Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 46
P. 41
BERITAINDONESIA, 20 September 2007 41LENTERAbuku yang menyudutkannya. “Bukantidak dihiraukan. Sebanyak buku yangada, itu kita baca semua, dan kitakatakan, oh…ini di sini nih yang haruskita lalui, oh… ini di sini yang harus kitasingkirkan, oh…di sini yang harus kitalaju ke depan. Itu kita jadikantantangan, dan kita siap mengatasinya,”katanya terbuka.“Kalau reaksi kita tuangkan dalambentuk tulisan, itu tidak punya maknaapa-apa, dan akan mendapatkanwarisan dari buku ke buku. Kitamenginginkan reaksi itu dalam bentukkarya nyata, sehingga bangsa ini nantimenikmati karya bangsanya yang nyataitu. Kemudian mengenai masalahadanya orang mengatakan di sini sesatdan sebagainya atau yang berbentukmacam-macam tadi, sejarah nanti yangakan membuktikan. Kalau kita yangmenulis sejarah, kita bisa melihat danmerasakan. Kalau sejarah yang menulisdirinya sendiri, kehancuranlah yangterjadi,” katanya menjelaskan.Jadi menurutnya, jika sejarah ituditulis sendiri dengan karya nyata, makasudah pasti akan menulisnya dengansebaik-baiknya. “Ini namanya karyasastra. Sebab sastra itu macam-macam,bukan cuma tulis saja. Sastra itutermasuk seni dalam mengelola apa pun.Kebetulan saya mendalami sastrakarena sekolah di sastra dulu,” ujarnya.Yang lebih jauh lagi, ada orang yangsempat menduga bahwa Al-Zaytundidirikan dalam rangka mendirikanNegara Islam Indonesia. Menanggapidugaan-dugaan seperti itu Syaykh hanyamengatakan bahwa orang mendugaboleh saja. Bahkan dia mengatakanbahwa diduga sesat pun dia takkanpernah membantahnya. Menduga maumendirikan Negara Islam Indonesia pundia tidak pernah menghiraukannya.Tapi menurutnya, di dunia ini tidakboleh duga-duga, tapi harus berpikirmodern. Setiap bergerak harus berdasarilmu. “Sekarang, antara ilmu dan dugatadi, ketemu apa tidak? Jika itu ketemumaka ‘ilmu’ yang salah dan ‘duga’ yangbetul. Tapi di dunia ini, duga itu tidakakan bisa mengalahkan ilmu,” ucapnya.Ketenangan Syaykh dalammenghadapi segala tantangan tersebutsungguh menunjukkan kedewasaannyasebagai pemimpin. Namun, walaupunbegitu, dia tetap merasa tidak berbedadengan yang lainnya. Dia tidak merasalebih unggul. Dia merasakan danmenjalani hidup ini dengan bijaksana.Apa yang diperintahkan konsepkehidupan, dilakukan. Apa yangdilarang oleh konsep kemanusiaan,dijauhi. Selamat. Itu saja caranyamenjalani hidup. Dan keyakinannya,Tuhan pun akan suka.Jika ada pertanyaan mengenai darimana dana pembangunan Al-Zaytun,dia menganggap pertanyaan itu wajarsaja. Tapi hendaknya jangan mengukurorang lain dengan ukuran diri sendiri.Sebab jika seseorang mengukur ukuranorang lain dengan dirinya, kadang tidakpas. Jadi kalau mengukur denganparameter umum, maka hasil yang telahdicapai Al-Zaytun, menurutnya, masihwajar-wajar saja.Mengenai dana, menurut Syaykh,merupakan hal yang gampang sebabsetiap melompat (penemuan/pengembangan satu ilmu) selalu adaharganya. Jadi jika ada suatu lompatan,orang akan memberi apresiasi, hasilnyadibagi. “Jadi dana itu nggak susah, yangsusah itu kalau kita tidak pernahberpikir mendanai ini,” katanya.Dan yang lebih membanggakan,Departemen Agama dalam waktusingkat telah mengakui bahwa Al-zaytunmerupakan tempat pendidikan yangdigolongkan terbaik. Sertifikatpenghargaan itu diberikan Januari 2004lalu. Demikian juga dalam ujian-ujiansekolah menengah pertama, Al-Zaytunjuga merupakan yang terbaik di JawaBarat. Hal itu jelas merupakan suatusejarah juga, yang bisa terjadi karenaditulis dan diukir.Keluarga BersahajaDalam perjalanan hidupnya sebagaiseorang pendidik, diakuinya bahwakeluarganya sungguh sangat membantu.Sebagaimana lazimnya, seseorang yangmemangku pemimpin pesantrenbiasanya memiliki istri lebih dari satu,namun pria setia ini tidak terpikirkanuntuk menambah atau malah menggantiistri yang sangat disayangi itu. “Istri sayadari sejak pertama sampai hari ini, itu-itujuga,” begitu katanya agak bercanda.Khotimah Rahayu, juga seringdipanggil dengan Faridah Al Widad, istriyang memberinya tujuh orang anak itu,juga seorang guru. Istrinya padaawalnya adalah seorang guru PNS. Laindengan dirinya, ia tidak mau menjadipegawai negeri.Dengan sangat senang dia pada pagiharinya mengajar, sore dagang, bertani,memborong tanaman entah padi dansebagainya atau memborong kayukayuan yang ditanam orang, diambilterus dibelah. Atau dagang hewanseperti kerbau dan lembu. Itulah dulupekerjaannya sehari-hari.Khotimah yang berasal dari Banten,Kampung Menes, Kecamatan Menes,Kabupaten Pandeglang, keresidenanBanten (sekarang menjadi provinsiBanten), menjadi guru bukanlah secarakebetulan atau takdirnya yang sudahbegitu, namun sebagai anak dari seorangguru (orang tua dari Ibu KhotimahRahayu), dalam dirinya sudah tumbuhsatu kecintaan pada profesi pendidik.Kehidupan bersahaja selaluditunjukkan keluarga guru ini. Meskisudah begitu banyak dan begitu besargedung yang telah dibangun di lokasi AlZaytun, hingga saat ini, keluarga iniselama 24 jam masih tinggal di salahsatu ruangan (kamar) asrama bergabungdengan para santri.Mencari ilmu, bagi keluarga ini tidakmemandang bangsa dan negara. Haltersebut terlihat dari usahanyamemberangkatkan anak-anaknya keberbagai negara. Dua anaknya sedangbelajar di New Zealand, satu di London,satu S2 di UNJ, satu di Australia.Sedangkan yang terakhir masih sekolahdi Al-Zaytun.Dalam hal mendidik, ayah dari ImamPrawoto, Ahmad Prawiro Utomo (seringdipanggil dengan Ahmad Zaim), IkhwanTriatmo (sering dipanggil dengan AbdulHamid), Khoirun Nisa (perempuan),Muhammad Hakim Prasojo, Sofiah alWidad (perempuan), Karim AbdulJabbar (alm), ini selalu berusahamenunjukkan kasih sayang seorangayah. Dia tidak mau berlaku otoriterapalagi menghukum dengan caramendera fisik. Maka di Al-Zaytun pundia memberlakukan santrinya denganbebas, sebebas-bebasnya, namunberdisiplin setinggi-tingginya.Disiplin yang dimaksud Syaykh, yangsangat memperhatikan kesihatan antaralain seperti aturan tidak bisa merokokdan anti narkoba. Sejak awal di sinitelah diambil langkah-langkahpencegahan masuknya narkoba denganmelakukan tes, baik ketika masukmaupun saat keluar pesantren.Demikian juga halnya dengan parakaryawan. Syarat menjadi karyawanadalah apabila sanggup tidak merokok.“Dulu, kami di sekolah itu bebasmerokok dan akibatnya kita rasakansekarang. Jika dulu dari sekolah tidakmerokok, mungkin sihat badan ini.Untung cepat kita sadari bahwamerokok itu cuma menyusahkanjantung dan paru-paru. Pengalaman itukita tularkan ke anak-anak kita.Ternyata dunia tanpa rokok itu nikmat.Paling tidak bebas bernafas,” katanya.Dalam perjalanannya yang masihpanjang membangun Al-Zaytun, Syaykhsangat mensyukuri rahmat Tuhan yangditerimanya. Ia makan dengan menuyang teratur dan sihat serta rutinmelakukan olahraga murah, naik sepedasekeliling kampus Al-Zaytun. Polamakan dan gaya hidupnya ini bisamenurunkan berat badannya dalamjumlah yang sangat signifikan dari 104kg menjadi 85 kg.