Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 58
P. 26
26 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS26 BERITAINDONESIA, 20 Juli 2008Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin)dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).Dari beberapa program yang diajukanoleh pemerintah, sepertinya program yangmenjadi primadona rakyat kecil adalahBantuan Langsung Tunai (BLT). Mungkindikarenakan program BLT ini bersifatlangsung dan tidak banyak persyaratan,jadi bisa memudahkan untuk langsung diambil. Pemerintah telah menyiapkan dana sekitar Rp 14,1 triliun yang akan dibagikan kepada 19,1 juta keluarga miskin.Bantuannya berupa uang tunai sebesar Rp100.000 per bulan per keluarga yang akandiberikan selama tujuh bulan. BLT tersebut diberikan mulai 24 Mei 2008, seharisetelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM.Dalam tahap pertama yang berlangsungdari bulan Mei hingga bulan Agustus, pemerintah telah mencairkan dana sebanyakempat triliun. Pada tahap kedua periodeSeptember hingga Desember pemerintahmengeluarkan dana lagi sebanyak sembilan triliun. Penyaluran BLT di DKIJakarta hingga 30 Mei telah mencapai92,51 persen sebanyak 139.676 kartu BLT.Pemprov DKI sendiri memiliki jatah157.515 kartu BLT yang berhasil didistribusikan. Seperti tidak mau mengulang kesalahan untuk yang kedua kalinya padasaat pembagian BLT yang pertama, padapemberian BLT tahap kedua ini pemerintah berkesan sangat hati-hati denganmeminta seluruh pejabat yang berwenangagar lebih akurat mendata warga yangberhak mendapat bantuan. Dulu, sedikitnya 6.543 kartu BLT senilai Rp 1,96 miliaryang seharusnya diberikan kepada rumahtangga sasaran (RTS) di DKI Jakartahangus karena pemiliknya telah meninggal, pindah atau adanya sebab lain. Padahal masih banyak keluarga miskin yangternyata belum tersentuh BLT samasekali.Adanya warga yang belum tersentuhdana BLT benar-benar dialami oleh Darningsih (43), warga miskin yang tinggal dipinggiran rel kereta api Senen, JakartaPusat. Perempuan yang tidak bisa berjalanini mengaku belum mendapat dana BLTyang diberikan pemerintah. \namanya. Kan gantian,\tersenyum.Dari penuturan Darningsih, bisa dilihatkalau ternyata pendistribusian dana BLTbelum berjalan secara efektif. Karena masih saja ada warga miskin yang belummendapatkan haknya. Padahal ibu darisatu anak ini sudah tercatat sebagai wargaDKI Jakarta yang sah memegang KTP DKIJakarta. Darningsih yang sehari-harinyabekerja sebagai pengemis di dekat kampusUI Salemba ini mengatakan senang jikanantinya dia mendapat BLT karena sekarang ini menurutnya harga kebutuhan pokok sangat mahal. Darningsih terpaksaharus bersabar menunggu giliran namanya tercantum dalam daftar penerima dana BLT.Pendapat Mereka Tentang BLTPagi itu jarum jam menunjukkan pukul10.00 WIB. Saat memasuki jalan sempitmenuju pemukiman padat penduduk digang Tongkang, Senen Jakarta Pusat, terlihat banyak warga yang sibuk melakukanaktivitas pagi harinya. Di situ terdapatperkampungan kumuh yang letaknyapersis di samping rel kereta api jurusanSenen. Sekumpulan ibu-ibu tampak tengah asyik mengobrol, beberapa orang hilir-mudik di sepanjang jalan, teriakanriang bocah-bocah yang bercanda, berlarike sana kemari membuat suasana pagi diperkampungan kumuh ini begitu hidup.Sepertinya, mereka tidak memikirkan persoalan-persoalan hidup yang membuatmereka terpaksa tinggal di pinggir rel kereta api.Seorang perempuan berperawakan kurus dengan kulit sawo matang terlihat sedang berbincang dengan anak lelakinya.Yoevina Kartini (48) adalah salah satuwarga yang menerima dana BLT dari pemerintah. Uang sebesar Rp 300.000 yangia dapat telah habis terpakai untuk membayar hutang dan biaya sekolah keduaanaknya yang masih duduk di bangkusekolah dasar. Untuk biaya hidup sehariharinya Yoevina hanya mengandalkanmengemis kepada orang-orang yangberlalu-lalang di daerah Senen. \tidak begitu, bagaimana mau makansetiap hari? Mana bisa bayar kontrakan?\timpal wanita kelahiran Padang ini kepada Berita Indonesia.Entah siapa yang memprakarsai berdirinya bangunan di sepanjang lahan PJKAIitu. Namun, bangunan yang tidak layakhuni dan kurang pantas disebut rumahtersebut justru dibisniskan oleh kalangantertentu untuk dikontrakan kepada wargasetempat sebesar Rp 250.000/bulan. Bangunan yang tidak lebih besar dari ukuran kamar mandi itu bisa dihuni oleh tigasampai empat orang, terlihat berdesakan,memang. Hal ini membuat hati miris, tatkala warga miskin itu berjuang mencarimakan sehari-hari tapi mereka malahdibebani sejumlah uang yang cukup besaruntuk ukuran kantong mereka. Padahal,jika dibandingkan di tempat lain, uang sejumlah Rp 250.000 bisa mendapatkansatu rumah kontrakan layak huni.Dengan adanya program BLT ini, Yoevina mengaku merasa terbantu. \dulillah bisa meringankan rakyat kecilsedikit,\yang terdaftar sebagai penerima dana BLTlainnya akan mendapatkan bantuan yangkedua pada bulan Agustus sebesar Rp400.000 jadi total uang yang didapat sebesar Rp 700.000 untuk tujuh bulan. Jadirata-rata sebulannya, tiap keluarga mendapatkan Rp 100.000. Jumlah tersebutbagi Yoevina dan mungkin bagi keluargalainnya sangat tidak cukup untuk biayasehari-harinya mengingat lonjakan hargabahan pokok yang ikut-ikutan naik karenakenaikan harga BBM.Untuk mengatasi biaya hidupnya, selainmenerima dana BLT, Yoevina bekerjasebagai pengemis. Namun, jika dia tidakdalam keadaan beruntung, karena adapetugas Trantib yang mengejar-ngejar diadan pengemis lainnya, Yoevina hanya bisamendapat Rp 15.000 yang akan langsungdia belanjakan untuk membeli beras danlauk seadanya. Pemegang KTP asli wilayahDKI Jakarta ini mengatakan sangatsenang dengan pemerintahan SBY. \hamdulillah, bisa dapat bantuan sedikitsedikit. Kedepannya, kalau ada ya dikasihlagi supaya rakyat miskin ini bisa makmursedikit,\komentar soal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang akan berakhirKESEHARIAN: Rini sedang mengajar anak-anak di rumah