Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 45


                                    BERITAINDONESIA, 06 September 2007 45BERITA MEDIAsama-sama masih tercatatsebagai pengajar di FakultasSeni Rupa IKJ. Selama merekaberkolaborasi membuat kartun, ciri khas karya merekatetap ada hingga sekarangyaitu kartun yang kocak, gampang dicerna, dan kerap menyentil hal-hal yang dekatdengan kehidupan sehari-hari.Dan jika diperhatikan, secarateknis kartun karya merekatidak sulit untuk dikenali.“Saya lebih senang dibilangkartunis,” kata Mice yang lahir23 Juli 1970 ini ketika ditanyamengapa ia bisa menjadi sosokjadi kartunis,” ungkapnya. Iapun mengakui, “Benny & Mice” sedikit banyak mengandung kemiripan dengan tematema yang diusung dalam kartun Lat.Berkat karya mereka “LagakJakarta”, keduanya mendapattawaran dari redaksi KOMPASMinggu untuk mengisi kartun.Benny, yang pertama kali dihubungi oleh KOMPAS, kemudian menelepon Mice danmeneruskan ajakan yang diterimanya dari KOMPAS. Keduanya pun setuju dan muncullah kartun “Benny & Mice”yang dikenal seperti saat ini.Menurutnya, sejak kecil iamemang senang membaca komik. Bahkan Mice, yang ketikaitu masih SD, merasa girangjika diajak ibunya ke rumahsakit. Bukan apa-apa, karenadi tempat parkir ada yangberjualan komik!Setelah menjadi mahasiswa,Mice membaca kumpulan kartun karya Lat, kartunis asalMalaysia. la merasa takjubdengan kartun Lat tersebut,terutama yang berjudul “Kampung Boy” dan “Mat Som”.“Gara-gara dua buku ini, sayajadi agak terpicu untuk menmenjadikan kehidupan seharihari di Jakarta sebagai pengisicerita dalam kartun mereka.Secara pribadi, Benny yangterpaut setahun lebih tua dariMice menganggap kartun iniadalah cerita tentang dua manusia di Jakarta.Mereka tidak pernah menemui konflik dalam pembuatan kartun ini. Mereka puntidak membuat batasan yangkaku dalam pembagian tugasselama mereka berkarya. Semuanya dibagi-bagi, baik itucerita, ide, maupun gambar.Mungkin karena mereka memang sudah lama berkaryabersama, mungkin juga karenamereka memang satu selera.Mungkin juga karena itulahmereka sampai saat ini masihtetap dapat berkolaborasimembuat karya. Apa pun itu,karya mereka tetap segar danmenghibur. Memang itulahyang menjadi tujuan Benny danMice membuat kartun. Merekaingin membuat orang-orangyang membaca akan tersenyumataupun tertawa. “Syukur-syukur kalau ada yang mengumpat‘Ancur nih orang’!” kata Mice.Itulah sedikit gambaran tentang kartun Benny & Mice yangselalu menyambut pembacanyadi hari Minggu pagi. Tiga kartunlain yang menghiasi harianKompas halaman 13 ini jugamenggelitik dan tidak kalahlucunya. Kartun ‘Sukribo’ yangsering hadir dalam format duaframe menampilkan sosok anakmuda berambut kribo yangpunya banyolan lucu terhadapperistiwa aktual yang sedang terjadi di masyarakat. Sedangkankartun ‘Timun’ meramu potretkehidupan seorang anak kecilbernama Timun bersama keduaorang tuanya. Dalam salah satukartunnya dikisahkan, Timuncuma bisa meringis dongkol karena mahalnya biaya pendidikan, biaya rumah sakit, sertabiaya minyak goreng dan minyak tanah.Sedangkan kartun ‘PanjiKoming’ lebih bernuansa serius dan banyak menyerempetke ranah politik. Kartun inisering menggambarkan pejabat atau petinggi negara yangtenang-tenang saja meski rakyatnya sedang ditimpa kesusahan. Sedangkan Panji Koming dan kawan-kawan cumabisa melihat petinggi negaraitu dari kejauhan sambil mengelus dada. „ MLPdi KOMPAS Minggu.Gagasan mereka sederhana,namun mengena. “Idenya tentang kehidupan sehari-hari.Gampang kan?” kata Bennymengenai kartun “Benny &Mice”. Sedangkan menurutMice, mereka rela menjadi“korban” dalam kartun tersebut daripada harus bersusahpayah mencari-cari karakterbaru untuk dijadikan tokoh.Selain itu, “Mau dibikin apaaja, mau diapain aja, engga adayang protes atau marah,” kataMice melanjutkan. Lalu, karenamereka berdua sama-samatinggal di Jakarta, mereka pun
                                
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49