahun 1958, ia (BungKarno) membenarkantindakannya sebagai ‘penemuan kembali Revolusi kita’ yang diangkat sebagai judulpidatonya yang kemudian dikenal juga sebagai ‘Manifesto Politik’. Tak urung, revolusi Agustusyang ‘ditemukan kembali’ itu pun terbentang antara la politique (yang membuka terus-menerus sifat radikal, agarperubahan selalu terjadi dan kian demokratis) dan le politique (yang mengandaikan keutuhan bentuk sebuah bangunan kebersamaan yang tak jarangakhirnya mandek, buntu, bahkan represif). Akhirnya ‘demokrasi terpimpin” pungagal menggantikan demokrasi parlementer yang dicoba diterapkan di antaratahun 1946 dan 1958. Menurut Tempo,kegagalan itu bermula dari tafsiran yangsalah atas revolusi.Majalah Gatra No.40 (16-22/8) yangjuga menerbitkan edisi khusus 17 Agustus2007, menampilkan profil-profil produkunggulan Indonesia di berbagai bidangseperti; makanan, waralaba, fashion,otomotif, bank, asuransi, jasa dan yanglain. Sementara pada edisi sebelumnya,(No.39: 9-15/8), Gatra menyoroti dugaanjual beli pasal di DPR. Diberitakan, BankIndonesia (BI) diduga menyuap anggotaDPR untuk memuluskan beberapa RUU.Kasus itu dibongkar Indonesia CorruptionWatch (ICW) yang melaporkan pejabat BIke Komisi PemberantasanKorupsi (KPK). Pejabat BI dilaporkan telah melakukan suapkepada sejumlah anggota Panitia KerjaKomisi IX DPR RI periode 1999-2004.Dalam laporannya, ICW menunjukkanbundel fotokopian “dokumen” BI tanpastempel dan kop surat yang isinya menyebut adanya permintaan dana untuk memuluskan pengesahan RUU. Di bundel itutercantum pula sejumlah nama anggotaDPR dan pejabat penting BI.Menanggapi laporan itu, juru bicaraKPK Johan Budi mengatakan, statusdokumen itu masih dipelajari. “Belum adapatokan waktu kapan bisa diberi kejelasan,” katanya. Sedangkan Gubernur BIBurhanuddin Abdullah dikabarkan merasa ‘gerah’ dengan kasus ini sehinggaberencana membuat tim investigasi untukmelacak muasal kebocoran itu. Sementarasejumlah anggota dewan yang namanyadisebut sebagai penerima dana itu, membantah terima dana tersebut. KoordinatorICW Teten Masduki menilai, ihwal jualbeli pasal seperti ini bukan barang barulagi, hal itu menurutnya sudah lazimdalam sebuah proses pembahasan RUUatau anggaran. “Saya pikir, hal seperti itubukan di BI saja, bisa terjadi di mana sajadengan lembaga siapa saja,” ujarnya.Sementara Majalah Trust (6-12/8)mengangkat laporan utama mengenaipenurunan target pajak. Tadinya penerimaan pajak tahun ini dipatok sebesarRp 509,5 triliun. Belakangan, dalamAPBN-Perubahan, target itu berkurang menjadi Rp 189,9 triliun. Berkaitan denganpengurangan targetitu, Trust berpendapat,kalau Menkeu Sri Mulyani konsistendengan ucapannya, maka posisiDirjen Pajak Darmin Nasution sejatinya sudah terancam, sebab Sri Mulyani sebelumnya pernah meminta target penerimaan pajak benarbenar tercapai. “Sekarangujian dimulai Pak Darmin.Dukungan politik sudah diberikan. Praktis tidak adaalasan untuk gagal,” ujar SriMulyani ketika itu.Sebelumnya, Darmin memastikan penerimaan pajakhingga akhir Maret 2007 akanjauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.Menurutnya, penerimaan pajak hinggaakhir Maret 2007 meningkat 35% dibandingkan periode yang sama tahun 2006.“Jumlah itu adalah yang terbesar selamaenam tahun terakhir,” ujar Darmin ketikaitu. Namun, sampai akhir Juni lalu, penerimaan pajak ternyata baru mencapai Rp166,83 triliun. Berarti, selama semester I2007, penerimaan pajak hanya sekitar40% dari target.Sedangkan majalah SWA (9-22/8)mengangkat laporan utama sekitar prospek BUMN. Menurut SWA, Indonesiasangat berpeluang memiliki kelompokBUMN raksasa yang lincah dan kompetitif, melampaui kelompok BUMN Singapura, Temasek, maupun kelompok BUMNMalaysia, Khazanah. Menurut SWA,untuk menuju itu, harus ditegaskan: ManaBUMN yang mesti dikelola sebagai binatang ekonomi dan mana yang bermisisosial. Selain itu BUMN juga harus mandiri, lepas dari cengkeraman kepentinganpolitik dan “pembinaan” tak perlu daripejabat pemerintah dan politisi. „ MSMLINTAS MEDIA
                                
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46