Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 61
P. 18
18 BERITAINDONESIA, November 2008BERITA UTAMAdukungan 25% sampai 30% dari jumlahkursi DPR.Untuk menggolkan usulannya, FPDakan melobi fraksi-fraksi lain agar tidakmemaksakan syarat dukungan 30% bagipengajuan Capres. Lobi ini tentu untukmemuluskan pencalonan kembali Presiden Susilo dalam Pilpres 2009. Berbedadengan partainya, SBY tidak terlalu risausoal pencalonan kembali dirinya, karenaWapres Jusuf Kalla (Ketua Umum PartaiGolkar) sudah menerima “pinangannya”untuk tetap menjadi pendampingnya didalam Pilpres 2009. SBY mengaku tidakrisau bilamana DPR menetapkan besarandukungan 20-30%, asalkan UU Pilprestersebut fleksibel (lentur) dan tepatmenetapkan syarat-syarat bagi Parpolatau gabungan Parpol di dalam mengusung calon presiden dan wakil presiden.Anggota Pansus RUU Pilpres dariFPDIP, Sutradara Ginting, seperti dikutipharian SINDO, membela sikap fraksinyabahwa untuk mencapai besaran dukungan30%, mau tidak mau harus melalui koalisiantar Parpol. Sebab syarat dukungan 30%akan mempersempit peluang bagi Parpoluntuk mengusung para Capres/Cawapresbilamana tidak membentuk koalisi. Dengan demikian, kata Ginting, Pilpres akanmempertarungkan tidak lebih dari tigapaket Capres/Cawapres. “Jadi Pilpres bisaberlangsung satu putaran, dan ini akanlebih efisien,” kata Ginting.Fraksi Partai Golkar, partai pemenangPemilu 2004 dan pengusul dukungan30%, yakin bahwa syarat itu “memaksa”Parpol untuk membentuk koalisi yanglebih efektif dan permanen, sehinggamereka menetapkan persyaratan yangtinggi untuk seorang Capres/Cawapres.FPG berasumsi, dengan adanya koalisipermanen yang mendapat dukunganmayoritas di DPR, pemerintahan akanlebih kuat dan efektif.Fraksi PKS tidak keberatan denganusulan dukungan 30%, sebab seorangcalon memiliki modal 168 kursi di DPRyang terdiri dari 560 kursi. Cuma PresidenPKS, Tifatul Sembiring, menginginkanagar koalisi tersebut benar-benar diwujudkan. Soalnya, lembaga-lembaga surveidan Litbang PKS memperkirakan, dalamPemilu 2009, tidak satu partai pun yangmampu meraih 25% suara. Sebagai perbandingan, dalam Pemilu 2004, Golkaryang keluar sebagai pemenang, mengantongi 21,5% suara. Sedangkan PDIPmenduduki posisi kedua hanya dengan18,5% suara.Untuk meraih kekuasaan yang seimbangdan bisa berjalan baik, Sembiring berharapsemua partai harus memiliki mentalkoalisi. Kekuasaan tersebut bukan sekadarbagi-bagi kursi di kabinet, tetapi harusbenar-benar mampu melakukan perubahan fundamental untuk memajukanbangsa dan kesejahteraan masyarakat.Suara optimis tentang koalisi permanenmuncul dari PAN. Sekjen PAN ZulkifliHasan menilai sikap partai-partai semakin cair untuk membangun koalisi permanen. Sebab koalisi permanen merupakan keniscayaan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Namun PANsendiri belum berancang-ancang untukberkoalisi dengan partai-partai apa saja.Sikap PAN akan ditentukan setelahmelihat hasil Pemilu legislatif 2009.Di sisi lain, pengamat politik dari TheAkbar Tandjung Institute, Alfan Alfian belum melihat adanya kesungguhan partaipartai untuk menjalin koalisi. Koalisi,menurutnya masih sebatas retorika politik. “Koalisi permanen di Indonesia barusekadar wacana,” kata Alfan. Rujukanyang paling kasat mata, wacana koalisiantara Golkar dan PDIP buyar setelah JKmenerima “pinangan” SBY untuk membagi-bagi kekuasaan,” kata Alfan. Diamelihat kesamaan ideologi menjadi perekat koalisi. Warna idelogi menjadi penentu keberhasilan koalisi secara konsisten, bukan dilandasi kepentingan sesaat. Alfan tidak yakin bilamana adasejumlah partai mengaku sepakat berkoalisi, sebab ikatan itu bukan koalisi,tetapi aliansi. Artinya, mereka merapatuntuk mencapai tujuan jangka panjangbersama, tetapi didasari kalkulasi politikyang bersifat sesaat.Boni Hargens, Direktur Parhesia Institute, memberi penilaian yang hampirsama dengan Alfan. Dia melihat koalisiParpol di Indonesia baru sebatas antarelite, bukan secara keseluruhan yangdilandasi visi kenegaraan. Sebenarnyakoalisi, menurut Boni, dibangun Parpolmodern, yaitu partai-partai yang memilikisistem pengaderan lewat pendidikanpolitik.pertahankan duet mereka dalam Pilpres2009. Ini artinya, Golkar sudah memilihpasangan koalisi, yaitu Partai Demokrat.Menurut Alfan, koalisi yang bersifatpermanen harus ada kesamaan tujuan diantara partai-partai yang berkoalisi.Mereka harus memiliki kesadaran bahwatujuan itu sifatnya bukan jangka pendek,tetapi berjangka panjang. Padahal koalisiyang ada sekarang di antara partai pendukung pemerintahan SBY-JK, sifatnyabaru di tingkat elite, sehingga tidakmemiliki akar yang kuat, dan bersifatpragmatis bukan permanen.“Koalisi hanya didasarkan pada kalkulasi politik yang pragmatis, yaitu memDi dalam demokrasi liberal di masa laluyang diterapkan usai Pemilu 1955, pemerintahan parlementer jatuh-bangun, karena koalisi partai-partai dilandasi kekuasaan dan kepentingan jangka pendek.Hasilnya hanyalah kemelut politik yangberkepanjangan, sehingga mengacaukankeamanan dan perputaran roda ekonominegara.Peluang Partai Papan AtasKeretakan dalam tubuh PKB bisa membawa berkah, kembalinya para pemilihmuslim tradisional ke kubu PPP. Mampukah tokoh kunci PPP, Surya Dharma Ali,mengangkat kembali citra partainya?Partai Indonesia Sejahtera (PIS) mengusung Sutiyoso sebagai Capres 2009-2014foto: berindo