Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 43
BERITAINDONESIA, 06 September 2007 43BERITA MEDIALiga Inggris dan Protes pada AstroSejak musim kompetisi 2007/2008, haksiar Liga Inggris di Indonesia hanya dimilikitelevisi berbayar AstroTV. Banyak pihakyang kecewa bahkan ada yang melakukanprotes. Ditengarai, ada cara yang tidak fairdalam proses perolehan hak siar tersebut.eberapa tahun belakangan ini, bisnispenyiaran di TanahAir semakin marakdengan kehadiran televisitelevisi berbayar. Kini, sedikitnya ada lima TV berbayar telahtumbuh subur di dalam negeri.Banyak yang senang akan kehadirannya, namun banyakpula yang kecewa. Baru-baruini, kekecewaan dari berbagaipihak ditujukan ke AstroTV,tatkala hanya TV berbayartersebut yang memegang haksiar Liga Premier untuk wilayah Indonesia. Padahal, padamusim kompetisi lalu hak siarliga terpopuler di dunia itusama-sama dimiliki semuatelevisi berbayar yang ada diIndonesia termasuk Trans-7,salah satu TV terestrial (tvgratis). Trans-7 tidak lagi menayangkan Liga Inggris karenaharga hak siarnya terlalu mahal dan tidak seimbang denganpemasukan iklan. “Kuranglebih US$ 14 juta untuk seluruh sesi di seluruh musimkompetisi,” kata DirekturTrans TV Ishadi S.K.Tapi, lain halnya denganpara pengelola TV berbayarlainnya. Mereka merasa kecewa dan penasaran denganhak siar eksklusif yang diperoleh Astro ini. Dalam pernyataan tertulis bersama yang ditandatangani oleh Wakil DirutPT MNC Sky Vision Tbk (Indovision) Handhi S. Kentjono,Dirut PT Indonusa Telemedia(Telkom Vision) Rahadi Arsyad, dan Corporate SecretaryPT Indosat M2 Vision AmdriAslan, mereka mensinyaliradanya upaya berkesinambungan dari pihak-pihak tertentu untuk menciptakan persaingan usaha tidak sehat, atausetidaknya merusak equal level of playing pada industrijasa penyelenggara TV berbayar. Praktik itu, menurut mereka tidak transparan disertaidengan upaya penyesatan danpenyembunyian informasi,serta tidak adanya klarifikasiataupun pemberitahuan yangwajar dari pihak ESS sebagaiinduk perusahaan ESPN. Bahkan menurut dugaan PresidenDirektur PT Indonusa Telemedia Rahadi Arsyad, AstroTV mendapatkan hak siar initidak melalui proses tender.Hal senada dikeluhkan RudiTanoesoedibjo, Direktur Utama PT Media Nusantara SkyVision. Menurutnya, hinggasaat ini, pihaknya selaku pengelola televisi berlanggananIndovision tak mendapat pemberitahuan resmi dari ESPNdan StarSport. Maka untukmencegah dampak lebih jauh,mereka menyampaikan persoalan itu kepada pejabat berwenang, yaitu Mennegpora,Menkominfo, Komisi Penyiaran Indonesia, KONI, dan Komisi Pengawas PersainganUsaha. Dengan harapan, paraotoritas berwenang itu melakukan tindakan tegas.Mendapat pengaduan demikian, Menkominfo Muhammad Nuh mengatakan akanmeminta klarifikasi Astro.Menurut Nuh, semestinyasiaran yang mempunyai nilaipublik tinggi tidak dimonopoliatau jadi hak eksklusif televisitertentu. Bahkan siaran iniseharusnya tidak hanya disiarkan televisi berbayar, tapi jugatelevisi terestrial (TV gratis).“Monopoli ini dikhawatirkanbisa menimbulkan gejolak,”kata Nuh.Meski mendapat protes darisaingan bisnisnya, Astro tidakmerasa gentar. Halim Mahfudz, Vice President CorporateAffairs PT Direct Vision yangmengelola Astro mengatakan,bahwa mereka hanyalah penyalur. Astro TV menurutnyatidak berhak menanggapi persoalan itu. “Yang berhak menanggapi adalah ESS sebagaiinduk perusahaan ESPN, bukan kami,” ujarnya. Menurutnya, Astro TV sendiri memperoleh hak siar itu dari ESPNdan StarSport melalui indukperusahaannya, Astro All AsiaNetwork, yang berbasis di Malaysia.Mengenai berapa besar yangharus dibayar Astro TV untukmemperoleh hak siar tersebut,tidak diketahui persisnya.Namun kabarnya, pada musimlalu, para pemenang tenderharus mengeluarkan sekitarUS$ 50 juta hingga US$ 150juta untuk mendapatkan haktayang selama tiga musim(2007-2010). Jika benar demikian, berarti Astro paling sedikit telah mengeluarkan sekitarUS$ 50 juta (Rp 475 miliar)untuk satu musim kompetisi.Sedangkan untuk berlangganan Astro TV. Di sampinguang pasang pertama sebesarRp 200.000, perusahaan inimenarik biaya sebesar Rp150.000 per bulan untuk paketcitta atau standar saja. Danuntuk tambahan satu paket,seperti paket Astro SuperSport; ESPN, Star Sport, GoalTV1, Goal TV2, misalnya, pelanggan ditarik biaya lagi sebesar Rp 50.000 per bulan.Jadi untuk bisa menyaksikanLiga Inggris, konsumen harusmembayar Rp 200.000 uangpasang dan Rp 200.000 perbulan untuk berlangganan.Jadi, para pencinta liga Inggrisdari kelas ekonomi kurangmampu, harus bersabar tidakbisa menyaksikan aksi parajagoannya berlaga melaluilayar kaca. Kalau pun bisa,harus bersabar numpang nonton di rumah tetangga yangberlangganan Astro, itu punkalau diperbolehkan. Memang, mungkin selama inipenonton televisi negara inisudah terlalu biasa dimanjakan dengan tayangan-tayangan gratis. Namun, jika jujurmelihat kenyataan, rakyatbanyak Republik ini kebanyakan kemampuannya masihsampai di taraf itu.Tapi persoalan siaran eksklusif Liga Inggris di Astro initidak hanya menyangkut masyarakat yang tidak mampu.Masalah jaringan Astro sendirijuga jadi penghambat orangmenyaksikan Liga Inggris ini.Sampai saat ini, jaringan Astromasih terbatas di kota-kotabesar. Itu berarti penduduk didaerah-daerah terpencil tetaptidak bisa melihat wajah idolanya seperti Rooney, Ronaldo,Didier Drogba, Gerard danyang lainnya muncul di layarkaca, walaupun dari segi keuangan mereka sebenarnyamampu berlangganan TV berbayar. Di samping itu, parapelanggan TV berbayar nonAstro juga ikut bimbang untukbersikap karena customer service TV kabel langganan mereka, masih tidak tegas soalLiga Inggris ini. MSBAstro ditengarai peroleh hak siar Liga Inggris dengan cara tidak fair.