Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 59
P. 33
BERITAINDONESIA, 29 Agustus 2008 33BERITA NASIONALoleh daya beli masyarakat. Dengan adanyabuku elektronik ini, diharapkan pihak sekolah dapat mengunduh dari internet, danpara orangtua tidak perlu lagi ke toko buku membeli buku-buku pelajaran denganharga tinggi.Program e-book ini tadinya diasumsikan pemerintah sebagai hal positif danberdaya guna bagi masyarakat. Namun,tampaknya kebijakan fenomenal Depdiknas ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena beberapa faktor kendala yangsebelumnya kurang dipertimbangkanpemerintah.Kendala yang paling besar adalah belumsemua daerah atau sekolah di Tanah Airyang bisa masuk jaringan internet. Disamping itu, kekurangmerataan kemampuan pihak sekolah dan murid menggunakan teknologi internet juga menjadikendala.Diakui, niat pemerintah meluncurkanprogram e-book adalah untuk meringankan beban masyarakat dalam hal pendidikan terkait mahalnya harga buku selamaini. Caranya dengan memotong mata rantai mafia penjualan buku dari penulis - penerbit - distributor - sekolah - sampai kemurid, menjadi hanya dari penulis -Depdiknas - murid. Namunakibat ketidaksiapan sekolah dan siswa di seluruh Indonesia, programini belum dapat mengatasi persoalan, malah bagisebagian besar masyarakat, program ini membuat bingung.Bahkan sebaliknya, ada LSM sepertiIndonesia Corruption Watch (ICW) malahmencurigai program ini bisa membuka peluang terjadinya praktik korupsi karenamasyarakat tidak mengetahui jumlahanggaran untuk mengelola buku elektronik.Berkaitan dengan kendala tersebut, Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman menyarankanagar pemerintah sebaiknya memberikanbuku gratis secara langsung daripada buku elektronik yang kenyataannya untuksekarang ini masih sulit diakses oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.Walaupun program e-book ini telahdiluncurkan, terbukti harga buku tetapmahal. Di samping itu, praktik penjualanbuku oleh sekolah atau oknum guru jugamasih terjadi. Seperti di sebuah sekolahmenengah atas di Cibubur, Jakarta Timur.Hari pertama sekolah, para siswa dibagikan lembaran fotokopi yang mencantumkan judul buku, penerbit dan hargabuku yang akan digunakan. \yang mesti dibeli. Harga semua buku yangdijual di sekolah itu hampir Rp 1 juta. Siswa yang mau beli dianjurkan memesan kebagian Tata Usaha,\perti dilansir harian Kompas awal tahunajaran baru lalu.Sementara di Bekasi, siswa baru di sebuah sekolah menengah diharuskanmembeli buku yang harganya di atas Rp420.000 untuk satu semester. Demikianjuga di salah satu SD Negeri di Jakarta Timur, ada pihak yang menjual buku langsung satu paket yang berisi buku Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Agama, danPendidikan Jasmani dengan harga 300 ribu rupiah.Banyaknya laporan praktik penjualanbuku oleh sekolah, membuat Mendiknasakhirnya meminta kepala daerah dan dinas pendidikan setempat memberikansanksi tegas pada pihak sekolah yang ketahuan menjual paksa buku pelajaran dilingkungan sekolah.Mendapat permintan demikian, sejumlah daerah langsung bertindak. Pemerintah DKI Jakarta misalnya, pada Jumat(8/8), melalui Dewan Kehormatan Pegawai (DKP) menjatuhkan hukuman kepada12 kepala SDN dan SMP yang telah melakukan pelanggaran pendidikan. Keduabelas kepala sekolah itu, dua di antaranyatelah dicopot dari jabatannya sebagai kepala sekolah. Dua orang lagi diberi hukuman mutasi ke sekolah lain.Adanya sanksi tersebut, memang sedikitbanyak telah membuat pihak sekolah danoknum guru ekstra hati-hati menjual bukusecara terang-terangan. Namun, anjuranuntuk beli buku masih tetap dilakukanbeberapa sekolah. Padahal menurut peraturan, sekolah bukan hanya dilarang menjual buku, menyuruh dan menyarankanbeli buku pun tidak diperbolehkan.Aturan tersebut memang bisa dimaklumi mengingat banyaknya modus yangdipakai pihak sekolah maupun guru untukmemaksa siswa membeli bukunya. Salahsatu di antaranya adalah dengan modusmenitipkan bukunya di toko buku tertentu. Seperti yang terjadi di Depok, ada jualbeli dengan cara pihak sekolah menitipkanbukunya pada sebuah toko buku. Paraorangtua siswa kemudian diarahkandengan cara halus agar mau membelibuku itu di toko buku yang telah ditunjuksekolah. Dengan demikian, seolah-olah sekolah tersebut tidak menjual buku padamuridnya.Hal yang hampir sama juga diberitakanterjadi di Bekasi Utara. Murid-murid sekolah dasar negeri itu dengan halus dianjurkan membeli buku di toko buku tertentu di daerah itu. Namun yang membuatorang tua murid heran adalah tatkalapihak toko buku mencatat nama-namamurid yang membeli buku. Walaupunharganya belum dipastikan apakah termasuk mahal atau biasa, namun cara toko buku ini menimbulkan tanda tanya di hatiorang tua murid. RTH, JUKEBUTUHAN: Banyakmasyarakat yang mencintaibuku namun tidak sanggupmemilikinya. Sebagianbahkan berpandangan,membeli buku termasukkebutuhan tertier.