Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 47
BERITAINDONESIA, 06 September 2007 47BERITA TOKOHBukan Untuk SayaMenulis yang Baik-baikBuku tentang mantan PresidenRI Soeharto dengan berbagai versibisa dijumpai di toko-toko buku.Meski dibuat oleh penulis yangberbeda-beda, para penulis ini berada dalam dua kubu yang berbeda,satu sisi memilih kibat pro Soeharto,sisi yang lain memilih kontra.Sayangnya, sisi kontra yang ‘menjelek-jelekkan’ lebih banyak.Buku berjudul Soeharto: The Lifeand Legacy of Indonesian SecondPresident, yang ditulis RetnowatiAbdul Gani Knapp memilih menulisyang ‘baik-baik’ tentang diri Soeharto, mantan presiden RI yang berkuasa selama 32 tahun di negeri ini.Buku yang diluncurkan pertama kalidi The Institute of Southeast AsiaStudy, Singapura pada 12 April 2007dan edisi versi bahasa Indonesianya, 14 Agustus, kemudian menuaikritik dari mereka yang memilihkiblat kontra Soeharto. Namun,meski dikritik, buku itu tetap mendapat hati bagi pembacanya.Dalam buku setebal 376 halamanitu Retnowati menulis banyak hal,termasuk tentang persamaan Presiden pertama RI Soekarno dan Presiden ke 2 RI, Soeharto. BungKarno, ingin mewujudkan kesejahteraan rakyat yang selama ratusantahun berada dalam cengkeramanpenjajah. Pak Harto ingin mewujudkan kesejahteraan rakyat melaluicara sederhana, tersedia cukupsandang, pangan, dan papan. Kedua presiden ini sangat hormat padaorang tua, pendahulunya, serta orang-orang yang pernah berjasa.Selain itu Retnowati juga memaparkan situasi di mana banyak orangyang memanfaatkan kedekatandengan anak-anak Soeharto untukmemenangi pertarungan bisnis atauapa saja. Ironisnya, banyak darimereka justru paling awal menyangkali, bahkan mengkhianatiketika Soeharto lengser.Retnowati yang punya panggilanakrab Wati punya alasan tentangbuku yang ditulisnya setelah melaluiriset selama 4 tahun. Menurut Wati,buku itu melihat pada perspektifsejarah “apa adanya”, bukan bermaksud membersihkan nama Soeharto. Selain itu, Soeharto besertaanak-anaknya tidak sedikit punintervensi atau mencampuri dalamhal penulisan buku hingga diterbitkan. Wati mengutip pernyataanalmarhum ayahnya, Dr RoeslanAbdul Gani, “Tidak ada pemimpinyang jahat 100 persen atau baik 100persen. Orang besar, jasanya besar,salahnya juga besar.” Cak Roespanggilan akrab Dr Roeslan AbdulGani pernah menjabat sebagai DutaBesar PBB.Wati mulai menulis pada usia diatas 50 tahun. Sang suami, HubertKnapp, seorang banker seringmendorongnya untuk menulis. Watimenulis dalam suasana nyaman,ditemani secangkir kopi dan alunanmusik Beethoven atau Mozart, dirumahnya di dekat lapangan golf diLondon bagian tenggara, kawasanSurrey. Saat ini Wati sedang mempertimbangkan menulis dua topikbuku yang lain, tentang Xi Zhongxun, tokoh revolusi di China dantopik lain tentang masyarakat Indonesia. ZAH, MLPDi usianya yang sudah berkepala enam, iamasih mencurahkan jiwa raganya di duniaseni dan peran. Sumbangsihnyamengharumkan nama bangsa hinggamancanegara jauh lebih besar daripadapuluhan penghargaan yang sudah ia terima.keluarga Bakrie, sedangkanPenghargaan Achmad Bakrie2007 diberikan oleh keluargabesar Aburizal Bakrie danFreedom Institute sejak 2003.Lain Franz Magnis, lain PutuWijaya. Meski sejumlah rekannya menyarankan agar menolak penghargaan yang katanya berbau penaikan citraGrup Bakrie itu, sutradara kenamaan yang sepanjang Julilalu ‘mentas’ dan ‘mengajar’ diItalia ini, tetap menerimapenghargaan tersebut untukbidang sastra. Alasannya, ‘Hadiah ini bukan untuk saya, tapiuntuk sastra yang selama iniselalu dianggap sebagai hiburan semata,” kata Putu. SelainFranz Magniz (bidang pemikiran sosial) dan Putu Wijaya,beberapa tokoh lain yang mendapatkan penghargaan Achmad Bakrie 2007 adalah JorgaIbrahim, dosen ITB Bandung(bidang sains); Sangkot Marzuki, ilmuwan dan DirekturLembaga Biologi MolekulerEijkman Jakarta (bidang kedokteran); dan lembaga BalaiBesar Padi Sukamandi (bidangteknologi).Jejak gemerlap lampu dankeramaian para undanganyang hadir dalam acara Achmad Bakrie Award 2007 diHotel Nikko Jakarta Selasa(14/8) lalu sudah sirna. Meskitelah menerima penghargaan,tak ada perubahan berarti darihari-hari yang dilalui PutuWijaya. Ciri khasnya menggunakan pet warna putih danmengenakan celana jins masihmelekat di sela-sela kegiatanmengajar ilmu teater kepadapara guru kesenian di Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Jakarta. Pria bernamalengkap I Gusti Ngurah PutuWijaya ini sudah tak sabaringin membagikan pengalamannya selama di Italia Julilalu kepada murid dan rekanrekannya.Saat itu, Putu Wijaya beradadi Italia atas undangan LaMama Theater yang berpusatdi New York untuk memberikan ceramah “Workshop Penyutradaraan” bertempat diSpoleta, regiona Umbria sekitar 125 km sebelah UtaraRoma yang akan diikuti parapeserta dari berbagai negaraItalia, Rumania, Jerman. PutuWijaya, juga mengadakan pentas “Drama Monolog 100 Menit” di KBRI Praha dan KBRIRoma serta sempat berkenalandan foto bersama dengan sutradara kawakan asal NewYork, Oliver Stone, yang pernah menyabet Academy Awarduntuk kategori sutradara terbaik dalam film “Born on theFourth of July” (1989). MLPSebuah ajang pemberian penghargaan bernama Achmad BakrieAward 2007 sempatmenjadi berita di berbagai media massa sebulan terakhir.Pasalnya, Franz Magnis Suseno, dosen pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, menolak menerima penghargaan tersebutkarena satu alasan, GrupBakrie yang merupakan pemilik Lapindo Brantas Inc. menurutnya menimbulkan musibahlumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak beberapa tahun lalu. Hingga kinimasalah lumpur panas tersebut dianggap tidak ada penyelesaian secara bermartabat.Saham Lapindo Brantas Incantara lain memang dimilikiPutu WijayaRetnowati Abdul Gani Knapp