Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 51
P. 32
32 BERITAINDONESIA, 06 Desember 2007BERITA UTAMAyakan karena memang bidangkerjanya mereka. Tapi begitungomong masalah pemipaan,atau transportasi lewat pipa,kriteria koordinasi lingkunganharus berhubungan dengankelautan.Dari sisi DKP, bagaimana Anda melihat potensi kelautan untuk sektor transportasi, lingkungan hidup, dan pertahanan keamanan?Bicara pertahanan keamanan, kita harus melihat partisipasi masyarakat. Kalau yangdimaksud pertahanan alutsista, persenjataan, dan sebagainya saya tidak akan masukke sana.Rasa aman terjadi manakalakita bersilaturahim. Ada keamanan, ada trust, sehinggamasyarakat harus dilibatkan.Makin banyak aktivitas di lautharusnya makin aman. Manakala partisipasi masyarakatsudah tinggi, mestinya makinsedikit polisi atau orang yangbertugas mengawasi di laut.Bicara transportasi, perikanan, sekarang kita tahugasoline (minyak) harus menjadi parameter pokok menetapkan ukuran kapal. Supaya transportasi, kapal ferryatau kapal ikan efektif. Tidakbisa subsidi terus.Khusus soal potensi transportasi laut, kita berada dititik persilangan tetapi belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri?Kadang-kadang, memang.Masalah-masalah lain harusdirapikan. Misal masalah pajak, infrastruktur. Tapi jugadibutuhkan budaya pioner.Kembalilah kita seperti orangdahulu, berdarah-darah memperoleh kemerdekaan, mboksekarang ini kita berdarahdarah menuju ke kemandirian.Harus dibuktikan itu.Soal pembangunan kelautan di sisi perangkathukum, sudahkah mencukupi?Selalu kita menyalahkanperangkat hukum. Padahalkita dikasih akal dan mulut.Kan, mestinya, hal yang tidaktercakup dalam hukum bisa disettle down melalui akal danmulut. Okelah, kita membuatperaturan dulu yang renik,yang detil, tapi juga manusianya bejat, diakali saja terusperaturannya.Sejak sekarang kita harusberani melangkah untukmengatasi segala permasalahan, apapun situasinya. Istilahorang Amerika, no blood noglory, tidak ada keberaniantidak ada glory (kemuliaan,keagungan), tidak ada suatuyang magnificient.Atau, no money no honey,kalau tidak ada uang tidak adacinta, kata mereka. Tapi sayalebih percaya no blood noglory. Jadi glory itu berdarahdarah dengan risiko.Kita umumnya lebih suka enaknya saja?Makanya saya pengen banyak orang Indonesia sekolahke Amerika. Karena di sanasekolah betulan. Maksud sayasekolah bukan sekolah pendidikan, tapi the way. Orang Indonesia melihat AS seperti filmkoboi saja, atau kota MelrosePlace yang indah-indah. Tidaktahu kalau kampus merekabuka sampai jam 12 malam,mahasiswa pagi-pagi sudah dikampus, perpustakaan jamenam sudah buka. Kita, belajarsemalam mintanya dapat A.Menurut saya, sistem pendidikan harus keras, disiplin,terus dosen harus full timer.Telur ayam bisa menetas kalauterus dieramin. Murid, sama,akan baik kalau ‘dierami’ samaprofesor.Kembali ke soal koordinasi. Sesungguhnya sudahbukan masalah lagi sebabada Dewan Maritim Indonesia yang sejak September berubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia?Mestinya Dewan Kelautanharus jadi mesin yang menyatukan mengawal pembangunankelautan. Dia menjadi advokasi,melobi supaya pembangunansektor kelautan menjadi besar.Dia harus menjadi tempat berkumpulnya the execellency. Iniharapan saya, sehingga Presiden terbantukan.Amerika Serikat memilikiOcean Blueprint for 21th Century yang detil sekali isinya.Harusnya seperti begitu yangsaya bayangin tentang produkDewan Kelautan Indonesia.Selama kita nggak bisa detil, yasudah, ditipu anak buah jaditemuan.Mestinya kita harus runut,UUD kita sudah ngomong kepulauan, RPJPN kita ngomongberbasis kepulauan, sekarangapa APBN-nya ngomong masalah kepulauan? Salah-salah,tata ruangnya berbasis pulaubesar Kalimantan, Papua dansebagainya. Kondisi lingkungan harus menjadi parameterdalam proses pembangunan.Negara kita kepulauan, ada ijinmembangun jembatan, ngapain? Kan, mestinya transportasi laut dong.Mungkin Anda perlumendistribusikan orang-orang Kelautan ke departemen-departemen lain supaya visi kelautan sampai?Dulu waktu saya Dirjen,tanya Pak Lambok, kita berantem sampai beliau mengubahmindset-nya menjadi mindsetkelautan. Dulu nggak ada yangpercaya masalah UU-PWP.Saya yang mengawalnya sejak2002, bertengkar terus isinya.Saya punya buku-buku sistemperlindungan pantai, fasilitaspantai kasihkan Pak Lambok.Lalu dia sendiri yang cerita,setelah saya baca-baca oh, ini.Akhirnya tahun 2004 Ampresnya keluar. Alhamdulilah, meskisaya tidak lagi Dirjen tapi kemarin sudah menjadi UU-PWP.Deklarasi Djuanda dimaklumatkan 50 tahunyang lampau, apa maknakhususnya untuk mengutuhkan NKRI?Sebelum Deklarasi Djuanda13 Desember 1957, kita adalahnegara yang unsurnya pulaudengan batas luarnya 3 mil.Artinya, ada intersection, adaruang kosong yang bukan milik kita. Djuanda visioner person dengan menjadikan Indonesia seperti cincin luar biasasehingga pertambahan wilayah laut kita menjadi 5,8 jutakilometer persegi.Pak Djuanda sudah meletakkan prinsip-prinsip menjadisuatu negara besar yang wilayah teritorinya berbentuk seawaters. Sekarang sebagai anakbangsa, mari kita berpikir bagaimana mengisi, me-manage,menjadi tuan di negara tercintaRepublik Indonesia ini.Untuk meletakkan pondasi pengelolaan kelautanke depan, warisan nilainilai apa yang bisa dipetikdari Deklarasi Djuanda?Harus makin banyak orangberpikir dengan basis kelautan. Kalau Indonesia mau kembali jaya menjadi negara besar,pola pikirnya harus pola pikirlaut. Lihat kerajaan-kerajaandahulu yang berpola pikir lautseperti Sriwijaya, Majapahit,menguasai lautan.Sekarang lahan pertanianmakin kecil. Kalau pertanianmau ditingkatkan maka harushi-tech, bioteknologi, benihbaru, pokoknya hal-hal yanglebih canggih dan sebagainya.Sektor kelautan jangan ngomong canggih dulu. Saya sampaikan, harus ada perubahanparadigma, cara berpikir, danmindset supaya kita bisa.Kita harus mau struggle (berjuang). Mengelola laut harusstruggle dan harus punya ilmu.Membangun rumah di atas lautharus ada ilmu lebih. Ini yangharus disadari bahwa ketikakita berbicara soal laut harusada ilmu dan harus ada modal.Tidak bisa ecek-ecek.Setelah kita memperingati tiga perayaan, SewinduDKP, Hari Nusantara, danTahun Emas DeklarasiDjuanda, apa harapan Andake depan?Saya ingin ada perubahanparadigma dan mindset ditingkat pemimpin. Saya sangatpercaya, Indonesia ini paternalistik. Kalau Presiden, Wapres,Ketua DPR, Ketua MPR, Bappenas, Menteri Keuangan dansemua menteri, otaknya “dibedah” lalu dimasukkan unsurkelautan, mereka akan berpihak ke kelautan.Tapi jangan-jangan merekaberpikir begini: Habis, kitanggak yakin ke kelautan. Yasudah, berarti dia tidak mengikuti sunnatullah.Sunnatulah atau hukumalam, dua pertiga wilayah kitalaut. Dan kita punya pulaupulau kecil. Jangan menyalahkan sunnatullah sebab hukuman Tuhan akan turun lagi.