Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 51
P. 19
BERITAINDONESIA, 06 Desember 2007 19BERITA UTAMAIndustri Kelautan DinomorduakanIndustri Pelayaran, Industri Perikanan, danPariwisata Bahari berpeluang besar untukdikembangkan sebagai sokoguru ekonomikelautan di masa-masa mendatang.ndustri pelayaran merupakan tulang punggung(backbone) sebuahnegara kepulauan terbesar. Harus diakui kondisi industri pelayaran nasional masih terpuruk. Kontribusinyaterhadap PDB masih 1,49 persen. Kapal-kapal berbenderaasing masih menguasai 96,6persen muatan angkutan lautasing, dan menguasai 46,8persen muatan angkutan lautdalam negeri.Indonesia setiap tahun “harus” membayar jasa kepadakapal-kapal asing itu setidaknya Rp 100 triliun. Akibatnyaterjadi defisit transaksi berjalan, membayar jasa kepadakapal luar negeri lebih besardaripada mendapatkan penerimaan dari komoditi yangdiekspor.Industri galangan kapal Indonesia juga masih belumberkembang sedemikian rupa.Padahal peranan industri galangan kapal sangat besarkarena mempunyai rantaihulu-hilir yang panjang. Identifikasi akar masalah industriperkapalan, menunjukkan, pajak kapal terlalu besar dibandingkan negara tetangga terdekat seperti Singapura danMalaysia.Dukungan perbankan terhadap pengembangan industriperkapalan pun masih sangatrendah. Misalnya, dikenakansuku bunga tinggi terhadapkredit investasi dan kredit modal kerja. Di tataran kebijakanpun sama saja, belum mampumendorong industri galangankapal berikut industri penunjangnya. Sektor lain terasa takmemberikan dukungan, padahal industri perkapalan merupakan bagian integral darikeseluruhan industri maritim.Persoalan yang sama terjadipada sistem pelabuhan di Indonesia, hanya berperan sebagai cabang atau ranting dariSingapura atau lainnya. Sistempelabuhan Indonesia masihtidak efisien, tidak aman, dantidak produktif. Daya saingsumber daya manusia pelayarannya pun relatif rendah,baik itu pelaut maupun diindustri pelayaran.Persoalan yang dihadapisistem pelabuhan Indonesia,antara lain, baru kurang dariseparuh pelabuhan di Indonesia yang sudah memperolehsertifikat International Shipand Port Facilities Security(ISPS), port days kapal-kapalnasional masih terlalu tinggi,terdapat kegiatan yang tidakada pelayanan tetapi dikenakan biaya, dan belum ada pemisahan yang jelas antarafungsi pemerintah (regulator)dan fungsi pengusahaan (operator). Juga belum terjadikompetisi antarterminal danantarpelabuhan, lemahnyapengawasan, penegakan hukum belum efektif, dan belumtersedia terminal khusus karena rendahnya arus barang.Industri PerikananPotensi industri perikananIndonesia sesungguhnya sangat besar, yang sepatutnyamenempatkan bangsa ini sebagai kampiun perikanan di Asia.Tetapi kontribusinya terhadapPDB hanya berkisar 2 persenhingga 3 persen saja. Yangbikin miris, seolah selamanyanelayan merupakan kelompokmasyarakat termiskin.Armada kapal ikan bermotor yang dapat mencapai ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia(ZEEI) sangat terbatas. Pertambahan jumlah kapal ikandalam negeri sangat tak berartidibanding serbuan ribuan kapal asing yang diduga melakukan illegal fishing di perairandan yurisdiksi Indonesia.Pertambahan kawasan budidaya perikanan pun sangatkurang dan tidak signifikan.Demikian pula kawasan-kawasan industri pengolahanikan belum banyak terbangun.Bahkan, lebih dari separuh sarana dan prasarana pelabuhanperikanan tidak difungsikan.Identifikasi akar masalahpengembangan industri perikanan, antara lain, pajak kapal yang dirasakan terlalubesar dan belum memadainyainsentif dan kredit untuk kapalperikanan, sebagaimana dinegara lain.Program APBN/APBD jugamasih terlalu berorientasi paIfoto: berindo wilsonKapal asing masih menguasai angkutan laut asing dan domestik.