Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 51
P. 23
BERITAINDONESIA, 06 Desember 2007 23BERITA UTAMAada, hampir 80 persen proses perpindahan barang dan jasa antarpulau menggunakan jasa perhubungan laut. Transportasi laut berperan penting dalam duniaperdagangan internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membukaakses dan menghubungkan wilayah pulau,baik daerah yang sudah maju maupunyang masih terisolasi.Sebagai negara kepulauan, Indonesiamemang amat membutuhkan transportasi laut, namun, Indonesia ternyatabelum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya. Data tahun 2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap angkutan luar negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6persen.Adapun share armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai 170 juta ton hanya mencapai 56,4persen.Kondisi semacam ini tentu sangatmengkhawatirkan terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Selaindiperlukan suatu kebijakan yang kondusifuntuk industri pelayaran, peningkatankualitas SDM yang menangani transportasi juga diperlukan.Menumbuhkan Paradigma BaruSumber daya kelautan amat potensialdimanfaatkan sebagai sumber daya yangefektif dan modal dasar dalam pembangunan bangsa Indonesia dan menyejahterakan penduduknya. Sayangnya, Indonesia belum mengelola dan mempergunakannya sebagai dasar pola pikir maupunpembangunan ekonomi.Upaya pemerintah dalam pengelolaanpotensi kelautan salah satunya dilakukanoleh Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan menawarkan kepada investor untuk berinvestasi di 37 pulau kecilpotensial yang tersebar di seluruh wilayahIndonesia. Sejauh ini beberapa calon investor asing sudah ada yang menyatakanberminat untuk memanfaatkan pulaupulau tersebut.Negara yang berminat untuk berinvestasi di 37 pulau tersebut antara lain Jepang, Jerman, Australia, Singapura, danTaiwan. Calon investor dari Jepang inginmemanfaatkan pulau sebagai tempatkhusus bagi orang jompo yang inginberistirahat, sedangkan calon investordari Jerman ingin menjadikan pulau keciluntuk tempat berlayar. Pulau-pulautersebut dianggap memiliki potensi untukdikembangkan dari berbagai sisi, sepertikonservasi, pengembangan budidaya,pariwisata, pertanian dan peternakan,industri UKM bagi masyarakat sekitar,budidaya laut, dan e-business.Pengamat kelautan Arif Lukman Hakimmemandang keputusan pemerintah untukmengoptimalkan potensi pulau-pulaukecil itu merupakan hal yang wajar.Namun perlu digarisbawahi, keputusantersebut harus mempertimbangkan semua aspek, baik aspek politik, sosial,budaya, dan keamanan. Tak semata-matamempertimbangkan aspek ekonomi saja.Masyarakat dituntut untuk lebih aktif dankritis agar dalam penyusunan rencanatersebut, dan pemerintah setempat lebihbijaksana dengan mempertimbangkanbetul berbagai aspirasi yang berkembangdi masyarakat. Sehingga keputusan yangdiambil betul-betul membawa manfaatbagi orang banyak.Di sisi lain, bisa dianggap keinginanuntuk menawarkan sejumlah pulau tersebut kepada pihak asing membuktikanbahwa selama ini pemerintah masihbelum memiliki paradigma dan konsepyang jelas dalam pembangunan sektorkelautan. Padahal, Indonesia merupakannegara yang sebagian besar wilayahnyaterdiri atas 25 persen teritorial daratandan teritorial laut seluas 75 persen. Luaswilayah daratan ini sama dengan 57 kaliluas negara Belanda, 5 kali luas Jepang,dan 2 kali luas Pakistan. Belum lagijumlah pulau besar dan kecilnya yanglebih dari 17.000. Potensi besar inimenjadikan Indonesia sebagai negaradengan teritorial laut terluas di dunia.Sebenarnya, yang mendesak untuksegera dilakukan terkait dengan pengelolaan potensi laut Indonesia adalah melakukan reorientasi paradigma pembangunan yang selama ini dititikberatkanpada pembangunan wilayah kontinentaldan cenderung mengabaikan peran besarpotensi laut Indonesia.Sebenarnya laut adalah masa depan Indonesia. Reorientasi terhadap paradigmaini diharapkan bisa dijadikan sebagai titikawal kebangkitan usaha dan industri yangberbasis kelautan di Indonesia.Kekeliruan paradigma pembangunantersebut pada akhirnya menimbulkanbanyaknya kegagalan pembangunan sektor kelautan, di antaranya belum pernahtercapainya swasembada ikan di negaraini.Menurut Arif, beberapa potensi lautyang bisa dieksploitasi dan dikembangkansaat ini adalah pertama, eksplorasi (pengangkatan) harta karun bawah laut. Kedua,optimalisasi perikanan, khususnya usahaperikanan laut. Sampai tahun 2002, Indonesia masih mengalami defisit ikan. Penyebab dari tidak optimalnya pembangunan perikanan ini adalah tidak seimbangnya daerah operasional penangkapan ikan dan kapasitas sumber dayanya. Ketiga, pengembangan wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil, yangselama ini masih belum digarap denganserius.Keempat, pengembangan industri wisata bahari. Program wisata bahari inidiarahkan kepada pengembangan kawasan wisata pesisir dan pantai serta tamanlaut Nusantara.Yang perlu mendapatkan perhatianserius karena nilai ekonominya yang sangat tinggi adalah pengelolaan terhadaptaman laut yang kaya akan terumbukarang. Diperkirakan sedikitnya 950jenis terumbu karang terdapat di perairan Indonesia dengan potensi luasmencapai 60.000 km2 dan membentangsepanjang 17.500 km. Sebagian di antaranya sudah ditetapkan menjadi tamanIndonesia memiliki banyak potensi kelautan laut nasional. RH