Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 51
P. 22
22 BERITAINDONESIA, 06 Desember 2007BERITA UTAMAobat-obatan, tapi yang dimanfaatkan baru5.000 spesies.Indonesia sebagai negara maritimterbesar, memiliki kandungan minyak dangas bumi yang cukup besar. Berdasarkandata geologi, diketahui bahwa Indonesiamemiliki 60 cekungan potensi kandunganminyak dan gas bumi dimana 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14cekungan berada di daerah transisi daratan dan lautan (pesisir) dan hanya 6cekungan yang berada di daratan.Dari ke-60 cekungan diperkirakandapat dihasilkan 84,48 milyar barelminyak, namun baru 9,8 milyar barel sajayang sudah diketahui dengan pasti.Sedangkan sisanya 74,68 milyar barelmasih berupa kekayaan yang belumdimanfaatkan.Cadangan minyak dan gas bumi Indonesia cukup besar itu tersebar pada lokasiyang cukup jauh dari pusat konsumen danjaringan pipa gas. Pertamina, Chevron Indonesia, dan ExxonMobil Oil IndonesiaInc sangat diharapkan menjadi tumpuanpeningkatan produksi migas nasionalhingga 30% dalam tiga tahun ke depan.Di masa yang akan datang energi yangbersumber dari BBM (bahan bakar minyak) semakin menipis. Oleh sebab itu,energi Kelautan yang merupakan energinon-konvensional dan termasuk sumberdaya kelautan nonhayati yang dapatdiperbarui memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia.Jenis energi kelautan yang berpeluangdikembangkan adalah ocean thermal energy conversion (OTEC). Perairan Indonesia merupaan suatu wilayah perairanyang sangat ideal untuk mengembangkansumber energi OTEC. Sumber energikelautan lainnya seperti energi yangberasal dari perbedaan pasang surut, danenergi yang berasal dari gelombang jugamemiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kajian terhadapsumber energi ini sudah dilakukan olehBPPT bekerjasama dengan Norwegia diPantai Baron, di Yogyakarta. Hasil darikegiatan ini merupakan masukan yangpenting dan pengalaman yang bergunadalam upaya Indonesia mempersiapkansumberdaya manusia dalam memanfaatkan energi non konvensional.Sementara itu, potensi pengembangansumber energi pasang surut di Indonesiapaling tidak terdapat di dua lokasi, yaituBagan Siapi-Api dan Merauke, karena dikedua lokasi ini kisaran pasang surutnyamencapai 6 meter.Sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia juga mencakup potensi pengembangan pariwisata dan pelayaran. Dewasaini pariwisata berbasis kelautan ataudisebut juga wisata bahari telah menjadisalah satu produk pariwisata yang menarik dunia internasional.Selain itu ada satu potensi lagi yangsering luput dari perhatian, yakni hartakarun di dasar laut yang berasal darikapal-kapal kuno yang karam.Meski demikian terasa sangat ironis,dengan potensi yang demikian besar,nelayan yang mendiami pesisir lebih dari22 persen dari seluruh penduduk Indonesia justru berada di bawah kemiskinan danselama ini justru terpinggirkan dalampembangunan yang lebih mengarahkepada daratan.Keadaan itu menurut pengamat kelautan Indrawadi, S.Pi, karena selama iniusaha kecil di bidang perikanan sepertimenangkap ikan di laut dianggap usahayang tidak layak diberi kredit, sehinggatidak ada lembaga keuangan dan perbankan yang percaya kepada nelayan.Padahal krisis ekonomi dan depresi rupiah terhadap dollar yang berdampak terhadap merosotnya kontribusi ekonomiterhadap sektor lain, namun di sektorperikanan justru menunjukkan sebaliknya. Data terakhir menunjukkan bahwaekspor komoditas hasil laut pada tahun1997 mencapai 1.617,5 juta dollar AS.Artinya pada masa krisis, sektor perikanan justru menjadi tumpuan. Inimenunjukkan bahwa perikanan merupakan sektor yang “tahan banting” danmampu menghadapi krisis. Kendatidemikian potensi perikanan dan kelautanyang sedemikian besar semestinya dapatberkinerja lebih baik dan memberikankontribusi yang lebih signifikan lagi.Bila dibandingkan dengan Thailand,hasil yang dicapai Indonesia jauh lebihkecil. Rata-rata nilai ekspor perikananThailand mencapai 5,6 miliar dollar AS.Norwegia yang memiliki luas laut yangjauh lebih kecil di banding Indonesia bisameraup nilai ekspor 2 miliar dollar AS pertahunnya.Yang lebih ironis lagi, kesejahteraannelayan justru sangat minim dan identikdengan kemiskinan. Menurut data BadanPusat Statistik (BPS) tahun 1998, penduduk miskin 49 juta jiwa dan 60% diantaranya adalah masyarakat yang hidupdi kawasan pesisir.Di sisi lain pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan pesisir selalu beriringan dengan kerusakanlingkungan dan habitat seperti terumbukarang dan hutan mangrove, dan hampirsemua eksosistim pesisir Indonesia terancam kelestariannya.Di sisi lain, potensi jasa lingkungankelautan lainnya yang masih memerlukansentuhan pendayagunaan secara profesional agar potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal adalah jasa transportasi laut (perhubungan laut).Selain itu, sebagai negara bahari ternyata pangsa pasar angkutan laut baikantarpulau maupun antarnegara masihdikuasai oleh armada niaga berbenderaasing. Padahal, berdasarkan data yangKehidupan nelayan di Indonesia masih dalam taraf kemiskinan. foto: berindo wilson