Page 55 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 55
BERITAINDONESIA, 06 September 2007 55BERITA MANCANEGARAerantungdan taman kanak-kanak diKandahar, yang merupakandaerah basis terkuat Taliban.Jumlah mereka semula 23 orang (18 diantaranya adalahperempuan), tetapi dua sandera pria, salah satunya Pendeta Bae Hyung-kyu (42), pemimpin 23 pekerja sosial Korsel itu, sudah mati dibunuhdengan 10 lubang peluru dikepala, dada, dan perutnya.Dua orang sandera perempuanakhirnya dibebaskan (13/8)karena kondisi kesehatan mereka yang kritis. Ini berarti masih tertinggal 19 sandera lainnya. Penyanderaan ini menimbulkan ketakutan bahwa parasandera akan mati dibunuh.Sebab, tahun 2004, seorangwarga negara Korsel yang bekerja sebagai penerjemah diIrak disandera. Ia kemudiandieksekusi oleh kelompok yangada hubungannya dengan AbuMusab al-Zarqawi.Nasib para sandera makinmenggantung melihat sikappemerintah Afghanistan yangmenolak memenuhi tuntutanTaliban yang menginginkanpelepasan delapan orang tokohpenting mereka yang ditawanPemerintah Afghanistan sebagai syarat keselamatan dan kebebasan 19 sandera NegeriGingseng. Taliban juga meminta pembebasan 10 pengikut Taliban lainnya untukpembebasan satu tawananJerman (satu tawanan lagisudah mati dibunuh) dan empat warga Afganistan yangmereka culik sehari sebelummenculik warga Korsel tersebut. Namun, Presiden Afganistan Hamid Karzai menolakpertukaran karena cara inisemakin mendorong apa yangdikatakan “industri” penculikan. Sikap ini dipilihnyasebab ia dikritik keras oleh ASkarena membebaskan limatahanan Taliban dari penjaraMaret lalu sebagai tukar bagipembebasan seorang wartawan Italia.Presiden AS George WalkerBush dalam pertemuannyadengan Karzai di Camp David,AS (6/8) juga menyatakanmenolak memenuhi tuntutanTaliban. “Kelompok Talibanbrutal dan tidak akan melunakdengan ini (pembebasan sandera),” ujar Gordon Johndroe,juru bicara Gedung Putih.Sikap Karzai dan Bush inimembuat Pemerintah Korselkian tertekan. Sebab harusdiakui, Seoul tidak punya kemampuan mempengaruhi Kabul dan berpaling ke AS untukmembantu, karena merasaWashington memiliki kekuatan tak terbatas untuk mempengaruhi pemerintah Afghanistan apalagi melepaskan tahanan Taliban bukan beradadalam wewenang mereka. Sebenarnya, di sisi lain, Washington menghadapi dilema jikamenolak permintaan Korselyang mungkin akan menimbulkan gelombang baru sentimen anti-AS di sekutunya diAsia. Sekitar 29.000 pasukanAS berpangkalan di Korsel untuk menghadang Korea Utara.Pasca penculikan dan penyanderaan ini, PemerintahKorsel mengeluarkan aturanbaru yang melarang warganyabepergian secara ilegal ke Afganistan. Mereka akan dihukum tahanan hingga satu tahun dan didenda hingga tigajuta won (sekitar Rp 28,8 juta)jika melanggar aturan ini.Larangan ini juga berlaku jikabepergian ke kawasan peranglainnya. Seoul juga memintaKabul untuk tidak mengeluarkan visa bagi warga Korselyang ke Afganistan.Sejauh ini, upaya perundingan merupakan pilihan utamauntuk menemukan jalan penyelesaian. Namun proses perundingan yang ditawarkan pemerintah Afghanistan itu dituding Taliban hanya salah satucara untuk mengulur waktudan mencoba mengakali Taliban. Penculikan yang sudahberlangsung sebulan lebih inisemakin mengukuhkan bahwaAfganistan memang daerahberbahaya. Fakta itu juga menjelaskan bahwa Taliban tetapmerupakan kekuatan yang harus diperhitungkan di Afganistan. Oleh sebab itu, komunitasinternasional harus terus melakukan segala upaya untukmenghindarkan kekerasan danpertumpahan darah. MLPPara sandera berfoto bersama sebelum berangkat ke Afghanistan lewat Incheon International Airport, 13 Juli2007. Foto ini diperoleh dari Sammul Church, Korsel.foto: ctv.caWarga Korea Selatan berkumpul sambil menyalakan lilin meminta agarpara sandera dibebaskan.foto: abc.net.au