Page 49 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 49


                                    BERITAINDONESIA, 06 September 2007 49BERITA HUKUMpetugas keamanan (corporatesecurity) pada penerbanganGaruda-Singapura, denganalasan keamanan tak kondusifsetelah bom Bali. Indra langsung setuju.Sayangnya surat asli berkopBIN itu hilang pada 31 Desember 2004. Saat itu, kaca mobilIndra yang diparkir di HotelSahid, dipecahkan. Tas berisisurat itu dicuri. Kejadian itutelah dilaporkan polisi. Saatini, Indra hanya memiliki suratlaporan kehilangan.Antawirya Dipodiputro selaku kuasa hukum Indra Setiawan membantah keras bahwapemberian surat penugasankepada Polly berkaitan denganpembunuhan Munir. Namundemikian mengungkapkanbahwa kliennya mengaku menugasi Pollycarpus dalam pesawat yang ditumpangi Munirsetelah menerima surat berkopBIN. Polly sendiri yang mengantar surat yang diteken petinggi BIN berinisial AS itukepada Indra di Hotel Sahid,Jakarta, Juli 2004.Pembeberan fakta itu membuat BIN berang. Kepala BINSyamsir Siregar meminta kepolisian menangkap orang-orang yang disebut sebagai anggota BIN dan bersaksi dalamkasus pembunuhan Munir. Seperti dilaporkan Indo Pos (17/8), dalam sidang peninjauankembali (PK) kasus Munir diPengadilan Jakarta Pusat (16/8), jaksa membeberkan kesaksian seorang agen BIN bernama Raden Mohammad PatmaAnwar alias Ucok yang mengaku mendapat tugas dari DeputiII BIN Manunggal Maladi untuk membunuh Munir sebelum Pilpres. Meski mengakutak kenal Polly, Ucok mengakupernah melihatnya di tempatparkir kantor BIN denganmenggunakan mobil Volvohitam.Syamsir Siregar sendiri mengaku tidak mengenal namaRaden Mohammad Patma Anwar alias Ucok sebagai agenBIN. Diberitakan Koran Tempo (16/8), dia menegaskanlembaganya tidak pernahmemberikan surat penugasankepada Polly dalam urusan itu.Lagipula, menurutnya, saatkejadian itu, dia belum menjabat sebagai kepala BIN.Nama sejumlah pejabat teras BIN terseret setelah pengacara Pollycarpus, MohammadAssegaf membocorkan isi memori PK kejaksaan dalam suratpermohonan klarifikasi kepada kepala BIN.Namun ternyata tindakanAssegaf mengungkapkan materi memori PK diprotes Komite Solidaritas untuk Munir.Hal itu dianggap dapat mempengaruhi saksi. Komite melaporkan Assegaf ke Perhimpunan Advokat Indonesia(Peradi).Pollycarpus sendiri membantah pernah mengantar surat itu atau surat-surat semacam itu. Polisi sendiri mengaku tak tahu soal laporan kehilangan dokumen seperti yangdisampaikan Indra.Misteri yang menyelubungikematian Munir makin menimbulkan rasa penasaranpublik. Jaksa Agung Hendarman Supandji mengatakanbahwa konspirasi antara Pollycarpus dan pihak lain dalampembunuhan Munir akan diungkap di persidangan. Menurutnya, jaksa punya bukti barubahwa dialah yang melakukanpembunuhan. „ RHengakuan mantanDirut Garuda Indonesia Indra Setiawansoal permintaan tertulis seorang petinggi BadanIntelijen Negara (BIN) untukmembuat surat tugas kepadaPollycarpus Budihari Priyantountuk ikut terbang dalam pesawat yang ditumpangi Munirsemakin menyudutkan posisiBIN dalam kasus pembunuhanaktivis HAM itu.Diberitakan Koran Tempo(12/8), dalam surat itu BINmeminta Polly ditugasi sebagaiPBIN harus klarifikasiKronologi Surat Saktifl Juli 2004 – Pollycarpus menyerahkan suratberkop BIN yang ditandatangani petinggi BINkepada Dirut Garuda Indra Setiawan yangmeminta Polly bertugas sebagai corporate security.fl 11 Agustus 2004 – Indra menunjuk Pollysebagai petugas keamanan penerbangan daninternalfl 4 September 2004 – Polly meminta tanggalsurat tugas 15 September diubah menjadi 4September.fl 6 September 2004 – Munir tewas diracun dipesawat yang juga dinaiki Polly sebagai awaknonaktif.fl 15 September 2004 – Ramelgia Anwar, VicePresident bidang keamanan membuat surat yangmenugasi Polly terbang 9 hari sebelumnya.fl 31 Desember 2004 – Surat dari BIN dalamtas Indra yang diparkir di halaman Hotel Sahidturut hilang saat mobil dibobol. Surat kehilangan dari polisi masih dipegangnya.Misteri SuratUntuk PollyKonspirasi pembunuhan Munir mulaiterungkap. Mantan Dirut Garudamembeberkan fakta baru.foto: repro tempo
                                
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53