Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 44
44 BERITAINDONESIA, 06 September 2007BERITA MEDIABacaan Wajibdi Hari MingguSuara dentingan piring dari arah dapurmembangunkan saya dari tidur. Sayupsayup terdengar detik jarum jam. Jam 7pagi. Saya segera bangun, berguling kearah bibir samping kiri tempat tidur lalumemijakkan kedua kaki di lantai yangdingin.eminggu terakhir inimenjadi minggu yangcukup melelahkan.Meski pekerjaan banyak menguras pikiran dantenaga, saya tetap menikmatinya. Beberapa tahun belakangan ini, satu-satunya hari untukmemanjakan diri adalah hariini, hari Minggu.Tidak banyak yang saya lakukan di pagi hari selainmengecek e-mail sebentar, lalududuk-duduk membaca koran.Sambil menunggu sarapandisiapkan, saya meraih sebuahharian terbesar di Indonesiayang sudah menjadi menuutama dan pertama untukdibaca. Sejenak saya melihathalaman depan headline utama koran terbitan Minggu, 19Agustus 2007 itu. Di situ terpampang foto besar pemainbulu tangkis Sony Dwi Kuncoro sedang mendongak ke atasbersiap-siap memukul kokyang melayang di atas kepalanya. Sayang, Sony gagal mengalahkan pemain China, LinDan dalam final Kejuaraan Bulu Tangkis 2007 di Malaysia.Saya membaca sekilas beritadi halaman depan itu, laludengan cepat membuka duahalaman terakhir di bagianbelakang dari 16 halaman pertama. Di halaman berjudul‘Teka-Teki Silang dan Kartun’itu terpampang sederetan karStun hitam putih memenuhisetengah halaman vertikal.Ada empat karakter/kartunyang menarik di situ namunada satu yang lebih sering sayadahulukan membacanya,“Kartun Benny & Mice”. Bolehdibilang, saya agak kecanduandengan kartun ini. Ceritanyayang sederhana namun lucumengingatkan kita akan kehidupan sehari-hari masyarakat urban, khususnya Jakarta. Cerita-cerita yang dituangkan dalam kartun inilucu dan realistis (kadang adajuga yang garing dan maksa).Tak perlu berpikir keras untukmengetahui apa yang dimaksud dalam kartun itu. Misalnyasaja soal VCD bajakan yangdijual bebas di emperan, heboh audisi Indonesian Idol,busway, banjir, dan lain-lain.Intinya, bagi sebagian besarorang termasuk saya, rasanyabelum lengkap membaca koran - seperti sayur tanpa garam- bila belum membaca kartunyang selalu hadir di harianKOMPAS edisi Minggu ini.Sejak Oktober 2003, Benny& Mice ikut meramaikan halaman KOMPAS Minggu yangjuga memuat beberapa kartunlain (misalnya Panji Komingnya Dwi Koen dan Timun-nyaLibra). Ceritanya tentang duatokoh laki-laki – wong cilik diJakarta – yang tampil dengankelakukan mereka yang acapkali norak tapi lucu. Mengapa?Karena kenorakan merekasedikit banyak mengingatkanakan tingkah laku kita seharihari, yang diam-diam jugasering norak.Hal inilah yang membuatpembacanya merasa dekat dengan kedua tokoh itu karenamereka memang apa adanya,sama seperti kebanyakan orang di Jakarta.Siapa sebenarnya dalang dibalik kedua tokoh ini? Merekaadalah Benny Rachmadi danMuhammad Misrad, yang biasadipanggil “Mice” (baca “mi-ce”,bukan [mais] seperti tikus dalam bahasa Inggris). Bukan kaliini saja mereka berkolaborasimembuat karya. Benny danMice, yang sama-sama menolakdisebut komikus, sudah pernahmembuat kumpulan kartun“Lagak Jakarta”.Sejak tahun 1989, semasasama-sama kuliah di FakultasSeni Rupa Institut KesenianJakarta (IKJ), mereka seringmembuat kartun untuk Kording (Koran Dinding). Kolaborasi ini berlanjut ketikamereka bekerja di majalahDJAKARTA!.Sampai saat ini pun merekaKartun di harian Kompas Minggu