Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 51
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, 06 Desember 2007BERITA DAERAHDrs. Rachmat SulaemanDemokratisasi Menuntut Ke“Dalam berbagai ajang Pilkada, acapkalikita disuguhkan tontonan yang mengusikrasa kebanggaan sebagai bangsa yangberadab dan beretika. Sulit dimengerti,kenapa wajah demokatisasi kita seolahberwatak anarkhisme,” tuding Drs.Rachmat Sulaeman, tokoh organisasikepemudaan Jawa Barat ini mengamatijalannya konstruksi bangunan demokrasibangsa ini.pa yang diprihatinkan Rahmatagaknya tak berlebihan. Akhir-akhirini terlalu sering di depan matakita dipertontonkan dramakecamuk perseteruan dari sebuah dangkalnya kedewasaanberpolitik. Mungkin beda pendapat, soal biasa dalam politik.Tapi kalau sudah dibalut aksianarkisme, tentu sudah kebablasan namanya.Gelegak darah emosi mendidih naik hingga keubun-ubundan kebrutalan serta mertahadir membumbui amuk ambisi yang tunduk pada kekerdilan berpikir. Lantas akankah watak demokrasi berwujud anarkhis tumbuh subur?.Hal tersebut merisaukan politisi muda Jawa Barat ini yangberobsesi agar momentum Pilkada Jawa Barat berperan sebagai etalase perwujudan demokrasi santun.Ketua Majelis Pemuda Indonesia (MPI) Jawa Barat ini menilai praktik demokratisasisudah berbelok arah. Tercabutdari akar budaya dan nilainilai keadaban bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Sekarang tendensi wajah demokrasi kita sudah mengarah kemodel negara federal.Tengok saja, ujarnya, modelpemilihan anggota senat, sudah tak ada bedanya lagi dengan model pemilihan anggotalegisltif dan kepemimpinandaerah maupun nasional. Karenanya, model demokratisasiyang dianut telah menghilangkan ruh ke-Pancasila-annyamelalui mekanisme perwakilan yang selama ini kita praktekan.Mantan Ketua DPD KNPIJabar ini berpendapat otonomidaerah mirip sistem negara federal. Bahkan ada yang mempersepsikan eksistensi keanggotaan DPD di parlemen derajatnya laksana senator mewakili daerah yang diwakilinya.Parahnya, fenomena demokratisasi sudah dikendalikanoleh kemauan dan selera kesemena-menaan persepsi masing-masing. “Satu sisi kitamengagung-agungkan demokratisasi, tapi disisi lain demokratisasi yang dijalankan dikendalikan oleh pola pikirpragmatisme,” ujar Rahmat.Banyak contoh praktek demokrasi bangsa ini yang berujungketegangan. Ajang pilkada diberbagai daerah kerap menebararoma sengketa menjurus menjadi tukang jagal etika berpolitik,memperburuk citra watak demokrasi. Ekspresi ketidak puasan atas hasil akhir dalam berbagai kasus, merongrong stabilitas pemerintahan.Potensi konflik setiap saatbisa saja terjadi. Kondisi chaosdapat disebabkan oleh minimnya legitimasi rakyat pemilih.Sekadar contoh, dalam suatupilkada di daerah, dari totalpemilih, hanya 53 % saja yangmenggunakan hak suaranya.Berarti ada 47% berstatusgolput alias tidak menggunakan hak pilihnya.Lantas dari pengguna hakpilih 53 % tadi, pasangan yangdinyatakan sebagai pemenanghanya meraih suara 15%, hanya seperempat lebih haksuara pemilih yang berjumlah53%. Ironisnya, jika jumlahsuara golput 43% dan jumlahsuara yang kalah digabung, ituartinya hampir 85 % tidak setuju dengan paket pimpinanyang terpilih. Maka dengan dalih minimnya legitimasi rakyat, bisa saja output demokratisasi terancam laksanabom waktu.Berkaca dari peristiwa-peristiwa anarkhis Pilkada, priakelahiran Purwakarta 21 Agustus 1965 ini tak ayal ikut cemasakan Pilkada Jabar yang tinggal hitungan bulan. Sebagaiprovinsi berpenduduk terbesardi negeri ini, hajatan demokrasi ditengarai akan menyitaperhatian publik. MasyarakatJabar akan menjadi objek parameter demokratisasi dalamperwujudan pembangunanpolitik, pembangunan karakter ekonomi dan sosial budaya.Menurut Rachmat, dari sekitar 40 juta penduduk provinsi ini, maka ¼ hak suara pemilih rakyat Indonesia dimilikiJabar. Itu artinya tarik-menarik kepentingan sangat kuat.Sebab Jawa Barat merupakan‘lumbung’ suara bagi ajangpolitik lokal maupun nasional.Sulitkah melahirkan prosesidemokratisasi menjadi happyending?Rahmat tetap optimis, JawaBarat tidak akan menjadi tumbal berikutnya. Walau tak mudah, tapi wujud praktik demokrasi santun bukanlah mimpi.Asalkan masyarakat Jawa Barat peka memanfaatkannyadan tanggap disertai tanggungAAksi Anarkis Demonstrasi Buruh Di Halaman Gedung Sate Bandung Tahun (Akib
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66